Langsung ke konten utama

[Travel Writing] Menikmati Keindahan Air Terjun Pelangi alias Curug Cimahi

    
Sumber di sini.
    Jumat malam tanggal 22 Januari 2016, saya tersentak kaget karena mendapatkan sms dari seorang teman ketua divisi kerohanian di organisasi lingkup prodi saya. Ya, dia seorang perempuan. Wajar saja di organisasi HIMARIS didominasi perempuan, kebetulan saja dia perempuan. Lho, kok malah membahas ini? Dia mengajak saya untuk ikut rihlah berhubung tahun kemarin saya ingin sekali ikut tetapi sebab saya sakit jadi batal, nah tahun ini saya benar-benar memiliki kesempatan untuk melakukan trip, istilahnya piknik setelah beberapa lama tidak jalan-jalan, tentu saja saya menganggukkan kepala saat ada ajakan semacam itu. Teman saya, Adelina memberitahu saya mengenai barang-barang apa saja yang harus saya bawa besok, hemm … seperti biasa dalam kegiatan LDK pasti yang dibawa adalah peralatan standar untuk sholat, agar nanti bisa beribadah sambil tadabur alam, menyenangkan bukan? 

Keesokan harinya, Sabtu pagi tanggal 23 Januari 2016, saya datang ke pendopo agung Polban. Ternyata Adelina belum datang, yang sudah datang ternyata Kang Fadhlin, oh ya dia kan ketua Lembaga Pengembangan Media di DKM Masjid LH Polban tahun lalu, saya kenal baik dengan dia, dan saya pikir perjalanan saya kali ini akan menyenangkan karena yah orang-orangnya sudah akrab dengan saya. Ditambah di sana ada Risa, dia adik kelas saya, ternyata dia adalah penerus Adelina sebagai ketua divisi kerohanian di HIMARIS (organisasi tempat saya bernaung di prodi D3 Bahasa Inggris Polban). Beberapa menit bercakap dengan Kang Fadhlin dan sesekali dengan Risa, akhirnya orang-orang lain yang ditunggu berdatangan, oh ya perjalanan kali ini dalam rangka sebagai rihlah rohis tata niaga Polban, begitulah, saya sebenarnya bukan anak rohis sih, saya anggota Kominfo di himpunan, tetapi saya akrab dengan anak-anak rohis berhubung setahun lalu saya tergabung di Dewan Kemakmuran Masjid Luqmanul Hakim Politeknik Negeri Bandung.

Maka perjalanan pun dimulai pukul 08.30 WIB, kami memulainya dari Polban. Saya saat itu dibonceng Kang Fadhlin sedangkan yang lainnya membawa motor masing-masing terutama Adelina dan Risa, dua akhwat yang ikut trip ini. Saya sebenarnya merasa janggal, karena perjalanan kali ini sebenarnya digagas oleh rohis tata niaga Polban, namun yang ikut event ini sebagian besar hanya dari rohis HIMARIS (Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris) dan HMAK (Himpunan Mahasiswa Akuntasi) saja. Yang lainnya seperti masih sibuk berhubung UAS masih terlaksana sampai tanggal 25 Januari 2016. Tetapi, rombongan saya kali ini tetap semangat untuk melakukan perjalanan ini. Kalau mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir kebetulan UAS-nya telah selesai. Mungkin karena tujuan perjalanan kali ini untuk refreshing, jadi tidak masalah dengan jumlah masa yang ikut banyak atau tidak, yang ikut serta kali ini berjumlah sembilan orang.

Rombongan saya melewati rute ke Lembang ketika pergi ke lokasi yang dituju, oh ya lokasi yang dituju pada rihlah kali ini adalah Curug Cimahi yang di dalamnya terdapat objek air terjun pelangi. Meskipun lewat jalur Lembang, tetapi pada rute tertentu, rombongan berbelok ke arah Kota Cimahi, melewati universitas Adven dan sampailah kami di Curug Cimahi. Padahal, sebelumnya beberapa rekan mengalami kendala karena ban-ban motor-motor mereka yang kempes entah karena apa di perjalanan. Untung saja sih saat itu bisa diatasi karena ketersediaan tukang tambal ban di perjalanan. Makasih tukang tambal ban!

Curug Cimahi,
nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Saya lupa tepatnya jam berapa saya dan rombongan sampai di lokasi tujuan. Yang jelas, saya bersyukur karena tiba di lokasi dengan selamat. Saya sebenarnya khawatir sih ketika sudah sampai di lokasi tempat wisata, saya berpikir seperti ada hal yang terlewatkan. Dan benar saja, saya tidak bawa baju dan celana ganti, padahal tujuan wisata kali ini adalah wisata air alami.

Saya dan rombongan masuk ke objek wisata Curug Cimahi setelah sebelumnya membayar biaya masuk sebesar Rp15.000,- Saat teman-teman saya membayar biaya masuk, saya mencoba melihat dulu sekeliling. Suasananya asri benar, dan strategis. Gerbang awal objek wisata ini tepat berada di pinggir jalan, mudah diakses. Dari gerbang awal sebenarnya kita sudah bisa menyaksikan area hutan yang teduh, hijau, rindang, dan menyegarkan. Saya bertanya-tanya, di mana sih letak air terjun pelanginya?



Teman-teman rohis yang mencoba eksis :P

Ternyata untuk bisa melihat air terjun, saya dan rombongan rohis harus melewati rintangan terlebih dahulu. Rintangan itu adalah kurang lebih 500-an anak tangga menurun ke objek yang dituju. Ya Allah, saya begidik ngeri, apa saya bisa melewati semua ini? Di sepanjang anak tangga, saya bisa melihat sekeliling berupa pemandangan yang menyejukkan mata dan menyegarkan jiwa. Pun banyak suara burung yang tengah bercicit, membuat saya merasa tenang sejenak melupakan dunia yang rumit, hahaha... Risa dan Adelina tampak kepayahan karena membawa beberapa konsumsi, saya ikut bantu membawa barang-barang itu meskipun yah saya memikirkan kekuatan saya juga saat itu. Apa bisa menuruni tangga sambil membawa barang berat? Saat itu saya berpikir, siapa takut? Di beberapa jeda tangga, terdapat kanopi yang terbuat dari rangka besi, di sana pengunjung bisa melihat pemandangan ke bawah atau ke pemandangan di hadapan mereka, ya pemandangan alam lokal Bandung dan sekitarnya. Namun, kanopi-kanopi itu hanya mampu memuat wisatawan sekitar 15-25 orang, barangkali jika berlebihan bisa membuatnya ambruk.
Berfoto di tangga menuju Curug Cimahi.

Setelah perjalanan sekitar entah berapa belas menit, saya dan rombongan sampai di objek wisata yang dituju, air terjun pelangi. Setelah tiba, saya dan rombongan tidak langsung bermain air di sana terlebih dahulu, namun saya dan rombongan rohis ke mushala dulu yang letaknya tak jauh di depan air terjun. Saat itu suasana tidak terlalu ramai, setidaknya di mushala karena mungkin belum masuk waktu dzuhur. Saya dan rombongan rohis melaksanakan solat dhuha terlebih dahulu, lalu setelahnya kami mendiskusikan beberapa hal. Kang Fadhlin memberikan beberapa ucapan, utamanya ucapan terimakasih kepada peserta yang bisa ikut. Ia juga menyampaikan latar belakang kenapa rihlah rohis tata niaga ini terbentuk, juga mengenai rohis tata niaga kenapa bisa ada. Sedangkan Adelina memberikan saran agar para peserta saling memperkenalkan diri, yah satu-per-satu orang pun akhirnya saling mengenal satu sama lain, secara resmi. Para peserta lalu gundah untuk melakukan kegiatan selanjutnya, apakah langsung menyantap konsumsi atau bermain air terlebih dahulu. Pada akhirnya, saya dan rombongan rohis sepakat untuk main air dulu.


Mencoba berenang di bawah air terjun :D
Dan kabar baiknya cuaca sedang cerah-cerahnya. Saya bersemangat untuk meniti bebatuan di sungai kecil tempat hilir air terjun, oh ternyata di sana sudah banyak orang. Ya ampun, suasanya ternyata tidak bisa saya deskripsikan dengan rinci. Ini sangat mengagumkan bagi saya yang mana manusia kurang piknik. Ya, seperti di banyak air terjun, di bagian tempat air jatuh suasananya benar-benar memesona. Seperti halnya di air terjun ini, angin mengempas-empas suasana sekitar karena derasnya air yang menimpa ke bawah. Ditambah suhu air yang benar-benar dingin membuat kulit yang bersentuhan dengannya bisa menggigil. Dan coba tebak apa yang saya lakukan di tempat itu selanjutnya? Saya benar-benar gila karena memutuskan untuk berenang di situ. Saya pikir, kapan lagi sih bisa merasakan sensasi berenang di bawah air terjun? Karena kebetulan di tepinya memungkinkan untuk berenang, saya jadi basah-basahan deh di sana. Ternyata rasanya dingin sekali, badan saya terasa ngilu sih saat itu. Terutama kaki, karena ini pengalaman pertama saya berenang di mata air alam, oh di bawahnya ternyata banyak batu-batu yang keras, saya harus berhati-hati agar tidak menginjak bebatuan tajam. Ritual berenang dengan peserta laki-laki berlangsung kurang lebih setangah jam, Adelina dan Risa harus puas hanya bisa bermain ciprat-cipratan air saja tanpa masuk ke dalam air untuk berenang, karena mereka tidak membawa baju ganti. Bagaimana dengan saya?

Adelina dan Risa. Serta saya :)

Lalu setelah puas berenang, akhirnya saya pun berbilas begitupun yang lain. Di sini terdapat fasilitas WC yang dikenakan tarif Rp2.000 rupiah untuk sekali mandi/bilas/atau aktivitas yang lain. Setelah suasana kembali normal, saya dan rombongan memutuskan untuk makan bersama setelah sebelumnya kami solat dzuhur berjamaah di mushala. Oh bayangkan, dalam keadaan sholat pun saya masih mengenakan celana basah loh, untung saja untuk baju saya bawa dua, jadi tidak terlalu menjadi masalah. Dan untung lagi saya memakai celana hitam sehingga tersamarkan dari basah. Saya dan rombongan makan konsumsi yang dibeli saat di jalan oleh Adelina dan Risa. Ada sedikit insiden kecil karena lauk di salah satu nasi bumngkus berbelatung. Untung hanya satu sehingga saya merelakan tak makan, saya bawa konsumsi sendiri sih, dan ternyata hal ini sangat membantu. Saya dan rombongan rohis melahap hidangan dengan nikmat ditambah Adelina menyengaja membeli beberapa gorengan bala-bala hangat dari warung yang bertengger di dekat lokasi air terjun, tepatnya di samping mushala, kami makan di sana lho.

Hemmm … setelah makan akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Saya khususnya merasakan kurang begitu semangat ketika mendaki tangga, ini menjadi lebih berat dari sebelumnya karena kondisi badan saya tengah menggigil. Oh, ini kah efek setelah berenang menggunakan jins di bawah air terjun yang notabene tempatnya dipenuhi batu-batu? Tetapi saya pada akhirnya bisa kok melewati semuanya. Di beberapa kanopi pun saya dan teman-teman lainnya kadang beristirahat untuk memulihkan tenaga, tentunya kami beristirahat sambil mengabadikan momen.

Mengabadikan momen di kanopi.

Oh ya mungkin ada yang penasaran kenapa objek wisata yang dikunjungi oleh saya kali ini bernama air terjun pelangi. Menurut saya nama aslinya sih Curug Cimahi, itu nama daerahnya, mungkin agar lebih populer maka diberi nama air terjun pelangi. Saya juga tahu sih, di balik air terjunnya sengaja dipasang lampu warna-warni yang saat malam tiba akan memberikan efek menakjubkan pada air terjun, sayang saya datang saat pagi menjelang siang. Saya benar-benar berharap suatu saat bisa mengunjungi tempat ini lagi. Di kesempatan berbeda, di suasana yang lebih penuh persiapan.  Gimana ya sensasi ketika mengunjungi tempat ini saat malam hari?
Semoga suatu hari bisa ke sana lagi :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)