Langsung ke konten utama

[Review] The Dream in Taipei City by Mell Shaliha


Sumber foto di sini.
Judul: The Dream in Taipei City
Penulis: Mell Shaliha
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Terbit: Cetakan Pertama, Februari 2014

Bagaimana ketika kita harus menjalani hidup dengan orang asing? Bagaimana pula jika kita harus hidup dengan orang asing di negeri asing? Bagitulah yang terjadi pada Ella Tan, gadis blasteran Jawa dan Taiwan itu harus menjalani hidup barunya di Taipei, dengan ayahnya  yang  baru-baru  ini  ia  temui,  saat  usinya  yang  sudah  22  tahun.  Ella  harus memenuhi janji kedua orangtuanya yang menghendakinya untuk tinggal bersama ayahnya ketika usia 17 tahun, Namun, ia baru bisa menjalani kehidupan dengan ayahnya saat usia 22  tahun,  saat  ia  telah  melaksanakan  sekolah  D3  dan  S1-nya.  Kini  ia  berhasil  meraih beasiswanya di NTU, universitas bonafide di Taiwan. Ternyata hidupnya tak semulus yang ia kira, keluarga tirinya tak suka padanya, Nyonya Tan sungguh tidak ramah pada Ella, pun dua  saudara  tirinya.  Pun  hidup  Ella  pun  kini  dipenuhi  drama,  ia  selalu  berdebar-debar ketika bertemu salah satu dosen muda pria di kampusnya, apa yang harus Ella lakukan?           

Setelah membaca novel The Dream in Taipei City, entah kenapa saya jadi ingin sekali membaca novel lain dari penulis, yang judulnya Xie Xie Nie De Ai, novel itu telah menarik perhatian saya sejak dulu, namun saya berkesempatan membaca novel bersampul merah ini terlebih dahulu. Menurut saya ceritanya sih mengalir sekali, meskipun begitu amat sangat disayangkan karena banyak  menggunakan teknik tell bukan show, pasalnya novel ini diceritakan dengan sudut pandang ketiga, seharusnya lebih baik jika penulis tidak banyak  menunjukkan  gerak  cerita  dengan  kata-kata  yang  langsung  bermakna  satu  arti, ditambah novel ini sangat tebal, jadi terlalu banyak tell sehingga terasa membosankan di beberapa bagian. Juga entah kenapa luapan emosi kurang terasa di beberapa bagian.           

Yang menonjolkan kelebihannya sehingga saya patut mengacungkan dua jempol adalah amanatnya yang tersampaikan oleh karakterisasi tokoh-tokohnya. Ella yang mana sebagai karakter utama adalah sosok muslimah energik yang tidak manja. Bahkan ketika tokoh-tokoh pria di novel ini sama-sama memberikan perhatian pada Ella, coba tebak apa yang  ia  harapkan?  Bukan  ingin  dipacari,  bukan  ingin  diperhatikan,  tetapi  harapan  Ella adalah ingin teman-teman lelakinya yang beda agama itu bisa satu akidah dengannya, keren banget deh. Pun ayah Ella, hemmm … saya benar-benar satu pemikiran dengan Ella ketika narator bercerita bahwa keterkejutan Ella saat tahu alasan ayahnya ingin Ella tinggal di dekatnya  adalah  bukan  karena  keegoisan  semata,  melainkan  karena  ayah  Ella  ingin kembali  terhubung  dengan  Ella  beserta  mama  Ella  yang  selama  ini  terpisah  karena orangtua Papa Ella dulu tidak pernah nyaman dengan mama Ella ketika di Taipei, sehingga orangtua Ella berpisah yang mengakibatkan terciptanya perjanjian mengenai Ella.           

Bisa dibilang saya suka sekali dengan novel ini, meskipun banyak saya temukan kekurangannya. Judulnya bahkan tercetak salah, seharusnya The Dream in Taipei City. Dan masih banyak adegan yang kurang mendukung jalannya cerita di buku ini. Meskipun begitu saya salut dengan penulis yang mencoba menanam nilai-nilai religi yang tidakah sempit  di  novel  ini,  ia  pun  bisa  membuat  ceritanya  menarik  sehingga  bisa  membuat pembaca  mengikuti.  Pun  termasuk  saya,  meskipun  agak  rewel  dengan  unsur-unsur intrinsiknya, saya pikir di novel berikutnya penulis bisa lebih baik lagi. Semoga ya ….[]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)