Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Cerpen Sang Ramadan (Kabar Cirebon, 16 Mei 2020)

"Rabbana laatuzigh Quluubanaa ba'da idzahadaitanaa wahablana milladunka rohah, innaka antal wahhaab."[1] Tenang sekali kumpulan perca biru di telaga. Ketika kaubasuh wajah wagumu dengan air dari situ, berubahlah rupa tempat itu menjadi cemerlang. Perlahan-lahan, lalu bintang gemintang berjatuhan seiring kau tinggalkan tempat itu menuju rumah peribadatan. Jejak bekas derap langkahmu kini bolong dikeruk meteor-meteor. Kusangka ia bintang, aku salah. Matamu terlihat sayu. Rambutmu basah itu tentu. Kupandang sorot bayang dirimu tanpa ragu. Kuyakini dalam hati, kaulah sosok pelipur lara dalam hidupmu sendiri. Kau adalah lentera bagi dirimu sendiri. Bukan aku, maupun diriNya. Angin berlarian membawa bunyi sirine sebagai sebuah simbol. Juga sebagai tanda salat Subuh akan datang. Waktu saur ditutup. Kau melangkahkan kaki pelan kemudian bercerita kepada mereka, teman-temanmu tentang kebaikanmu hari ini. Tentang menahan tak makan, tidak meneguk air ketika haus, dan juga