Langsung ke konten utama

[Review] Rahasia Batik Berdarah by Leikha Ha




Judul: Rahasia Batik Berdarah
Penulis: Leikha Ha
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 192 Halaman
Terbit: 25 Februari 2016

Sinopsis (sumber dari sini)



Fiska berangkat ke Yogyakarta dengan frustrasi. Bukan hanya karena putus cinta. Keberangkatannya ke kota pelajar tersebut atas perintah meliput dadakan dari Pak Edi sebagai hukuman karena ia mangkir kerja selama seminggu demi menyembuhkan patah hatinya.



Liputan kali ini bukan sekadar mengejar konfirmasi gosip selebritis, melainkan untuk mengungkap kasus pembunuhan Nita, karyawati sebuah perusahaan batik cap tradisional terkenal di kota tersebut.



Berbagai keanehan ditemui Fiska selama mencari bahan berita. Pemilik pondok yang luar biasa santun tapi mampu membaca pikiran. Kejanggalan pengakuan Pak Wiryo, pemilik perusahaan batik cap. Dan noda darah pada sehelai kain batik cap di samping gudang kosong tempat Fiska dibawa oleh Diki, pacar Nita.



Apa sebetulnya yang terjadi? Berhasilkah Fiska mengungkap kasus pembunuhan itu? Atau ia justru menjadi korban berikutnya?


Review


Dari banyak novel Young Adult Gramedia Pustaka Utama yang terbit, Rahasia Batik Berdarah adalah yang pertama mengangkat tema thriller dalam novelnya yang tebalnya kurang dari 200 halaman. Novel Rahasia Batik Berdarah masih bisa menyampaikan ketegangannya meskipun tidak terlalu tebal, malah jika novel ini sangat tebal, tidak bisa dibayangkan bagaimana plotnya akan serumit apa, karena di tebal 192 halaman saja, penulis bisa merangkai ceritanya penuh teka-teki, sangat rumit, dan kita yang membacanya akan terkagum-kagum berkali-kali. Novel ini punya kekuatan di tiga elemennya yaitu plotnya yang menegangkan, gaya penceritaannya yang lugas namun penuh humor, dan setting novel ini yang pastinya tidak akan pernah terbayangkan pembaca.


Yang pertama adalah plotnya yang menegangkan. Dimulai dari awal ketika membaca buku ini saja kita sudah dihadapkan pada scene yang membuat jantung hampir copot. Bagaimana tidak, scene pertama langsung mengajak pembaca untuk masuk ke adegan kejar-kejaran tokoh Nita di pagi buta. Nita yang notabene karyawan pabrik batik cap Rorojonggrang di pagi buta ia berlari-lari ngos-ngosan, dia dikejar sana-sini tepat di jantung kota Yogyakarta, di jalan Marlioboro, dan berakhirnya di depan pasar Beringharjo, adegan ini berakhir dengan Nita yang kadung menyerah dengan keadaan karena sudah lelah dikejar mobil sedan dengan pengendara keji. Scene ini sangat tragis karena pada akhirnya Nita ditabrak mobil tersebut, Nita terpental ke jalan, dan malangnya mobil itu malah kembali menyerang Nita, sampai Nita yang telah terkapar menjadi lebih menyedihkan karena mayatnya remuk  akibat mobil sialan yang membunuhnya. Barulah adegan demi adegan selanjutnya terjadi pada sosok utama novel ini, Fiska. Ia langsung ditugaskan bosnya ke Yogya demi menyelidiki kasus Nita. Dan di sinilah pembaca akan dibawa dengan adegan demi adegan penuh teka-teki. Fiska di Yogya tidak bisa tenang, pertama karena ia selalu dihantui sosok menyeramkan dalam mimpinya, yang ia percayai arwah Nita yang meminta tolong dirinya. Juga orang-orang yang memiliki hubungan dengan kematian Nita, ternyata memiliki keanehannya masing-masing sehingga membuat pikiran Fiska runyam, sebut saja si ibu pemilik pondokan tempat Fiska bertempat tinggal di Yogya, inisial dia ibu H, ternyata ia selalu memahami gerak-gerik Fiska, apa yang Fiska pikirkan selalu ibu H terka dengan tepat. Orang kedua adalah bapak pemilik perusahaan batik cap tempat kerja Nita, sosok tersebut sangat ramah sekali, tidak sama sekali ia terlihat sebagai pelaku utama, tetapi ada satu tempat di pabrik beliau yang mencurigakan, membuat Fiska benar-benar penasaran, tetapi ia bingung apakah akan menyelidiki tempat itu, terlebih pemilik pabrik batik sangat berbaik sangka pada Fiska. Juga ada ibu Prapti, sang ibu mendiang Nita, dia sosok yang tegar, kadang menyedihkan, dan juga sering merajuk ketika diungkit-ungkit soal kematian Nita. Dan yang terakhir adalah sosok Diki, pacar Nita, dia si pemilik nama aneh yang disamarkan, sosok tersebut sering membuat Fiska bingung, di lain pihak Diki seperti mengajak Fiska untuk menyelidiki kasus Nita, tetapi si Diki ini ya kadang plin-plan, dia bilang takut disantet lah, takut dihantui lah, karena ia sering dihantui sosok Nita pacarnya. Padahal bukankah Diki pacar Nita? Kenapa ia takut dihantui pacarnya sendiri? Fiska jadi bingung. Apa Diki pembunuhnya?


Kekuatan kedua dari novel ini adalah gaya penceritaannya yang lugas namun penuh humor. Penulis bisa menempatkan kelebihan ini bersanding dengan karakter Fiska yang ceplas-ceplos dan ceroboh, dia juga sering mengumpat dalam hati dan juga diucapkan pula sih. Kadang, hal yang membuat kita bisa masuk ke cerita di novel ini adalah bagaimana Fiska yang penakut tetapi bawel mencoba untuk mengalahkan kelemahannya sendiri. Kekurangan Fiska bagaimanapun ditutupi oleh rekanya bernama Widodo, yang sepanjang cerita menjadi tempat keluh dan guyon Fiska. Berhubung POV novel ini juga menggunakan POV3, penulis juga sengaja, sangat-sangat sengaja untuk menceritakan novel ini tidak selamanya dalam atmosfir gelap dan menegangkan. Beberapa kali scene yang menegangkan (yang menimpa Fiska) terus-menerus dijejali pula dengan gaya penceritaan yang humor, seperti contohnya ketika Fiska berhadapan dengan karakter-karakter yang hampir mengambil nyawanya, penulis selalu tak pernah absen menyantumkan isi pikiran Fiska yang ceplas-ceplos dan slengean. Pokoknya gaya penceritaannya ngocol lah, seperti sengaja penulis berikan untuk menyeimbangkan novel ini, biar gak menegangkan-menegangkan amat mungkin, menurut saya sih dia cukup berhasil membuat novel ini berwarna.


Kekuatan ketiga adalah setting novel ini yang pastinya tidak akan pernah terbayangkan pembaca. Yogya, sebuah kota yang indah, khas dengan budayanya, dan tentu saja lekat dengan berbagai keanekaragaman seninya, penulis novel ini tidak menyajikan Yogya yang demikian. Yogya dan tentram dan damai disulap  jadi sangat menegangkan, dimulai dari banyaknya scene pemacu ardenalin di novel ini yang banyak mengambil setting waktu dini hari ketika adegan kejar-kejarannya, tidak banyaknya spot bersejarah Yogya yang diangkat karena penulis banyak menghadirkan tempat-tempat yang belum terjamah meskipun setting tempat memanglah fiktif, namun aroma gelapnya terasa sekali, sangat pekat kengeriannya. Jangan berharap ada adegan romantis yang terjadi di jalan Marlioboro, alih-alih menghadirkan tempat itu dengan keeksotikannya, penulis malah menghadirkan setting jalan tersebut sebagai tempat kejadian perkara terbunuhnya Nita dengan tragis, miris, dan mengerikan. Pun tempat lainnya, banyak disebut gudang-gudang tua tak bertuan yang gelap, lembap, mereka dijadikan tempat membekap banyak karakter. Miris.



Intinya novel ini menyajikan sebuah suguhan yang segar dalam balutan thriller dan kleniknya. Pembaca akan bisa berdecak kagum ketika membaca adegan-adegan yang pasti membuat bulu roma begidik. Semoga ketika membaca, pembaca novel ini tidak akan terkencing-kencing, karena pasalnya novel ini akan menghadirkan banyak hal-hal mengerikan yang pastinya akan membuat jantung hampir mencelus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)