Langsung ke konten utama

Menuju Kedewasaan di Umur 17

    

   
        Judul: Turning Seventeen
        Penerbit: Elex Media Komputindo
Penulis: Artie Ahmad
Terbit: Cetakan Pertama, Mei 2015
Tebal: 216 halaman
     
     Usia 17 tahun adalah usia yang vital bagi remaja. Di umur tersebut, seorang remaja bisa saja gamang dalam melangkah dan tidak memiliki panutan yang benar untuk dijadikan role model. Saat remaja menginjak usia itu pula mereka akan dituntut menentukan masa depan seperti apa yang akan mereka ciptakan kelak. Seperti yang terjadi pada karakter-karakter di novel remaja berjudul Turning Seventeen ini. Keana, Dirza, Zizi, Prila, dan Sekar, kelimanya sama-sama sedang duduk di bangku kelas dua SMA. Mereka tengah berkembang dan menemukan banyak gejolak kehidupan masa muda yang sarat godaan seperti lawan jenis yang menarik hati mereka, hal-hal baru yang dianggap menakjubkan, tempat-tempat menarik seperti pub dan tongkrongan asyik, serta pilihan hidup masing-masing untuk menentukan cita-cita. Bisakah kelimaanya melewati itu semua dengan lancar? Adakah salah satu dari mereka yang akan tersandung? Bagimana mereka menyelesaikan konfliknya masing-masing di akhir cerita Turning Seventeen?

     Buku remaja memang sarat konflik yang ringan, namun Turning Seventeen menyajikan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan tema novel remaja. Buku ini menyorot bagaimana tingkah laku remaja-remaja perempuan polos yang disuguhkan banyak rintangan. Meskipun begitu, novel yang berlatar tempat di Salatiga ini memuat pesan moral yang sangat kritis mengenai tingkah remaja yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari orangtua dan tentu saja remaja-remaja harus memiliki pedoman yang baik dalam berkelakukan, dalam hal ini bisa landasan agama mereka yang kuat atau pergaulan yang bisa diandalkan dan beratmosfer sehat.
Tokoh sentralnya sendiri adalah Keana yang juga memiliki kakak Bima. Keana memiliki empat sahabat yang satu perjuangan dengannya di kelas, mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Seperti Prila si cantik yang karismatik, Dirza dan Zizi yang sering melucu, dan Sekar yang jenius namun pendiam. Salah satu teman Keana ada yang menarik hati Bima dan dari sana muncul konflik yang akan saling bertabrakan. Sedangkan Keana sendiri sebagai tokoh utama lebih memiliki visi untuk menjaga sahabat-sahabatnya dari hal-hal buruk, meskipun begitu dia tak kunjung menyadari sekuat apapun dirinya, sahabat-sahabatnya memiliki kemauan sendiri-sendiri dalam meniti langkah kehidupan di gerbang menuju kedewasaan masing-masing.
Membaca Turning Seventeen akan membuka mata kita bahwa kehidupan remaja tidak semata seputar sekolah, mall, dan percintaan. Buku ini akan menguliti sisi kehidupan remaja yang mungkin saja terjadi di sekililing kita dan otomatis menuntut tanggung jawab kita untuk peka. Kisah di Turning Seventeen mengajak kita untuk sadar bahwa di dalam kehidupan ini ada satu tahapan yang harus kita hadapi dengan bijak meskipun saat itu umur kita belum mencukupi untuk dikatakan ‘dewasa’. Atau jika kita adalah orang dewasa, kita harus memberikan kepedulian kepada sekitar terutama kepada mereka yang butuh lentera dalam mengarungi kehidupan menuju kedewasaan yang penuh dengan intrik dan hal-hal tak terduga yang menjebak.[]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)