Langsung ke konten utama

[Review] Pay It Forward by Emma Grace


Judul: Pay It Forward
Penerbit: GPU
Penulis: Emma Grace
Terbit: Cetakan Pertama, April 2015
Tebal: 254 halaman

 Kehidupan kampus yang hingar bingar tidak berpengaruh bagi Gitta yang memiliki seorang ayah overprotective. Dia harus merelakan setiap waktunya disita ayahnya sendiri yang tidak ingin putri satu-satunya itu terjun ke dalam pergaulan bebas. Untungnya Gitta juga memiliki Oma Hellen, pengganti ibunya yang meninggal saat Gitta masih bayi, setidaknya Gitta masih memiliki teman. Ditambah ia pun memiliki Kartika, sahabat yang amat memerhatikannya. Saat kebosanan mendera Gitta, lewat Facebook Gitta menemukan permainan unik bernama Pay It Forward, Gitta bergabung ke permainan tersebut dan hidupnya berubah 180 derajat karena harus berurusan dengan Tedjas. Bagaimana cara Gitta menyelesaikan masalahnya dengan Tedjas sedangkan masalah di dalam keluarganya sendiri pun belum tuntas?
Sebuah novel dengan konsep unik begitulah Pay It Forward. Ceritanya sederhana, tentang Gitta yang berusaha diperlakukan dewasa oleh ayahnya karena ia sudah kuliah dan mengganggap dirinya sudah besar. Tetapi, hal yang sungguh ia ingin tahu belum terungkap, yaitu mengenai keluarga ibunya yang ditutup-tutupi ayahnya. Sungguh Gitta penasaran dengan hal tersebut dan berupaya maksimal mengatasinya, tetapi ayahnya memang keras kepala. Saat Tedjas masuk ke kehidupan Gitta, cowok itu bagai penyelamat karena berusaha membantu Gitta menguak misteri mengenai keluarga ibunya. Meskipun pada awalnya Tedjas sering mengobarkan api pertengkaran dengan Gitta karena gadis itu masih saja membencinya akibat insiden MOS yang mana saat itu benar-benar merugikan Gitta.

 Sedangkan rantai kebaikan itu sendiri menurut novel ini adalah kebaikan yang ditularkan kepada orang lain yang belum kita kenal. Awalnya Gitta mendapatkan kebaikan dari seseorang berupa kado istimewa di saat yang tepat, menurut aturan permainan ini Gitta harus memberikan kado lagi kepada seseorang yang ikut serta pada permainannya. Dan Tedjas-lah yang harus Gitta beri hadiah. Hal itu awalnya malapetakan besar ketika Gitta memang tahu Tedjas benar-benar cowok bermasalah. Tetapi, segalnya berjalan di luar rencana karena memang selama ini Gitta buta akan pribadi Tedjas yang sebenarnya, ternyata Tedjas sangatlah perhatian dan mau membantu menyelesaikan masalah peliknya.

 Keluarga yang jadi benang merah di novel ini. Baik keluarga Gitta maupun Tedjas, keduanya sama-sama memiliki andil membentuk kepribadian mereka jelang masa kedewasaan tiba. Penulis novel ini mencoba menghadirkan pesan bahwa seburuk-buruknya keluarga kita di mata orang lain, merekalah orang pertama yang akan hadir ketika kita terjerembab. Oleh karena itu, Pay It Forward tidak saja menyorot konflik superrumit di dua keluarga remaja, melainkan novel ini mencoba memberika solusi konkret bagaimana penyelesaian masalah keluarga lewat konsep permainan kebaikan berantai.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...