Langsung ke konten utama

Dari Rimba Aceh ke Stockholm



                            
                                                                                                                                         Judul:  
Judul: Dari Rimba Aceh ke Stockholm
            Penulis: Dr. Husaini M. Hasan Sp.OG
            Terbit: Cetakan Pertama, Januari 2015
            Tebal: 509 halaman

BEBERAPA tahun silam di Pulau Sumatra tepatnya di Aceh terjadi konflik perjuangan senjata yaitu Gerakan Aceh Merdeka. Sebenarnya ketika hal itu terjadi banyak sekali fakta-fakta yang tidak terendus media. Salah satunya bahwa perjuangan Gerakan Aceh Merdeka sendiri awalnya adalah perjuangan politis, bukan semata-mata perjuangan senjata atau gerilya yang selama ini digembar-gemborkan media. Namun karena beberapa faktorlah hal tersebut terjadi, banyak pejuang yang tumbang dan salah satu faktor penyebabnya adalah salah paham. Salah satu tokoh yang turut berkecimpung dalam gejolak Aceh adalah Dr. Husaini, dia turut serta membawa permasalahan Aceh Merdeka hingga ke negara Swedia demi mencapai suaka politik. Pengorbanannya dan segala hal terkait Aceh Merdeka ia tuangkan dalam sebuah otobiografi yang cukup tebal dalam buku Dari Rimba Aceh ke Stocholm.

Meskipun buku tersebut berisi sejarah yang lumayan runut dituliskan penulisnya, tetapi hal-hal yang banyak tak diketahui dipaparkan di sana. Sebab musabab Aceh Merdeka dituntut oleh sebagian warganya, beberapa tokoh yang jarang dipublikasikan, dan hal-hal yang menyebabkan perubahan gerakan politis menjadi gerakan bersenjata semuanya dituliskan apik oleh salah satu tokoh yang turut ikut serta dalam sejarah kelam itu.

Dr. Husaini tidak serta merta menjelaskan segalanya lewat sudut pandangnya dalam buku ini, ia juga coba menjelaskan bahwa banyak sekali hal-hal yang sebenarnya mumpuni memengaruhi masyarakat Aceh ingin memisahkan diri saat itu. Segalanya tak bisa disimpulkan sebagai hal yang tidak baik, maka dari itu Dr. Husaini yang mana salah satu pelaku sejarah yang memberikan peran di konflik Aceh mencoba menuturkan fakta yang memang benar-benar terjadi.

Buku ini memang berisi pengetahuan yang sebelumnya tak banyak kita tahu. Dari pikiran jujur Dr. Husaini salah satu penggagas Aceh Merdeka, kita akan tahu bahwa tak selamanya sebuah daerah yang memisahkan diri memiliki itikad buruk. Adakalanya mereka hanya menginginkan satu hal yaitu arah yang sama yaitu persamaan ideologi masyarakatnya. Meskipun pada akhirnya Aceh memang tak mampu lepas dari Indonesia, karena Dr. Husaini sendiri tahu waktu yang berjalan mengubah jalan pikiran warga Aceh, dan ia juga tak ingin semakin banyak pejuang-pejuang Aceh saat itu tumbang demi hal yang sulit diperjuangkan dan sulit dimerdekakan dari Indonesia.*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...