Langsung ke konten utama

Nuansa Jazz dan Trauma di Interlude

Judul: Interlude
Penerbit: GagasMedia
Penulis: Windry Ramadhina
Terbit: Cetakan Pertama, Mei 2014
Tebal: 380 halaman

Interlude berkisah tentang Hanna yang berjuang melawan traumanya setelah satu tahun dia terus mengurung diri dan sembunyi dari dunia perkuliahannya yang ia tinggalkan sejenak karena cuti. Ia mencoba melakukan segala hal demi terlepas dari bayang-bayang pemerkosaan oleh kakak kelasya setahun lalu, ia coba mengkuti saran seorang psikiater ekspatriat yang mana selalu dikunjungi Hanna setiap seminggu sekali. Tetapi, luka itu terlanjur menganga di hati Hanna, ia pada akhirnya mengikuti perkuliahan lagi dan harus berani menghadapi tatapan teman-teman sekampusnya yang memandang dia iba. Bisakah Hanna lepas dari mimpi buruknya yang telah menghantuinya selama ini? Diam-diam takdir menghubungkannya dengan cowok playboy bernama Kai yang berprofesi sebagai gitaris band beraliran jazz yang tengah merintis karir. Bisakah Kai menolong Hanna agar terbangun dari mimpi buruknya?

Membaca Interlude kita akan dihadapkan pada novel yang menyuguhkan aroma kelam begitu kentara. Selain itu pula alunan jazz seakan-akan teringiang di sepanjang baris-baris kalimatnya. Interlude menghadirkan sosok tegar Hanna yang percaya lukanya akan sembuh perlahan-lahan meski kadang ia dideskripsikan pencemas oleh penulis. Tokoh Kai yang namanya berarti laut memang membawa ombak segar bagi Hanna, melalui tokoh Hanna yang rapuh Kai bisa pelan-pelan berubah menjadi setia. Pria itu bermetamorfosis menjadi lebih baik setelah bertemu Hanna yang mana tetangga seapartemennya yang baru ia kenal. 


Selain Hanna dan Kai, di dalam novel ini pun dihadirkan tokoh Gita dan Ian yang menjalani abusive relationship atau semacam hubungan dengan tindak kekerasan di dalamnya. Plot cerita Gita Ian otomatis memengaruhi tindak tanduk tokoh sentral Hanna yang mencoba melenyapkan traumanya lewat mendampingi tokoh Gita yang mana teman dekatnya yang baru ia kenal yang percaya Hanna bisa melewati mimpi-mimpi beratnya. Juga ada tokoh Jun yang diam-diam mencintai Gita, ia hadir untuk ikut serta dalam penyelesaian konflik Gita Ian. 

Novel ini mengajak kita untuk berani melangkah melawan ketakutan. Selain itu pula, novel ini berusaha mengajak kita secara tidak langsung untuk peka terhadap sekeliling kita. Karena pada akhirnya kita dituntut sebagai makhluk sosial harus memiliki rasa simpati kepada sesama apalagi keluarga kita. Karena menurut penulis Interlude sendiri, kekuatan cinta mampu mengobati semua luka dengan syarat kita harus percaya cinta itu mampu menyembuhkan.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...