Langsung ke konten utama

Teenlit Menyeramkan: Lucy Lucifer




Teenlit memang seru dan ringan untuk dibaca. Muatan pesannya kental dengan hal-hal yang mudah ditemui di sekitar kita. Namun, bagaimana jika teenlit berbalut horor? Masihkah dia menampilkan muatan yang ringan dan masih enak untuk dinikmati?

Ya, tentu saja masih. Kita bisa mengatakannya jika sebuah buku memang kualitasnya masih mempertahankan keunggulannya. Inilah yang penulis temui di buku Lucy Lucifer, omnibook horor hasil perlombaan dari De Teens (Diva Press) bekerja sama dengan grup kepenulisan Untuk Sahabat dan grup kepenulisan PENCHAKE. Buku ini memuat empatbelas cerita pendek remaja dengan kekhasan horor masing-masing. Dibalut dengan cover yang kartun banget, buku ini masih menjanjikan untuk dibaca.

Kali pertama membaca buku ini, penulis langsung disuguhi cerpen horor Lucy Lucifer yang bergaya fantasi. Meski meramu kengerian dengan keganjilan yang liar, cerita yang ditempatkan di awal itu berhasil membuat sport jantung. Bercerita tentang anak perempuan yang meremehkan teman barunya, seorang cewek aneh yang memakai kalung LOL! Ternyata teman barunya itu seorang pengikut iblis. Untung saja ending cerita ini happy!

Cerita selanjutnya yang penulis baca adalah Temani Jiwaku! Menurut penulis, cerita tersebut paling parah alur dan endingnya. Sepertinya yang menulis cerita itu orang gila! Hehe .... Cuma bercanda, tetapi cerita yang berkisah tentang pembunuhan berantai itu memang tingkat kegilaannya superbanget.

Next, cerita berbalut horor fantasi lagi, tengok Noir. Ceritanya soft, bahkan sepertinya paling adem ayem di antara cerita lain. Pokoknya cerita ini gaya penceritaannya paling rapi, menggunakan sudut pandang lebih dari satu orang.

Mari penasaran dengan buku ini karena cerita-cerita di dalamnya tak sekedar mengedepankan kehororan biasa, namun juga sengatan magis yang bisa membuat merinding, masih ada cerita tentang museum angker, lagu kematian yang bisa membuat pelantunnya mati, melodi tak asing yang bisa memanggil arwah jahat, dendam kesumat yang kebablasan, interview aneh berujung maut, misteri di balik lukisan aneh, bahkan cerita tentang sahabat yang telah mati yang menginginkan temannya juga mati.

Penulis sangat suka buku ini karena kualitas kertas dari percetakan penerbitnya mengalami kenaikan mutu. Sebelumnya, penulis membeli buku Cireng Forever plus Dolphin Dreams, kertasnya belum sebagus buku ini. Dua jempol deh untuk De Teens yang melakukan perbaikan kualitas, semoga buku-bukunya laris di pasaran, dan masih menerbitkan buku horor semacam Lucy Lucifer yang beraroma menegangkan, gila, mistis, gelap, penuh kecamuk, sekaligus memberikan makna terdalam mengenai horor! Good luck! Hidup horor! Hidup horor! Hidup horor! Hehehe ....[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

Review Never Have I Ever Season 2 (Sebuah Ulasan Singkat)