Langsung ke konten utama

Brink of Senses Karya Mertha Sanjaya

Judul: Brink of Senses
Penerbit: Ice Cube
    Penulis: Mertha Sanjaya
    Terbit: Cetakan Pertama, Agustus 2015
    Tebal: 254 halaman
PTSD atau Post-traumatic Stress Disorder adalah gangguan kejiwaan yang dialami satu individu ketika ia mengalami hal traumatis seperti kecelakaan, kekerasan, atau kematian orang yang dicintai. Gangguan ini bisa diturunkan kadar kelainannya ketika penderita dimasukkan ke rumah sakit jiwa atau sebuah pusat rehabilitasi mental selama beberapa bulan. Dalam novel Brink of Senses, remaja bernama Kevin Huston mengalami hal tersebut, untungnya alur cerita bergerak setelah Kevin sudah lumayan sembuh dari kelainan tersebut dan mendiami lingkungan anyar. Semua disebabkan akibat kehilangan orang yang dicintainya yaitu Ibu Kevin. Saat Kevin beserta ayah dan adiknya mencoba memulai kehidupan baru di New York meninggalkan Inggris, Kevin benar-benar terpancing nuraninya ketika bertemu Scarlett. Gadis itu seperti Kevin, bedanya kelainan yang dialami gadis New York itu lain. Gadis itu terus-terusan menunggu seorang bernama Henry dan ia tak pernah berhenti menari di Battery Park, sebuah taman kota yang lokasinya tepat menghadap ke Patung Liberty.
    Inti kisah ini adalah perjuangan menaklukkan sesuatu yang terus menyakiti kita. Kevin sebagai tokoh utama berusaha terlepas dari bayang-bayang masa lalu yang menguntitnya. Dia trauma ketika ibunya meninggal saat melindunginya dari sekawanan perampok, meskipun Kevin selamat ia harus menanggung kelainan psikologis yang begitu parah sehingga harus mendekam di Pusat Rehabilitasi Mental Golden Sunshine. Luka ternyata tak habis setelah itu, saat ia lumayan sembuh dan dibawa ke rumah, tetangganya memandang jijik karena Kevin bisa disebut mantan orang gila, di sekolah tekanan lebih membabi buta saat bullying mendera Kevin.
  Di New York kisah baru bergulir ketika Kevin menutup masa lalunya, mendekap rahasianya rapat-rapat dari siapa pun. Kehidupan normal memang kini ada di hadapan Kevin, tetapi gadis penari bernama Scarlett yang tak pernah berhenti menari mengundang simpati Kevin terhadapnya. Penulis mencoba mengundang pembaca untuk terus penasaran dengan kisah Scarlett lewat banyak cerita yang didominasi pandangan Kevin terhadap Scarlett, sekaligus tingkah laku kedua remaja itu sangat membumi meskipun latar cerita di luar negeri.
    Membaca novel ini kita tidak akan bosan mengikuti kisahnya yang dilematis. Dikatakan begitu memang karena kisahnya begitu pilu, bagaimanapun bukan hal mudah jika kehidupan mental seorang remaja mendapatkan ‘kecelakaan’ yang tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga pikiran serta perasaan. Novel karya Mertha Sanjaya ini akan mengajak kita semua untuk percaya bahwa segala hal sia-sia yang kita lakukan sebenarnya berasal dari sikap abai kita yang salah menilai suatu problema. Juga sebagai makhluk sosial, kita harus peduli dan merasa lega ketika membahagiakan orang lain.***

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...

The Cat Returns (2002), Sebuah Ulasan Singkat

Film ini mengisahkan seorang siswa bernama Haru yang kurang bisa menikmati hidupnya karena terasa membosankan. Haru memendam perasaan kepada siswa cowok di sekolahnya namun sayang Haru harus menelan pil pahit karena dia tahu cowok itu sudah memiliki kekasih. Hidup Haru berubah saat dia kemudian menyelamatkan seekor kucing yang akan tertabrak mobil. Sejak saat itu, Haru kembali mempertanyakan kembali makna kebahagiaan dalam hidupnya. Menonton film ini membuatku merasa bahagia dan tenang. Mungkin lebih ke perasaan tentram sepanjang menonton filmnya. Karena aku pikir plot dalam film ini sungguh sangat mudah dicerna namun aku tidak protes. Tidak seperti kebanyakan film lainnya kreasi studio Ghibli, film ini seakan tidak berusaha membuat pusing penontonnya, ya mungkin memang sengaja dibuat mudah ditebak dari segala aspek filmnya.  Menurutku, penonton akan mengambil hikmah tentang tidak banyak menggerutu dalam menjalani hidup saat mereka menuntaskan menonton film ini. Karena ...