Langsung ke konten utama

Yakin Selamanya Mau di Pojokan?!



Judul: Yakin Selamanya Mau di Pojokan?!
Penulis: Monica Anggen
Penerbit: Grasindo
Penata Isi/Cover: Langit Amaravati
Editor: Mira R.
Terbit: 18 Mei 2015
Tebal: 174 halaman
Harga: Rp59.000,-

“Tujuan adalah mimpi dengan batas waktu.” Itulah kata-kata Napoleon Hill yang saya ingat saat saya mencoba membaca buku ini di halaman sembarang, hal itu saya lakukan sesuai perintah buku ini di prakata bahwa pembaca bebas memulai membaca dari bab mana saja. Saya tersentak karena bab 35 bertajuk Tentukan Deadline! Rasanya sangat menohok karena hal itu ada hubungannya dengan apa yang sedang saya kerjakan, mengenai pengaturan waktu alias time schedule saya yang amburadul dan harus dibenahi. Setidaknya, buku motivasi ringan karya Mbak Monica Anggen ini turut ikut serta membantu saya yang mau berubah, karena saya pikir buku ini memiliki konten-konten yang antimainstream di dalamnya. Seperti motivasi-motivasi yang disampaikan dengan persuasif, quotes yang benar-benar berkesinambungan dengan isi buku, beserta ilustrasi-ilustrasinya yang memanjakan mata.


Berisi lima puluh bab, buku ini sekali lagi tampil sebagai buku yang ‘berbeda’. Seperti buku Mbak Monica Anggen sebelumnya yang telah saya review, buku ini pun memiliki kesamaan. Namun, tema besar yang coba diangkat adalah seputar tips-tips meningkatkan produktifitas kita sebagai manusia! Benar, mau remaja, tua, muda, renta, yang penting kita tidak boleh berhenti berkarya sebagai makhluk Tuhan yang diberikan akal. Sebanyak lima puluh bab di dalam buku ini mencoba mengajak pembaca lewat penuturan dan informasi yang disajikan dengan sangat friendly, secara garis besar buku ini terdiri dari tiga bagian: Apa yang Kamu Miliki, Kembangkan Potensi, dan Mari Beraksi. Setiap bagian besar buku tersebut berisi 15 bab untuk kluster pertama, 14 bab untuk kluster kedua, dan 21 bab untuk kluster ketiga. Penyampaiannya yang tidak bertele-tele dan terkadang frontal membuat buku ini bisa jadi diam-diam akan mengajak pembacanya berevolusi menjadi lebih baik, tentu tidak perlu perubahan yang signifikan, tetapi yang penting sedikit-sedikit mengalami apa yang namanya bergeser menjadi lebih baik.

Penampakan buku dari depan :)

Jangan khawatir mengenai isi buku yang biasanya terpaku pada pembahasan teks melulu, di dalam buku ini terdapat beragam quotes yang akan membantu pembaca menstimulasi motivasi dari dalam diri mereka. Saya mencatat beberapa quotes bagus. Tentu quotes tersebut tidak serta merta disajikan begitu saja, layouter buku ini sengaja mendesainnya dengan apik lewat gambar-gambar atau font yang menarik.
  • “Kegigihan adalah kekuatan yang tidak kelihatan.” Quote D.H Lawrence di bab 42.
  • “Jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu hal secara sederhana. Itu artinya kamu belum paham.” Quote Albert Einstein di bab 34.
  • “Hidup kita tersusun dari mimpi-mimpi.” Quote Anais Nin di bab 5.
Dan masih banyak quotes bagus yang penulis selipkan demi membuat buku ini tak sekedar menjadi buku motivasi/pengembangan diri biasa. Pembaca dapat menemukannya sepanjang membaca buku bersampul biru ini.


Pembaca pun tidak boleh menyangsikan kelebihan lain dari buku ini, ilustrasi-ilustrasinya yang memanjakan mata. Saya benar-benar tidak merasa bosan membaca buku ini, karena beragam ilustrasinya yang membuat nyaman dan kadang menggelitik. Sepertinya buku ini memang sengaja disusun untuk mereka yang sudah jenuh membaca buku motivasi dengan isi full text tanpa disertai aksesoris-aksesoris lain, memang itu cukup bisa memancing rasa penasaran dan menghapus kejenuhan jika pembaca bosan kala membaca buku non fiksi, apalagi tema besarnya motivasi.


Saking asyiknya saya membaca buku ini, sampai menghiraukan ada beberapa typo di buku ini. Mungkin kurang dari lima sih, juga ada informasi yang sedikit salah mengenai fakta J.K Rowling sebagai salah satu penulis kaya di Amerika, seharusnya Inggris ya? Tetapi, tidak masalah karena bagaimanapun tidak ada gading yang tidak retak. Untungnya, lebih banyak kelebihannya dari buku ini dibanding kekurangannya, hehe… Intinya buku ini saya rekomendasikan lho untuk siapa saja yang ingin menunjukkan eksistensinya di muka bumi, hehe lebay ya? Karena isi dari buku ini memang berusaha memengaruhi siapa saja yang ingin berubah, pembahasannya sangat santai tetapi hal-hal yang dikulitinya sungguh benar-benar membuat saya tercengang. Semoga ya pembaca yang berkesempatan membaca buku ini bisa mengambil segala hal positif yang ditebar di buku ini, termasuk saya, aminnn. So, masih mau selamanya di pojokan?! Saya sih no setelah membaca buku ini.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...

The Cat Returns (2002), Sebuah Ulasan Singkat

Film ini mengisahkan seorang siswa bernama Haru yang kurang bisa menikmati hidupnya karena terasa membosankan. Haru memendam perasaan kepada siswa cowok di sekolahnya namun sayang Haru harus menelan pil pahit karena dia tahu cowok itu sudah memiliki kekasih. Hidup Haru berubah saat dia kemudian menyelamatkan seekor kucing yang akan tertabrak mobil. Sejak saat itu, Haru kembali mempertanyakan kembali makna kebahagiaan dalam hidupnya. Menonton film ini membuatku merasa bahagia dan tenang. Mungkin lebih ke perasaan tentram sepanjang menonton filmnya. Karena aku pikir plot dalam film ini sungguh sangat mudah dicerna namun aku tidak protes. Tidak seperti kebanyakan film lainnya kreasi studio Ghibli, film ini seakan tidak berusaha membuat pusing penontonnya, ya mungkin memang sengaja dibuat mudah ditebak dari segala aspek filmnya.  Menurutku, penonton akan mengambil hikmah tentang tidak banyak menggerutu dalam menjalani hidup saat mereka menuntaskan menonton film ini. Karena ...