Langsung ke konten utama

Haru no Sora


Judul: Haru no Sora
Pengarang: Laili Muttamimah
Penerbit: Ice Cube
Terbit: Cetakan 1, Februari 2015
Penyunting: @asamsianida
Sampul: Deborah A. M.
Layouter: Teguh T. E.
Tebal: vii+298

Sinopsis
Kisah remaja yang berlatar tempat di Jepang ini berfokus ke karakternya bernama Miyazaki Sora. Cerita ini mengangkat realita kehidupan yang sebenarnya 'ada' di sekeliling kita. Sora bekerja paruh waktu sebagai 'perempuan malam', gadis itu tahu bahwa pekerjaan tersebut berisiko dan taruhannya adalah hal yang bukan main-main. Sora terpaksa melakukan itu semua demi melunasi utang-utang ayahnya yang kini sering mabuk-mabukan semenjak istrinya (ibu Sora) bunuh diri tiga tahun lalu. Sampai kapan Sora akan menghabiskan masa remajanya untuk melakukan pekerjaan yang jelas-jelas melanggar norma? Bagaimana kehidupan Sora ketika sosok Haru sengaja hadir untuk menemaninya melewati masa-masa sulit?


Review
Novel remaja biasanya mengangkat hal-hal ringan, tetapi Haru no Sora berusaha menyampaikan problematika kompleks seorang remaja dari sisi berbeda. Karakter Sora sangat digali di novel ini, karena tentu saja sudut pandang orang pertamalah yang dipakai di novel ini. Jalan ceritanya pun sangat berliku, lebih menitik beratkan kepada usaha-usaha Sora yang sebenarnya ingin melepaskan diri dari jurang kelam hidupnya. Rasa persahabatan, keluarga, bahkan percintaan terasa lengkap di buku ini, penyebabnya adalah pengarang buku ini menampilkan sisi hidup Sora yang umum pula, saat gadis itu menjadi murid biasa dan menjalin pertemanan dengan Fujiwara Risa dan Tachibana Sae. Juga saat Sora berinteraksi dengan ayahnya di rumah dalam atmosfir yang saling mencurigai dan memilukan, dan Sora yang menjalin hubungan tanpa status dengan Haru. Buku ini memang mengangkat kehidupan sebagaimana adanya.

Tak lupa, karena novel ini ber-setting di Tokyo dan sekitarnya, budaya Jepang pun otomatis dipaparkan penulis. Dari yang hitam sampai yang putih. Fenomena bullying yang khas dan eksis di negeri Sakura disampaikan lewat subplot geng Sora yang menindas Akiyama Airi. Sedangkan budaya lokalitas Jepang dituturkan dengan subplot Sora dan Haru yang mengunjungi Kamakura, daerah di Jepang yang terkenal karena kuil-kuil legendarisnya bertengger di sana.

Membaca novel ini akan menyadarkan kita bahwa betapa penting menjaga hubungan baik di antara keluarga kita, juga mengenai pencarian jati diri yang seharusnya tak boleh melewati batas-batas tertentu. Yang paling digarisbawahi adalah mengenai amanat saat menghadapi masalah, kita seharusnya berusaha untuk mencari jalan keluar terbaik, bukan solusi instan, karena setiap keputusan mengandung konsekuensi baik positif maupun negatif. Haru no Sora sekali lagi menjadi terobosan literatur remaja yang mencoba mengajak secara implisit untuk berani berkorban demi kebahagian orang lain, karena setiap individu yang bijak pasti lebih mendahulukan hati yang bukan miliknya untuk merasa terbebas dari segala belenggu hidup. Akhir kata, saya rekomendasikan Haru no Sora bagi mereka yang merasa hidup ini masih belum begitu adil. Sebab, terlalu banyak kemewahan dalam hidup sehingga kita lupa cara bersyukur yang sederhana.

Quote favorit saya di Haru no Sora:

"Rasa kecewa akan menguatkanmu. Jadi, kau tidak perlu takut dikecewakan, karena itu akan membuatmu menjadi semakin kuat dan semakin kuat." Ken pada Miyazaki Sora di halaman 258.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)