Judul: Srimenanti
Penulis: Joko Pinurbo
Tebal: 148 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp55.000
Tanggal rilis: 08 April 2019
Blurb
Saya pernah ditanya wartawan, “Lukisanmu termasuk aliran apa?” Saya malas dan tidak tertarik menjawab pertanyaan semacam itu. Saya tidak tertarik pada label.
Hari-hari ini kegemaran bermain label kembali merajalela dan banyak orang lupa atau tidak menyadari bahayanya.
Diam-diam saya jeri menanggung beban yang diakibatkan oleh permainan label dan stigma. Namun, bagaimanapun saya mencintai hidup ini.
Di saat-saat rentan hati, ingin rasanya saya pergi mengasingkan diri. Pergi jauh ke sebuah pelukan dan berlabuh di bahu seseorang, tetapi pelukan siapa, bahu siapa?
Srimenanti adalah novel perdana Joko Pinurbo.
Ulasan Singkat Novel Srimenanti Karya Joko Pinurbo
Novel ini adalah novel perdana Joko Pinurbo (Jokpin) yang umum dikenal sebagai penyair. Puisi-puisinya yang singkat tetapi bermakna, selalu berhasil membuatku berdecak kagum. Makanya, aku memberanikan diri untuk membaca novel perdananya ini. Tipis, cuma 148 halaman saja.
Mengisahkan Srimenanti yang seorang pelukis. Juga dikisahkan tokoh 'saya' yang menurutku dia adalah Jokpin sendiri. Novel ini dikisahkan bergantian dari POV Srimenanti dan tokoh 'saya'. Menurutku novel ini cocok jadi bahan hiburan yang mampu membuat siapa saja akan berpikir.
Pasalnya konflik utama dalam novel ini hampir tidak ada. Masalah-masalah hanya menghampiri tokoh Srimenanti dan tokoh 'saya' secara masing-masing, tidak ada tubrukan konflik, tidak ada masalah yang perlu diselesaikan secara bersama.
Malah rasanya salah satu konflik di novel ini sangat absurb tapi disajikan dengan sangat kocak. Eltece, hantu itu membuat gegar warga. Awalnya hanya berdiam di rumah Srimenanti, tapi akhirnya mengunjungi juga tokoh-tokoh lain. Tapi konflik ini tidak diceritakan horror, alih-alih disajikan penuh guyonan.
Apa yang sebenarnya Jokpin ingin berikan kepada pembaca? Menurutku Jokpin berusaha memberikan kesan dan pesan bahwa ia juga bisa menggugah pembaca bukan hanya lewat puisi, tapi juga lewat karya dengan napas yang lebih panjang. Meskipun begitu, ia masih bercerita dengan gayanya, penuturannya masih sama, dan yang membuatku senang adalah humor yang ia berikan lebih jelas dalam novel ini. Pembaca tidak akan mendapatkan kata 'asu' bertaburan di novel karya pengarang lainnya, atau kata 'sakaratulmampus', bisa aja ya Jokpin.
So, novel ini direkomendasikan sekali untuk dibaca. Meksipun hadir dengan label 18+, tidak ada adegan yang membahayakan bila dibaca remaja. Mungkin cuma makna cerita yang terlampau tinggi yang patut diantisipasi, enggak kok sebenarnya enggak tinggi-tinggi banget sampe bisa bikin pusing. Malah pendekatan gaya millenial sih yang coba Jokpin terapkan dengan menulis bab-bab yang superpendek dan bahasan hal-hal remeh-temeh.
Overall, five 🌟🌟🌟🌟🌟
Lha, kalau dirasa nggak punya konflik, lalu cerita ini digerakan oleh apa ya, De, sampai bisa mencapai 148 halaman. Hemm, saya kayaknya harus baca juga nih, biar tahu ada apa di novel ini...
BalasHapusJadi sepanjang 148 itu bolak balik aja bergantian nyeritain masalah yang dialami Srimenanti atau tokoh 'saya'.... Masing-masing punya konflik alot dalam hidupnya tapi dibawa selow atau melankolis sih sama kedua tokoh utama itu
Hapus