Judul :
Melihat Api Bekerja
Penulis :
M Aan Masyur
Cetakan :
I, 2015
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal :
160 halaman
ISBN :
978-602-03-1557-7
Ilustrator
: emte
Desain
sampul dan isi : emte
Pengantar
: Sapardi Djoko Damono
Puisi
favorit
Menikmati Akhir Pekan
Aku benci berada di antara orang-orang yang bahagia.
Mereka bicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata mereka tidak mengatakan
apa-apa. Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup mereka
baik-baik saja. Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka. Aku
senang berada di antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak
bicara, jujur, dan berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu
dari diri mereka ada yang telah dicuri.
Ulasan
singkat
Awalnya
aku mendapatkan buku ini karena membuat review buku gramedia. Setelah aku
melaporkan reviewku ke tim marketing gramed, aku mendapatkan buku ini atas
request aku sendiri sih. Satu hal yang paling aku senangi dalam hidup, ya
karena puisi-puisi di dalamnya aku sangat sukai. Terlebih sebelumnya aku
membaca puisi-puisi Aan dalam buku Lang Leav, ya Aanlah yang menerjemahkannya.
Aku
merasa beruntung karena lewat puisi-puisi Aan mungkin aku mencintai puisi,
halah bahasanya. Tapi, puisi-puisi Aan memang membekas dalam ingatanku. Rasanya
seperti menyantap makanan enak yang rasanya begitu khas, terus selalu membekas
dalam ingatan yang tak lekas hilang, bablas. Ya, pokoknya begitu rasanya memang
aku beruntung karena perkenalanku pada puisi-puisi Aan sungguh mengagumkan
sekali.
Menurutku
begini, puisi-puisi yang Aan tulis itu punya makna yang dalam, kadang aku
enggak terlalu mengerti sih, harus dibaca beberapa kali sampai yah akhirnya aku
mengangguk dengan interpretasiku. Jujur, bahasanya menurutku sendiri asik dan
berani, tetapi masih berirama dan yang paling penting adalah puisi-puisi Aan
bercerita gitu lho.
Seperti apa yang Sapardi bilang dalam kata pengantar buku ini, Aan memang mendongengkan kisah dalam setiap syair-syairnya, dan itu bagus banget menurutku. Hal tersebut membawa pembaca ke pengalaman menikmati dua hal sekaligus: cerita dan puisi, hal yang mengandung makna juga pesan.
Seperti apa yang Sapardi bilang dalam kata pengantar buku ini, Aan memang mendongengkan kisah dalam setiap syair-syairnya, dan itu bagus banget menurutku. Hal tersebut membawa pembaca ke pengalaman menikmati dua hal sekaligus: cerita dan puisi, hal yang mengandung makna juga pesan.
Seperti
halnya yang terdapat dalam puisi Menikmati Akhir Pekan di atas, rasanya gimana
ya, getir-getir berani. Menurutku sih puisi itu seperti mencoba merangkul
pembaca untuk tidak bersedih, tidak bergundah gulana.
Iya, Aan seperti berbisik kepada orang-orang yang tengah mengalami patah hati mungkin, untuk tidak terus bersendu, makanya ia mengibaratkan berada dalam lingkungan orang-orang bahagia seperti tidak bagus mungkin karena orang tersebut akan merasa menjadi lebih sedih. Sedangkan berada di sekitar orang-orang yang tengah bergundah gulana malah akan membuat mereka lebih merasa ‘ditemani’ karena tak sendiri.
Iya, Aan seperti berbisik kepada orang-orang yang tengah mengalami patah hati mungkin, untuk tidak terus bersendu, makanya ia mengibaratkan berada dalam lingkungan orang-orang bahagia seperti tidak bagus mungkin karena orang tersebut akan merasa menjadi lebih sedih. Sedangkan berada di sekitar orang-orang yang tengah bergundah gulana malah akan membuat mereka lebih merasa ‘ditemani’ karena tak sendiri.
Semakin baguslah
buku ini karena diberikan ilustrasi-ilustrasi Emte yang khas. Antara puisi dan
gambar sangat padu dan indah. Sumpah baca deh. Aku sudah membaca buku ini
berkali-kali dan rasanya enggak pernah bosan. Rasanya malah jadi penyembuh pas
galau, karena puisi-puisi Aan seperti berteriak lantang kepadaku bahwa ‘sedihlah sesedih-sedihnya sampai air matamu abis, jangan pedulikan orang-orang, yang penting
kamu menjadi plong dan akhirnya bangkit lagi’.
Aku sangat merekomendasikan buku puisi ini kawan-kawan. Buku ini malah semakin cantik saat sudah berumur, iya karena aku terus simpen di dalam lemari jadi menguning kan kertas-kertasnya tapi karena warna kertasnya beberapa kecoklatan karena pengaruh warna ilustrasinya juga, maka jadi makin bagus aja sih. Keren banget.
Aku sangat merekomendasikan buku puisi ini kawan-kawan. Buku ini malah semakin cantik saat sudah berumur, iya karena aku terus simpen di dalam lemari jadi menguning kan kertas-kertasnya tapi karena warna kertasnya beberapa kecoklatan karena pengaruh warna ilustrasinya juga, maka jadi makin bagus aja sih. Keren banget.
Saya kayaknya jarang banget baca buku puisi. Padahal dulunya gemar banget bikin puisi, apalagi kalau temanya patah hati. Kayak related banget sama diri sendiri.
BalasHapusMenurut saya pun membaca puisi itu butuh beberapa kali dan kelitian agar makna puisi itu beneran sampai ke kita. Terlepas dari tepat atau nggak tepat dengan yang diinginkan penulisnya, tetapi puisi yang berhasil itu yang bisa dipahami oleh pembaca jika ada cerita di dalamnya. Soalnya ada beberapa puisi yang memang sulit dipahami kalau di dalamnya itu ada ceritanya. Biasanya jika puisi itu disusun dari diksi yang nggak umum dipakai.
Mungkin lain waktu saya akan mengulas buku puisi juga. Kalau tidak salah saya pun punya buku kumpulan puisi yang masih ditimbun, belum juga dibaca.
setuju banget kang, kadang kalo puisinya bermakna dan pake bahasa tinggi buatku agak susah dicerna alias harus dibaca berkali kali juga... kayak pas baca buku puisinya Adimas Imanuel yang di hadapan rahasia, rasanya terbebani banget karena susah buat dimengerti....
BalasHapus