Langsung ke konten utama

Cerpen Asmara dalam Semangkuk Empal Gentong (Kabar Cirebon, 13 April 2019)




Landra sangat menyukai empal gentong. Hal itu juga yang membuatnya selalu berdebar-debar tiap kali merasakan empal gentong racikan seseorang yang merebut hatinya bernama Irham. Landra hanyalah seorang gadis SMA yang baru saja menginjak kelas sepuluh, sementara Irham adalah bujang yang setidaknya barusia empat tahun lebih tua dari Landra. Irham sangat-sangat cekatan dan tidak pernah gengsi untuk meneruskan usaha keluarganya, padahal ia bisa melanjutkan kuliah atau kerja di ibukota. Hal itu juga yang membuat Landra kagum, sebagai pendatang ia dibuat terpesona oleh makanan yang selalu dibuat Irham dan oleh lelaki itu sendiri.
Jadi hari ini Landra memutuskan untuk ke kedai empal gentong Irham yang berada di pinggir jalan desa. Jalan utama yang selalu ramai oleh pedagang-pedagang yang berusaha mengais rejeki. Mungkin karena jalan desa itu juga dekat dengan alun-alun kecamatan sehingga selalu sesak oleh kehadiran orang-orang yang berusaha membuat perut mereka penuh.
Landra saat itu tak bisa menduga bahwa Irham sedang berbicara dengan gadis seusinya. Tidak. Gadis itu bukan orang asing bagi Landra karena gadis itu adalah Anneke. Gadis itu adalah teman sebangku Landra di sekolah. Pengkhianat, pikir Landra. Kenapa Anneke tampak seperti mendekati Irham? Sejenak setelah Anneke hengkang, Landra mendekat ke kedai Irham.
Seperti biasa Irham menyapa hangat Landra. Namun, kali ini Landra membalas dengan senyum kecut yang membuat Irham kebingungan setengah mati. Irham lalu bertanya tanpa basi-basi.
“Kenapa Lan?” ucap Irham.
Landra masih menatap dengan tatapan yang tidak bisa Irham pahami.
“PMS?” ucap Irham.
Landra masih tidak mengatakan hal apa-apa. Sehingga Irham kemudian bertanya apakah Landra akan pesan makanan yang sama seperti biasa. Landra hanya mengangguk. Setidaknya hal itu tidak membuat Irham bertanya-tanya kemudian kembali.
Lalu gadis itu tampak tak berhenti cemberut. Ia kemudian terus memainkan ponsel pintarnya yang gendut kuota. Dia main dari satu sosial media ke satu sosial media lainnya. Akhir-akhir ini semua itu dipenuhi dengan postingan-postingan politik yang tak Landra mengerti. Kadang disertai dengan ujaran-ujaran kebencian yang begitu kentara. Sehingga membuat hatinya yang sudah panas semakin tak terkendali menjadi begitu emosional.
Irham lalu menyajikan apa yang Landra tunggu tapi tak Landra ungkapkan baik lewat kata-kata atau gestur. Ya, semangkuk empal gentong dan sepiring nasi putih yang masih hangat. Landra masih tak berucap apa-apa sampai Irham kemudian berlalu pergi begitu saja. Landra kemudian mengambil sendok dan mencicip kuah empal gentong buatan Irham. Hatinya menjadi damai kembali. Sebegitu sederhananya.
***
Landra begitu ekspresif dan berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Irham. Selain latar budaya berbeda yang membesarkan kedunya, juga mungkin didikan orangtua yang berbeda. Landra lahir dari keluarga berada meskipun sekarang kondisi berubah bagai bumi dan langit. Ayahnya yang pebisnis besar seperti ayah Irham harus bangkrut dengan tokonya di ibukota sana, sehingga mengharuskan Landra dan keluarga hengkang dan menepi dulu di desa ibunya.
“Ham, aku ada rasa sama kamu...”
Setelah mendengar hal tersebut Irham tak merespon apa-apa. Ia hanya masuk rumah kemudian melakukan aktivitasnya kembali seperti biasa. Tentu Landra semakin naik pitam. Tentu Landra tak hentinya protes dengan dengan reaksi Irham yang begitu saja.
Landra kemudian pergi dari kedai Irham dengan hati penuh beban. Sedangkan Irham masih membiarkan tanda tanya membesar dalam pikirannya. Ini kali pertama ada gadis yang menyatakan perasaan padanya. Dan tentu saja bujang itu bingung untuk melakukan hal apa selajutnya. Ia tak mengerti.
Sementra sampai rumah sana, Landra langsung mengunci dirinya sendiri di kamarnya. Ada berliter-liter air mata yang tumpah dari matanya. Hatinya terasa tercabik-cabik dengan respon Irham yang tak pernah dia duga-duga. Padahal ia sudah menjadikan dirinya sendiri begitu rendah dengan menyatakan perasaannya terlebih dahulu.
Perempuan menyatakan cinta terlebih dahulu bukankah terdengar konyol. Terutama jika mendapat respon yang sangat-sangat tak terduga. Macam respon Irham. Itu adalah hal yang membuat Landra sepertinya ingin mati.
Tidak. Tiba-tiba Landra merasa mendapatkan dorongan besar dalam dirinya. Apa Irham tak bisa melihat betapa tulus Landra menepikan hatinya kepada Irham? Mungkin Landra hanya perlu berusaha kembali, berusaha lebih keras. Dan ia juga baru sadar jika Irham bukan tipe laki-laki muda kebanyakan. Seharusnya Landra tidak sekonyol itu. Maka sekarang pun Landra menyesali apa yang telah dilakukannya. Sungguh begitu benar-benar bodoh. Seharusnya Landra tidak pernah melakukan hal itu. Seharusnya ia biarkan dirinya lebih dekat pada Irham lebih dulu.
Berhari-hari kemudian berlalu. Desa masih tetap sama dengan atmosfirnya yang hangat. Namun, kadang hujan datang berkali-kali tanpa tedeng aling-aling.
Hujan selalu membawa rasa yang kadang bahagia bagi sebagian orang, kadang kelam bagi sebagian orang lainnya. Sungguh menyebalkan terutama bagi Landra yang sangat membenci petir. Bukannya hujan selalu datang disertai petir. Padahal hari ini, setelah tujuh hari kejadian itu, ia tak berkunjung ke kedai empal gentong Irham, ia ingin ke sana. Cuaca tidak berada di pihaknya.
Sementara seseorang di sisi lain dunia merasakan hal yang seakan-akan menonjok ulu hatinya berkali-kali. Ia, Irham, tak berhenti-henti untuk memikirkan Landra. Maka, ia bawa semangkuk empal gentong untuk Landra. Tunggu, ia pikir tak akan bisa meskipun rumah Landra dekat dengan kedainya. Maka ia pindahkan isi empal gentong itu ke dalam rantang dua susun. Tingkat pertama berisi nasi. Yang kedua berisi empal gentong.
Ia tembus hujan dengan jaket yang ia pakai dan juga payung untung melindungi dari terkena basah. Lalu ia tak berhenti untuk terus berusaha mencapai rumah Landra. Sementara Landra baru saja tersenyum saat mendapatkan pesan dari Anneke. Teman sebangkunya itu berkata bahwa ia kemarin-kemarin bertanya seputar empal gentong pada Irham untuk bahan pada salah satu novelnya di Wattpad. Anneke sering menulis di platform digital itu.
Jadi tidak ada yang salah pada siapa pun. Mungkin hanya Landra saja yang terlalu berburuk sangka. Maka, saat Irham mengetuk pintu rumah Landra dan lelaki itu tersenyum hangat, Landra malah merasa bersalah.
Mungkin rasa yang paling tidak menipu dan memanipulasi adalah rasa pada hidangan-hidangan yang diracik dengan tulus seperti makanan-makanan yang Irham buat. Berbeda dengan rasa yang manusia alami, kadang menipu dan malah membuatnya menjadi pribadi yang munafik dan selalu menyebalkan.
Kini, Landraa tidak masalah dengan apapun yang akan Irham katakan dan lakukan. Karena ia tahu kehadiran Irham saja dengan serantang empal gentongnya sudah cukup untuk Landra. Tak ada yang sedang berharap lebih. Urusan hati hanya sampai itu.
Di tengah hujan deras, dua orang tampak menimkati sajian empal gentong hangat yang rasanya sungguh membuat lidah seakan berdansa. Dingin hujan sudah tak ada artinya lagi.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)