Landra sangat menyukai
empal gentong. Hal itu juga yang membuatnya selalu berdebar-debar tiap kali
merasakan empal gentong racikan seseorang yang merebut hatinya bernama Irham.
Landra hanyalah seorang gadis SMA yang baru saja menginjak kelas sepuluh,
sementara Irham adalah bujang yang setidaknya barusia empat tahun lebih tua
dari Landra. Irham sangat-sangat cekatan dan tidak pernah gengsi untuk meneruskan
usaha keluarganya, padahal ia bisa melanjutkan kuliah atau kerja di ibukota.
Hal itu juga yang membuat Landra kagum, sebagai pendatang ia dibuat terpesona
oleh makanan yang selalu dibuat Irham dan oleh lelaki itu sendiri.
Jadi hari ini Landra
memutuskan untuk ke kedai empal gentong Irham yang berada di pinggir jalan
desa. Jalan utama yang selalu ramai oleh pedagang-pedagang yang berusaha
mengais rejeki. Mungkin karena jalan desa itu juga dekat dengan alun-alun
kecamatan sehingga selalu sesak oleh kehadiran orang-orang yang berusaha
membuat perut mereka penuh.
Landra saat itu tak
bisa menduga bahwa Irham sedang berbicara dengan gadis seusinya. Tidak. Gadis
itu bukan orang asing bagi Landra karena gadis itu adalah Anneke. Gadis itu
adalah teman sebangku Landra di sekolah. Pengkhianat, pikir Landra. Kenapa Anneke
tampak seperti mendekati Irham? Sejenak setelah Anneke hengkang, Landra
mendekat ke kedai Irham.
Seperti biasa Irham
menyapa hangat Landra. Namun, kali ini Landra membalas dengan senyum kecut yang
membuat Irham kebingungan setengah mati. Irham lalu bertanya tanpa basi-basi.
“Kenapa Lan?” ucap
Irham.
Landra masih menatap
dengan tatapan yang tidak bisa Irham pahami.
“PMS?” ucap Irham.
Landra masih tidak
mengatakan hal apa-apa. Sehingga Irham kemudian bertanya apakah Landra akan
pesan makanan yang sama seperti biasa. Landra hanya mengangguk. Setidaknya hal
itu tidak membuat Irham bertanya-tanya kemudian kembali.
Lalu gadis itu tampak
tak berhenti cemberut. Ia kemudian terus memainkan ponsel pintarnya yang gendut
kuota. Dia main dari satu sosial media ke satu sosial media lainnya.
Akhir-akhir ini semua itu dipenuhi dengan postingan-postingan politik yang tak
Landra mengerti. Kadang disertai dengan ujaran-ujaran kebencian yang begitu
kentara. Sehingga membuat hatinya yang sudah panas semakin tak terkendali
menjadi begitu emosional.
Irham lalu menyajikan
apa yang Landra tunggu tapi tak Landra ungkapkan baik lewat kata-kata atau
gestur. Ya, semangkuk empal gentong dan sepiring nasi putih yang masih hangat.
Landra masih tak berucap apa-apa sampai Irham kemudian berlalu pergi begitu
saja. Landra kemudian mengambil sendok dan mencicip kuah empal gentong buatan
Irham. Hatinya menjadi damai kembali. Sebegitu sederhananya.
***
Landra begitu ekspresif
dan berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Irham. Selain latar budaya
berbeda yang membesarkan kedunya, juga mungkin didikan orangtua yang berbeda.
Landra lahir dari keluarga berada meskipun sekarang kondisi berubah bagai bumi
dan langit. Ayahnya yang pebisnis besar seperti ayah Irham harus bangkrut
dengan tokonya di ibukota sana, sehingga mengharuskan Landra dan keluarga
hengkang dan menepi dulu di desa ibunya.
“Ham, aku ada rasa sama
kamu...”
Setelah mendengar hal
tersebut Irham tak merespon apa-apa. Ia hanya masuk rumah kemudian melakukan
aktivitasnya kembali seperti biasa. Tentu Landra semakin naik pitam. Tentu
Landra tak hentinya protes dengan dengan reaksi Irham yang begitu saja.
Landra kemudian pergi
dari kedai Irham dengan hati penuh beban. Sedangkan Irham masih membiarkan
tanda tanya membesar dalam pikirannya. Ini kali pertama ada gadis yang
menyatakan perasaan padanya. Dan tentu saja bujang itu bingung untuk melakukan
hal apa selajutnya. Ia tak mengerti.
Sementra sampai rumah
sana, Landra langsung mengunci dirinya sendiri di kamarnya. Ada berliter-liter
air mata yang tumpah dari matanya. Hatinya terasa tercabik-cabik dengan respon
Irham yang tak pernah dia duga-duga. Padahal ia sudah menjadikan dirinya
sendiri begitu rendah dengan menyatakan perasaannya terlebih dahulu.
Perempuan menyatakan
cinta terlebih dahulu bukankah terdengar konyol. Terutama jika mendapat respon
yang sangat-sangat tak terduga. Macam respon Irham. Itu adalah hal yang membuat
Landra sepertinya ingin mati.
Tidak. Tiba-tiba Landra
merasa mendapatkan dorongan besar dalam dirinya. Apa Irham tak bisa melihat
betapa tulus Landra menepikan hatinya kepada Irham? Mungkin Landra hanya perlu
berusaha kembali, berusaha lebih keras. Dan ia juga baru sadar jika Irham bukan
tipe laki-laki muda kebanyakan. Seharusnya Landra tidak sekonyol itu. Maka sekarang
pun Landra menyesali apa yang telah dilakukannya. Sungguh begitu benar-benar
bodoh. Seharusnya Landra tidak pernah melakukan hal itu. Seharusnya ia biarkan
dirinya lebih dekat pada Irham lebih dulu.
Berhari-hari kemudian
berlalu. Desa masih tetap sama dengan atmosfirnya yang hangat. Namun, kadang
hujan datang berkali-kali tanpa tedeng aling-aling.
Hujan selalu membawa
rasa yang kadang bahagia bagi sebagian orang, kadang kelam bagi sebagian orang
lainnya. Sungguh menyebalkan terutama bagi Landra yang sangat membenci petir.
Bukannya hujan selalu datang disertai petir. Padahal hari ini, setelah tujuh
hari kejadian itu, ia tak berkunjung ke kedai empal gentong Irham, ia ingin ke
sana. Cuaca tidak berada di pihaknya.
Sementara seseorang di
sisi lain dunia merasakan hal yang seakan-akan menonjok ulu hatinya
berkali-kali. Ia, Irham, tak berhenti-henti untuk memikirkan Landra. Maka, ia
bawa semangkuk empal gentong untuk Landra. Tunggu, ia pikir tak akan bisa
meskipun rumah Landra dekat dengan kedainya. Maka ia pindahkan isi empal
gentong itu ke dalam rantang dua susun. Tingkat pertama berisi nasi. Yang kedua
berisi empal gentong.
Ia tembus hujan dengan
jaket yang ia pakai dan juga payung untung melindungi dari terkena basah. Lalu
ia tak berhenti untuk terus berusaha mencapai rumah Landra. Sementara Landra
baru saja tersenyum saat mendapatkan pesan dari Anneke. Teman sebangkunya itu
berkata bahwa ia kemarin-kemarin bertanya seputar empal gentong pada Irham
untuk bahan pada salah satu novelnya di Wattpad. Anneke sering menulis di
platform digital itu.
Jadi tidak ada yang
salah pada siapa pun. Mungkin hanya Landra saja yang terlalu berburuk sangka.
Maka, saat Irham mengetuk pintu rumah Landra dan lelaki itu tersenyum hangat,
Landra malah merasa bersalah.
Mungkin rasa yang
paling tidak menipu dan memanipulasi adalah rasa pada hidangan-hidangan yang
diracik dengan tulus seperti makanan-makanan yang Irham buat. Berbeda dengan
rasa yang manusia alami, kadang menipu dan malah membuatnya menjadi pribadi
yang munafik dan selalu menyebalkan.
Kini, Landraa tidak
masalah dengan apapun yang akan Irham katakan dan lakukan. Karena ia tahu
kehadiran Irham saja dengan serantang empal gentongnya sudah cukup untuk
Landra. Tak ada yang sedang berharap lebih. Urusan hati hanya sampai itu.
Di tengah hujan deras,
dua orang tampak menimkati sajian empal gentong hangat yang rasanya sungguh
membuat lidah seakan berdansa. Dingin hujan sudah tak ada artinya lagi.[]
Komentar
Posting Komentar