Judul: Siluet
Penulis: Resti Dahlan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Editor: Utha, Asti, Adit
Penyelaras akhir: Tisya Rahmanti
Desain sampul: Orkha Creative
Tebal: 208 Halaman
Terbit: Juni, 2017
“Mulai
sekarang , tolong lo semua urusin hidup masing-masing. Karena gue juga nggak
punya waktu buat tuntutan semacam ini.” [108/208]
Rea bukanlah gadis manis atau gadis
pendiam atau gadis biasa. Rea adalah gadis antimainstream. Berikut
alasan-alasannya. Pertama, dia adalah anak beasiswa yang angkuh. Kedua, dia
ikut organisasi OSIS tapi tetap bisa kerja part time. Ketiga, seisi sekolah
memusuhi Rea. Gadis itu anehnya tidak merasa disudutkan, dia bisa membawa
dirinya dengan baik. Namun, semua itu kacau balau saat kehadiran dua cowok.
Dunia Rea menjadi TERGUNCANG!
Pertama adalah Kaley. Adik kelasnya itu
membuat ulah pada saat masa orientasi sehingga Rea berang dan memberikannya
hukuman. Sayang Kaley merasa tidak terima sehingga sekarang Kaley meneror Rea
terus-menerus. Atlet renang yang murah senyum dan suka melucu itu adalah petaka
bagi Rea.
Kedua adalah Galen, dia adalah kakak
kelas Rea. Dia adalah murid baru yang sangat wow. Pertama karena jarang ada
anak baru yang bisa tembus SMAnya. Kedua dia membawa mobil mewah dan tinggal di
apartemen superdahsyat. Yang membuat Rea tidak terima, Galen seperti berusaha
mendekatinya.
Rea di tengah kehidupannya yang semakin
rumit malah harus berhadapan dengan cowok-cowok yang membuat hidupnya jumpalitan.
Sedangkan nyatanya, Rea belum bisa selamat dari bayang-bayang masa lalu.
Seperti siluet yang selalu membututi ke mana asal bayangan berasal, begitupun
kehidupan Rea, gadis itu harus berjuang melawan atau kalah karena tertindas.
Rea berusaha bangkit.
Membaca novel ini saya sangat merasa
terhibur. Ada beberapa alasan kenapa saya mengatakan demikin. Pertama, karena
kisah remaja di novel ini berisi. Apa yang saya maksud berisi? Jadi, biasanya
kan novel remaja berkonflik ringan. Namun novel ini tidak, banyak tindak-tanduk
karakter-karakternya yang bisa menginspirasi pembaca pembaca. Bahwa tidak hanya
kehidupan flat atau hura-hura saja yang biasa mewarnai remaja, kehidupan keras
pun bisa saja terjadi pada beberapa remaja yang ‘beruntung’.
Kedua, saya suka dengan
karakter-karakternya yang kuat. Pertama adalah Rea, dia adalah gadis tegar yang
pantang cengeng. Dia kuat dan cerdas. Tapi dia sangat cuek dan judes. Saya suka
dengan karakter ini karena saya merasa dia hidup. Penulis tidak hanya meniupkan
nyawa pada karakter Rea, namun juga mampu melakonkan karakter Rea dengan baik.
Begitupun dengan karakter lainnya seperti Galen dan Kaley. Mereka tentu saja
membuat gerak cerita yang saya kira akan biasa saja ternyata menjadi apik.
Terakhir, saya suka dengan gaya
penceritaan penulis yang mantap. Dialog-dialognya terasa hidup dan tidak penuh
dengan kesia-siaan. Saya suka, saya suka, saya suka. Novel ini memberikan saya
pandangan baru bahwa novel tipis bisa sangat padat berisi dan berkualitas
bintang lima.
Intinya, novel Siluet ini tidak sia-sia
jika kamu koleksi. Saya jamin deh seratus persen, ceritanya itu lho gak receh
dan bisa membuatmu tersadar bahwa cerita teelit tidak hanya seputar kantin,
cowok-cowok pemain basket, dan nembak-nembakan doang. Saya rasa teenlit-teenlit
sekarang sudah sangat-sangat berkualitas dan mengedepankan mutu. Dan tentu saja
novel remaja kedua karangan Resti Dahlan ini adalah salah satunya yang patut
dikoleksi oleh pembaca novel Indonesia.[]
Komentar
Posting Komentar