Judul:
Ayahku
(Bukan) Pembohong
Penulis:
Tere Liye
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tebal:
304 Halaman
Sewaktu
kecil, Dam selalu dibuai oleh dongeng-dongeng ayahnya yang menakjubkan. Dongeng
ayahnya selalu membuat Dam terkejut dan ia mampu menemukan makna-makna hidup
dalam setiap kisahnya. Sewaktu kecil Dam diceritakan oleh ayahnya tentang
perjuangan kapten tim sepak bola terkenal. Kisah perjuangannya begitu
menginspirasi karena dulunya ia sempat menjual keliling sup-sup dan tinggi
badannya menyebabkan ia sempat ditolak tim sepak bola kotanya. Namun, itu
bukanlah dongeng. Ayah Dam bilang itu kisah nyata.
Dam
juga diceritakan tentang Lembah Bukhaira yang menyimpan kisah perjuangan
sukunya yang sangat menawan. Mereka dengan ilmu kesabaran berhasil mengalahkan
penjajah yang menguasai lembah hijau mereka selama 200 tahun. Kisah itu selalu
bisa menghibur dan menguatkan Dam karena di sekolah Dam selalu di-bully oleh Jarjit, si bocah kaya yang
selalu iri pada perilaku Dam.
Berpuluh-puluh
tahun kemudian Dam tak lagi memercayai kisah-kisah ayahnya. Saat anak-anak Dam
bernama Zas dan Qon didongengi oleh kakeknya alias ayah Dam, tentu saja Dam
menolak mentah-mentah. Tahu bahwa kisah-kisah ayahnya hanya bualan, Dam bahkan
mengancam mengusir ayahnya yang sudah uzur itu jika meneruskan untuk tetap mendongengkan
cerita-cerita pada Zas dan Qon. Taani, istri Dam menolak hal itu. Dam terlalu
keras kepala pada ayahnya sendiri. Bukan tanpa sebab, Dam beberapa tahun lalu
merasa dikhianati ayahnya sendiri yang tidak berusaha menyembuhkan ibunya,
hingga ia mati.
Novel
ini memusatkan interaksi antara ayah dan anak. Dam dan ayahnya. Sejak kecil Dam
selalu dibesarkan oleh ayahnya dengan dongeng-dongeng yang menyertainya. Ayah
Dam seorang yang sangat sederhana dan mendambakan kehidupan yang tentram dengan
meninggalkan segala kemewahan. Karena ia percaya hal itu mampu membuat lebih
baik. Dan ibu Dam pun demikian melakukan hal tersebut. Hanya Dam yang salah
menginterpretasi hal-hal itu. Sikap Dam kala dewasa seperti layaknya anak
durhaka yang tidak bisa menerima ayahnya. Pada akhirnya hanya masalah
bertubi-tubi yang akan Dam terima.
Kisah
Dam ini akan mengingatkan pembaca bahwa hubungan anak dan orangtua haruslah
bersinergi demi membuat hubungan keluarga hangat. Dam sebagai anak melupakan
orangtuanya yang telah susah payah membesarkannya sampai dewasa dan
berkecukupan. Padahal, ayah Dam telah berusaha keras untuk melakukan yang
terbaik. Agaknya orang-orang zaman ini pun cenderung berperilaku seperti Dam.
Ketika sudah mapan, maka orangtua tidak lagi menjadi prioritas utama. Apalagi
jika sang anak terus mengingat kelemahan orangtua, yang ada hanya keengganan
untuk membahagiakan orangtua saat ia telah uzur.
Novel
ini mampu mencerahkan dengan kisahnya yang sederhana tentang sebuah kesederhanaan
seorang ayah membesarkan anaknya. Novel ini patut dinikmati pembaca dari segala
level. Kisahnya yang apik mampu membetot perhatian pembaca dari mulai halaman
pertama novel sederhana ini.[]
Komentar
Posting Komentar