Langsung ke konten utama

[Review] Babad Batu by SDD



Babad Batu adalah kumpulan sajak terbaru sang penyair besar Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Buku ini diterbitkan Agustus 2016 lalu. Tebal bukunya sendiri tidak terlalu tebal selayaknya kumpulan-kumpulan sajak Sapardi yang lain seperti Hujan Bulan Juni. Agaknya sang penyair lebih memperbaharui sajak-sajaknya sehingga dalam buku Babad Batu, sajak-sajaknya bukan berasal dari masa lampau, alias bukan sebuah kumpulan sajak yang isinya telah dikurasi sebelumnya.

Dalam buku ini sang penyair seperti fokus pada tema-tema abstrak tak biasa. Dalam buku ini sendiri terdapat 15 sajak yang sebagian besar panjang-panjang. Secara umum terbagi-bagi kembali dalam tiga bab besar yaitu Kitab Pertama, Kitab Kedua, dan Kitab Ketiga. Pada Kitab Pertama terdiri dari tiga puisi, yaitu Mula Batu, Atas Nama Batu, dan Ziarah Batu.

Narator tiga puisi tersebut seakan adalah orang sekarat yang tengah meregang nyawa. Ia menyuarakan banyak perihal yang ia sampaiakan tentu saja tak secara langsung. Banyak pengamat buku yang mengaitkan hal ini dengan kondisi terakhir sang penyair Sapardi. Beberapa bulan terakhir ia dirawat intensif karena mungkin saja umur 76 tahun sudah tak berkompromi lagi dengan kesehatannya. Jadi, frasa babab batu yang banyak bertebaran dalam bagian pertama barangkali saja adalah representasi sang penyair sendiri yang ingin menyuarakan kegelisahannya selama ini, menjalani masa tua.

Pada Kitab Kedua sang penyair bicara banyak hal. Salah satu sajak yang mencolok dalam bab tersebut adalah Pulang Dari Pemakaman Teman yang Sapardi tunjukkan langsung pada salah satu kawannya yang mungkin saja sudah almarhum, ia bernama Wyslawa Szymborska. Yang menarik, sajak tersebut berisi delapan bait yang tiap-tiap baitnya dituturkan dari narator yang berbeda-beda. Masing-masing berbicara mengenai ‘kesan terakhir’ sang mendiang yang saat itu diistirahatkan untuk yang terakhir kalinya. Sungguh puisi yang sangat berat dan penuh simpati.

Pada bab terakhir alias Kitab Ketiga, hanya tersedia satu puisi saja yang judulnya teramat panjang begitu pun isinya yang tercetak di sepanjang 13 halaman. Puisinya termasuk puisi prosaik dengan judul Berbicara tentang Perkara yang Meskipun Mungkin Tidak Ada Kait-mengaitnya dengan Kami dan Tidak Berguna tapi Kalau Tidak Dijalani Tidak Akan Pernah Diketahui Berguna atau Tidaknya. Puisi ini berisi simbolisasi yang sulit diterka maksud tersembunyinya. Puisi ini mengenai petualangan sebagian orang ke negeri batu yang ajaib, mistik, dan aneh.

Agaknya, Sapardi sebagai penyair, kini tidak memain-mainkan diksi sederhana lagi dan makna yang mudah ditangkap pembaca lewat karya-karyanya. Seakan, ia sengaja ingin pembacanya melewati satu level lebih tinggi dalam wahana pengapresiasian puisi-puisi buah karya beliau. Meskipun begitu, buku Babad Batu masih layak dinikmati para pencinta dan penggiat buku-buku sajak Indonesia.

IDENTITAS BUKU

Judul: Babad Batu
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan Pertama, 2016

Tebal: 86 Halaman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...

The Cat Returns (2002), Sebuah Ulasan Singkat

Film ini mengisahkan seorang siswa bernama Haru yang kurang bisa menikmati hidupnya karena terasa membosankan. Haru memendam perasaan kepada siswa cowok di sekolahnya namun sayang Haru harus menelan pil pahit karena dia tahu cowok itu sudah memiliki kekasih. Hidup Haru berubah saat dia kemudian menyelamatkan seekor kucing yang akan tertabrak mobil. Sejak saat itu, Haru kembali mempertanyakan kembali makna kebahagiaan dalam hidupnya. Menonton film ini membuatku merasa bahagia dan tenang. Mungkin lebih ke perasaan tentram sepanjang menonton filmnya. Karena aku pikir plot dalam film ini sungguh sangat mudah dicerna namun aku tidak protes. Tidak seperti kebanyakan film lainnya kreasi studio Ghibli, film ini seakan tidak berusaha membuat pusing penontonnya, ya mungkin memang sengaja dibuat mudah ditebak dari segala aspek filmnya.  Menurutku, penonton akan mengambil hikmah tentang tidak banyak menggerutu dalam menjalani hidup saat mereka menuntaskan menonton film ini. Karena ...