Langsung ke konten utama

[Review] Teater Boneka by Ayu Rianna, dkk



 Judul: Teater Boneka
Penulis: Ayu Rianna, Orinthia Lee, & Emilya Kusnaidi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan Pertama, April 2014
Tebal: 320 Halaman
ISBN: 978-602-03-0371-0

Hidup Erin berada di ujung tanduk saat kekasihnya terus mendesaknya untuk menutup teater boneka milik Erin. Gadis itu tidak bisa mengindahkan permintaan sang kekasih karena teater boneka Poppenkast adalah warisan kakek dan ayah Erin. Kekasihnya menganggap Erin tidak masuk akal. Namun, Erin tetap memaksakan untuk terus menghidupkan teater boneka Poppenkast meskipun gedung teaternya sudah tua, tak terawat, dan beraroma apak. Penontonya pun sedikit.

Erin mencoba menghargai kerja keras para pekerja di Poppenkast. Erin menyukai semangat mereka untuk terus menghidupkan teater itu. Meskipun mereka digaji dengan sangat minim, Erin tak patah semangat. Ia pun mengajar les Bahasa Inggris dan menyalurkan hampir seluruh gajinya demi kesejahteraan pegawai di teater boneka Poppenkast. Sikap Erin sudah tidak bisa ditolerir sang kekasih, maka ia pun diputuskan secara sepihak. Erin kemudian patah hati dan selalu murung.

Di tengah kegamangan hidupnya, Erin dikejutkan dengan sesosok lelaki yang minta dipekerjakan di Poppenkast tanpa upah. Awan datang saat Erin tengah patah hati berat. Ia pun mencoba menghibur Erin sekaligu mencoba menyumbang beberapa ide untuk pertunjukan boneka di teater Poppenkast. Siapa sangka teater boneka Poppenkast pelan-pelan hidup. Meskipun Awan tidak berbakat menjadi dalang, ternyata Awan memiliki ide-ide segar yang dinilai Erin lumayan. Namun, saat identitas Awan terungkap, Erin tidak bisa lagi untuk terus mempekerjakan laki-laki yang telah membuat hatinya berdebar-debar keras itu. Awan pun lenyap dari kehidupan Erin.

Novel ini sangat unik karena tema yang diangkat jarang diekplorasi oleh novel-novel lain. Temanya adalah mengenai perjuangan sebuah teater boneka yang berada di zaman yang modern, kehadiran teater boneka ini sudah tergerus zaman. Tetapi, orang-orang yang bekerja di teater itu terus-menerus tak pantang menyerah. Mereka tak menginginkan Poppenkast tutup begitu saja. Segala usaha dikerahkan demi keberlangsungan teater boneka yang berjaya di masa lalu itu.

Novel ini mencoba menyuguhkan pesan bahwa perjuangan keras memang selalu disertai mimpi-mimpi yang sejati. Seperti halnya mimpi-mimpi para pekerja teater boneka Poppenkast yang ingin teater tidak tutup. Perjuangan keras perlu mereka lakukan demi sebuah kesuksesan. Perjuangan paling keras tercermin dari tokoh utama novel ini. Erin sebagai sosok wanita muda representasi kaum urban, ia tetap menjaga amanat dari keluarganya demi sebuah hal yang mungkin saja dianggap remeh di zaman ini. Erin bahwa mengorbankan hubungannya dengan sang kekasih akibat sikapnya yang tak mau dianggap tidak rasional oleh kekasihnya karena mempertahankan teater boneka Poppenkast. Untung saja kehadiran Awan mengobati luka hati Erin yang menganga.

Novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca karena pesannya sangat inspiratif namun kisahnya sendiri sama sekali tidak membosankan. Segala hal dan komponen lainnya pun dalam novel ini dikemas apik dan tidak mengada-ada. Gaya penceritaannya pun sangat mengalir meskipun ditulis oleh tiga penulis. Novel ini sangat-sangat patut untuk dibaca karena kontennya memang bagus sekali.[]

Komentar

  1. Wah teater boneka menjadi objek yang berbeda dari novel lainnya. Namun saya penasaran porsi antara membahas teater boneka dan percintaannya.

    BalasHapus
  2. yang paling bagus ini sih dibanding dua novel estafet lainnya .. soalnya porsi teater sama romaance-nya mendekati seimbang hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)