Judul: One More Chance
Penulis: Ninna Rosmina
Penerbit: GagasMedia
Terbit: April, 2013 (Cetakan Pertama).
Tebal: 313 Halaman
Penyunting: Mita M. Supardi
Penulis: Ninna Rosmina
Penerbit: GagasMedia
Terbit: April, 2013 (Cetakan Pertama).
Tebal: 313 Halaman
Penyunting: Mita M. Supardi
Ini memang kisah tentang penderita leukemia, ia kuat dan punya 100 wishes sebelum ia dipanggil Tuhan untuk selamanya. Dia adalah Violina Dawai, atau Vio, atau semasa SMA-nya dia akrab dipanggil Dawai. Ia punya masa lalu yang bagai roller coaster, naik turun, tidak bisa dibilang kelam, tidak bisa juga dibilang ceria. Saat memasuki bangku perkuliahan di Jurusan Arsitektur, Vio tak ingin dipanggil Dawai lagi, dan ia memiliki satu misi di kampus tempat ia memijakkan kaki itu. Ia ingin akrab dan dekat dengan Anugrah Putra Cello, mahasiswa semester empat yang sebentar lagi lulus, satu jurusan dengan Vio. Apakah Vio akan bisa mendekati Cello? Apakah Vio akan tetap mendekati Cello meskipun pria itu dikenal sebagai playboy? Apa bisa du orang yang sama-sama bermasa lalu kelam saling bekerjasama membangun masa depan indah?
Dibuka dengan prolog yang getir, buku ini mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda dari buku-buku berjenis romance lain. Mengkombinasikan kisah klasik seorang penderita penyakit akut, tentu saja penulis tidak akan membiarkan cerita klise itu seputar gadis malang yang meratapi hidupnya. Violina Dawai digambarkan begitu energik, meskipun sepanjang cerita penulis menabur banyak clue sebelum memang diketahui bahwa Vio adalah penderita leukemia stadium empat yang waktu hidupnya tidak akan lama lagi. Vio ternyata seorang gadis jenius yang sangat dingin dan tidak mudah bersosialisasi, itu adalah plot kunci yang mengubah karakternya ketika sudah berada di dunia perkuliahan kampusnya.
Banyak konflik di buku ini, tidak seputar kehidupan Vio saja, tetapi kehidupan Cello pun tak hentinya dieksplorasi oleh penulis. Cello yang mungkin dulunya gigolo, atau bukan, yang jelas dia tidak pernah berani berkomitmen dan selalu memainkan wanita, ternyata itu semua memiliki sebab. Salah satu orangtuanya telah mengkhianati keluarga Cello sehingga perpecahan dan penderitaan dialami keluarga Cello. Dan kejutannya adalah Vio ikut serta mencoba menyelesaikan konflik Cello tersebut. Dengan berbagai cara Vio berusaha memperkenalkan Cello kepada kata ‘memaafkan’, dan apakah salah satu misi Vio itu bisa meluluhkan hati Cello?
Buku setebal 313 halaman ini memiliki banyak muatan positif yang tentu saja sebenarnya sudah lumrah dan sering ditemui di buku-buku lain, tetapi karena pengemasan alur ceritanya yang unik, buku ini terkesan berwarna. Karena semua unsur perasaan digali dengan sangat cermat dan tidak berlebihan porsi romance-nya; sedih, senang, kelam, gelap, takut, kaget, dan tentu saja khawatir.
Melalui sisi penggalian karakter yang dalam dan banyak adegan lucunya, buku ini hadir tidak membosankan meskipun halamannya mencapai lebih dari tiga ratus. Salah satu part yang saya sukai dalam buku ini ketika flash back kehidupan Vio yang masih menjadi Dawai si gunung es sarkastis yang tidak punya perasaan. One More Chance tidak melulu soal bagaimana cinta bisa hadir di dua jiwa yang saling memiliki rasa, tetapi lebih dari itu, buku bersampul hijau tua ingin menyampaikan kepada pembacanya bahwa selagi kita masih memiliki waktu, kenapa tidak menyempurnakan mimpi-mimpi kita, apalagi yang berkaitan dengan cinta?[]
Komentar
Posting Komentar