Langsung ke konten utama

Above the Stars


Judul: Above the Stars
Penulis: D. Wijaya
Penerbit: Ice Cube
Editor: Anida Nurrahmi
Tebal: 248 halaman
Terbit: Juni, 2015

Sinopsis

“Kau tidak takut jatuh?” tanya Mia.

Danny menggeleng.

“Aku takut jatuh,” aku Mia dengan polos. “Kalau kau takut apa?”

Danny tidak langsung menjawab. Ia juga tidak menolakkan kaki ke tanah lagi untuk menambah kecepatan ayunan. Senyuman di wajahnya perlahan-lahan memudar. “Aku takut tidak bisa melihat selamanya.”

Menurut Danny Jameson, hidupnya tidak pernah mudah. Ia punya orangtua yang protektif, mesin tik Braille yang tidak dimiliki teman-temannya, dan semacam magnet yang menarik John Schueller untuk terus mengganggunya. Namun, yang paling buruk adalah ia punya sepasang mata biru yang tidak bisa melihat. Ketika Danny berpikir Mia Berry akan menjadi satu-satunya teman yang ia punya, Will Anderson datang dan mengubah hidupnya. Will memperlihatkan kepadanya dunia yang ingin ia lihat. Will juga membuat Danny mempertanyakan sesuatu tentang dirinya. Tapi, sebelum Danny sempat menemukan jawabannya, Will menghilang.


Review

Above The Stars berkisah tentang perjalanan hidup Danny Jameson yang memiliki kornea tak berfungsi di kedua matanya. Selama ini ia hidup dengan sangat diproteksi oleh kedua orangtuanya Mr dan Mrs Jameson. Bahkan sahabat perempuannya yang sangat dekat dengannya bersifat protektif pula pada Danny, dia bernama Mia Berry. Hari-hari SMA Danny berubah 180 derajat ketika William Josiah Anderson atau Will duduk sebangku dengannya, sang anak pindahan tersebut memperkenalkan Danny kepada dunia yang tak pernah disentuh oleh Danny, dunia kebebasan dan dunia menikmati segala sesuatu. Apakah Danny tahu bahwa Will memiliki tujuan terselubung berteman dengannya? Apakah Will akan mengabulkan tiga permohonan Danny yang notabene sangat-sangat mudah dilakukan? Dan apakah kedua orangtua Danny akan tinggal diam ketika anaknya mendapat pengaruh buruk Will?

Buku Above The Stars adalah bagian dari YARN. Seri ketigabelas yang diterbitkan ini awalnya berjudul The World He Looks. Secara garis besar buku ini mengangkat tiga tema sekaligus, LGBT, persahabatan, bahkan death and dying. Tetapi, kalau diperhatikan lagi fokus penulis buku ini lebih menitikberatkan kepada hubungan manis antara Danny, Will, dan Mia. Menurut saya ada tiga kelebihan buku ini, diantaranya adalah plot lugas beserta adegan-adegan menarik, tema yang unik yang jarang diangkat buku YA lain, dan tentu saja pesan moralnya.

Yang pertama adalah plot lugas beserta adegan-adegan menarik. Premis cerita yang mengangkat tokoh utama buta saja sudah termasuk langka, ditambah adegan-adegan di dalam buku ini renyah-renyah sekali. Saya suka saat penulis menggiring alur ceritanya ke bagian pertama saat Danny meminta Will mengabulkan permintaannya, di antaranya ada tiga, Danny ingin berlagak seperti orang normal di hadapan umum, lalu Danny ingin pergi ke kelab malam, dan yang terakhir Danny ingin sekali dicium oleh seseorang. Perjalanan mewujudkan hal-hal itu ternyata tidak mudah, Will membutuhkan banyak energi, sebut saja contohnya keinginan kedua, ia ternyata punya paman seorang pemilik kelab, tetapi ia harus negosiasi superalot dengan seorang Bouncer (penjaga kelab malam). Selain itu banyak lagi adegan unik-unik lain, sebut saja ketika Danny dan Will menghadapi antek-antek kakak Schueller yang akan menghabisi mereka, lalu saat mereka bertengkar dengan Mia, dll.

Tema yang unik yang jarang diangkat buku YA lain adalah kelebihan kedua. Dari blurb tentu pembaca bisa menerka-nerka siapa yang menjalin hubungan ‘terlarang’. Tetapi, meskipun salah satu fenomena ini lazim di dunia barat, ternyata banyak pihak yang menentang hal itu di buku ini. Menurut saya tokoh paling menderita karena subplot itu adalah Mia, dia mencintai salah seorang di antara kedua tokoh utama lelaki di buku ber-cover ungu ini, tetapi demi mengedepankan hal-hal lain, ia harus menekan perasaannya dalam-dalam.
“Dan sekarang, jawaban atas pertanyaan itu, kepastian atas keraguannya selama ini, terpampang begitu jelas tepat di depan matanya. Mia menarik napas, …, lalu memaksakan diri untuk tersenyum walau saat itu ada badai yang sedang melululantahkan hatinya.” (halaman 199)

Dan yang terakhir tentu saja pesan moralnya. Banyak muatan-muatan positif di dalam buku ini, seperti jangan terlalu mengekang keinginan salah satu anggota keluarga kita (kasus Danny dan orangtuanya), jangan terlalu apatis dengan keluarga kita (kasus Will dan orangtuanya), jadilah orang yang rela membantu sahabatnya yang tidak sempurna (kasus Mia dan Danny), berusaha keras mewujudkan keinginan sahabat satu sama lain (kasus Danny dan Will), dan berusahalah jadi manusia bermanfaat (kasus Will).

Mungkin kekurangan buku ini hanya pada analogi transisi tokoh yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, penulis selalu menganalogikan bokong yang berpindah tempat, hal itu tertulis beberapa kali dan malah memberikan kesan repetisi yang kurang variatif. Selebihnya dengan tiga kelebihan buku ini seperti plot lugas beserta adegan-adegan menarik, tema yang unik yang jarang diangkat buku YA lain, dan pesan moralnya, maka buku ini tidak saya sesali saya jadikan sebagai koleksi. Above The Stars sekali lagi memberikan pencerahan kepada saya bahwa hidup ini memang sekali, tetapi kita mestinya ‘bisa’ mengabulkan permintaan terbesar orang yang kita sayangi, tanpa ia minta atau dimintai secara langsung. Overall, five stars for Above The Stars by David Ng. I am waiting your next book, David![]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)