Langsung ke konten utama

Review Jujutsu Kaisen Season 1


Nonton di Netflix soalnya kualitas terjemahannya bagus. Jujutsu Kaisen ini menceritakan seorang remaja bernama Yuji Itadori yang terkena kutukan iblis karena sengaja memakan salah satu relik bagian tubuh iblis saat melindungi teman-temannya yang hendak diserang makhluk kutukan. Alhasil, dia pun dikuasai iblis meskipun tidak sepenuhnya.

Hidup sebatang kara, Yuji pun memulai hidupnya kembali dengan menjadi anggota sekolah sihir di prefektur Tokyo setelah kakeknya meninggal. Ia pun mengemban misi untuk memakan semua anggota tubuh iblis Sukuna yang terpisah-pisah di berbagai tempat yang tentu saja dilindungi banyak energi-energi sihir dan makhluk-makhluk kutukan. Yuji harus melakukan itu demi musnahnya iblis tersebut.

Bagaimana petualangan Yuji? Terlebih ia pun akan dilatih oleh orang kuat alias gurunya alias Gojo yang merupakan penyihir terkuat di sekolahnya. Pada akhirnya, apa ia akan mati?

Enggak bisa lepas buat ga nonton anime ini. Anime sekarang mungkin ceritanya enggak seklasik dan semenggugah dulu, namun anime sekarang penuh dengan aksi -aksi dan simbolisasi-simbolisasi yang kental. Contohnya anime ini. Tontonlah Jujutsu Kaisen! Mantap banget ceritanya. Gambarnya juga bagus. Gak heran jadi anime terbaik tahun lalu versi siapa ya lupa, lumayan prestigius lah. Mungkin amanatnya kali yang mantep. Si Yuji ini gak mau banyak manusia gak berdosa meninggal sia-sia karena makhluk terkutuk, makanya dia memburu Sukuna si biang kerok. Dia mau hidupnya bermanfaat, seperti kata Yuji, "I don’t know how I’ll feel when I’m dead, but I don’t want to regret the way I lived."

Mungkin ada juga kekurangan dari anime ini yaitu beberapa hal yang dirasa menggelitik. Kalau kata temenku sih beberapa konsep perlu dipertanyakan. Seperti contohnya konsep sekolah Jujutsu yang muridnya cuma sedikit. Kenapa enggak dijelaskan kenapa muridnya sangat sedikit? Seharusnya diberikan penjelasan kenapa seperti itu agar cerita lebih masuk akal. 

Lalu worldbuilding di anime ini sebenarnya juga kurang kuat. Energi kutukan yang menjadi inti utama mengingatkan ke Fairy Tail arc Tartaros di mana para anggota Tartaros menggunakan energi kutukan untuk bertarung, bertahan hidup, bahkan untuk bangkit kembali setelah mati membuat mereka sangatlah kuat. Hampir sama di Jujutsu juga seperti itu, hanya saja aku perlu menontonnya ulang karena belum begitu mengerti terutama ketika penggunaan energi kutukan dipakai oleh manusia dan makhluk kutukan, akan sangat berbeda. 

Lalu, jumlah makhluk kutukan tingkat tinggi juga sedikit sekali meskipun mereka kuat-kuat, lagi-lagi tidak dijelaskan kenapa. Dan yang lebih menggelitik, mungkin ini hanya subjektifitasku saja namun aku selalu merasa sebal ketika makhluk-makhluk kutukan tingkat tinggi di sini selalu kabur setiap hampir kalah dari pertarungan, pengecut sekali.

Overall, anime ini, terlepas dari beberapa kekurangannya sangat patut ditonton terlebih kelebihannya juga mampu menghibur anime lovers. 4 🌟/5!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)