Judul: Cerita-cerita Bahagia, Hampir Seluruhnya
Penulis: Norman Erikson Pasaribu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Oktober 2020
Tebal: 204 Halaman
Harga: 88.000
Format: Kumpulan Cerpen
Editor: Mirna Yulistianti
Layouter & Designer Sampul: Leopold Adi Surya
Dari Jakarta sampai Vietnam, dari ruang karaoke hingga alam roh, cerita-cerita di buku ini berkisah. Tokoh-tokoh ceritanya adalah teman kos, penjaga scoring musik, suster, ibu, karyawan divisi ilahiah, dan tokoh-tokoh lain yang bisa jadi kamu kenal sekali. Berkisah tentang hal-hal yang tidak beres, yang perlu digugat di masyarakat hipokrit. Judul-judulnya segar, seperti ‘Panduan Menyintas Patah Hati bagi Penyair Muda’, ‘Divisi Doa Tak Berjawab’, ‘Metaxu’, dan ‘Tiga Mencintaimu, Empat Membencimu’. Pada cerita-cerita dalam buku ini, kita akan menemukan bagaimana kisah-kisah lama ikut mengatur arah dan mekanisme kehidupan kita. Cerita-cerita Bahagia, Hampir Seluruhnya ditulis oleh Norman Erikson Pasaribu, pemenang pertama Sayembara Puisi DKJ 2015 dan penerima PEN Translate Award.
Dulu pada tahun
2014/2015, saya lupa waktu itu saya jalan-jalan ke Gramedia Istana Plaza
Bandung. Waktu itu Gramedia bisa dicapai dengan waktu beberapa menit saja dari
asrama masjid Polban, saya menyengaja ke sana dengan naik angkot. Saya beli
buku yang gak tau penulisnya siapa, isinya apa, tumben benar saya gak baca
reviewnya terlebih dahulu. Saya ambil kumcer HANYA KAMU YANG TAHU BERAPA LAMA LAGI AKU HARUS MENUNGGU. Saya tahu alasan kenapa membeli kumcer itu. Karena judulnya!
Kenangan membeli buku
itu cukup pahit, karena selama perjalanan pulang saya masuk angin. Saat
sesampainya di asrama, saya muntah. Terlepas dari itu semua, saya suka dengan
cerita-cerita di dalamnya. Lalu, saya mem-follow penulisnya di socmed. Beberapa
tahun setelahnya, saya ternyata masih ingin membaca karyanya. Setelah beberapa
tahun setelahnya, buku puisinya yang menggemparkan jagat sastra Indonesia
terbit. Saat itu saya jadi ingat kalau tidak salah ada kutipan di buku kumcer
HANYA KAMU YANG TAHU BERAPA LAMA LAGI AKU HARUS MENUNGGU yang bilang bahwa
Norman adalah masa depan gemilang sastra Indonesia.
Tidak salah atau tidak
mengejutkan kalau buku puisinya menang lomba manuskrip DKJ. Juara satu. Yang
mengagetkan adalah bagaimana setelah buku itu terbit. Yang Norman bilang hal
yang membuatnya merasa tidak nyaman, mengganggu barangkali, ya terdapat di
ucapan terima kasih buku kumcer terbarunya. Apapun itu, rasanya buat saya memang kurang adil
sih, kenapa hal itu masih terjadi di dunia sastra Indonesia? Kenapa tidak menghargai
saja sebuah karya dan karya lainnya meski berbeda dari segi pembuatan dan
bentuk. Melihat itu semua saya merasa dunia sastra Indonesia agaknya belum
bergerak ke arah yang menggembirakan, pasalnya masih ada pengkotak-kotakkan.
Yang saya tahu selama ini hanya pengkotak-kotakkan karya pop dan sastra, begitu
kentara. Ternyata di dalam genre yang dianggap sastra itu sendiri, masih banyak
pengeksklusifan sendiri yang saya rasa enggak perlu. Ini sih pendapat saya dari
kaca mata pembaca yang gak banyak membaca ya, hehehe…
Kembali ke buku Norman
sendiri. Tahun ini, bulan Oktober 2020 kali ini, Norman menerbitkan lagi yaitu
buku kumpulan cerpen berjudul Cerita-cerita Bahagia, Hampir Seluruhnya. Di
dalam buku ini, cerita-cerita yang ditampilkan lebih terkesan tematik dan
getir, namun kisah-kisahnya sungguh memikat menurut saya.
Terdapat sebelas cerita
termaktub di dalam buku setebal 200-an halaman ini. Sungguh saya terkejut
karena ketebalan ceritanya berbeda-beda. Ada yang tebal sekali, bahkan ada yang
kurang dari tiga halaman. Sungguh yang membuat saya terkesima adalah inti
kisah-kisahnya. Ya, mungkin itu kelebihan yang penulis coba tonjolkan. Seperti
biasa, ia tidak terlalu bermain-main di bahasa yang coba ia sampaikan, tetapi
lebih ke kedalaman pesan dalam setiap ceritanya yang menurut saya sanggup
sekali membuat jiwa pembaca terguncang,
Pada cerpen favorit saya
di buku ini berjudul KISAH SESUNGGUHNYA TENTANG LELAKI RAKSASA, Norman mencoba
membolak-balik hati pembaca tentang kisah mahasiswa rantau yang mencoba peruntungan
di ibu kota. Mahasiswa tersebut adalah seorang laki-laki yang bisa dibilang
kurang passionate dengan jurusan yang dipilihnya, Sejarah.
Pada satu kesempatan lelaki tersebut bergabung dengan klub di kampusnya dan
kisah pun bergerak karena ia sekarang bersahabat dengan salah satu teman satu
jurusannya yang lumayan cerdas. Mereka menjadi dekat karena sebuah kisah
tentang lelaki raksasa. Ternyata itu sebuah legenda atau mitos atau kisah
turun-temurun yang bisa membuat irisan di antara kedua orang itu. Dari Sumatra
sampai ke Sulawesi, tak disangka kesamaan itu akan membuat keduanya menemui
jalan yang tak diduga. Maksudnya adalah kisah ini sungguh pedih sekali, saat
saya membacanya, saya berharap ia akan dibawa ke sesuatu yang merujuk ke judul
buku ini, namun nyatanya sungguh tak terduga.
Begitu pun pada kisah
berjudul SIAPA NAMAMU, SANDRA?, sebuah kisah yang mampu membuat hati bergetar.
Tentang seorang wanita paruh baya yang ditinggal putra semata wayangnya.
Ditinggal untuk selamanya karena anaknya itu menghadap tuhan. Kisah Sandra yang
melancong ke Vietnam karena ingin menapak tilas tentang anaknya, sungguh mampu
membuat begidik. Pasalnya, akan ada banyak kilas balik yang pada akhirnya akan
menuntun ke keputusan Sandra untuk mengunjungi negara komunis itu. Saat
membacanya, saya merasa pilu. Bagaimana mungkin kisah tentang ibu yang mencoba
kuat ini diceritakan dengan teguh? Maksudnya, seperti ada harapan jika Sandra
akan setidaknya menerima kepahitan dalam hidupnya saat mengunjungi Vietnam,
namun yang terjadi adalah sungguh di luar dugaan. Pembaca sangat berpotensi
terhanyut dalam kisah ini.
Sedangkan, ketika
membaca kisah berjudul DIVISI DOA TAK TERJAWAB, saya merasakan perasaan yang
kentara kontras dengan saat saya membaca kisah lainnya di buku ini. Pada kisah
ini, pembaca akan disuguhkan sebuah gambaran tentang afterlife yang
sungguh-sungguh di luar dugaan. Saya jadi ingat serial The Good Place yang
mana karakter-karakternya terombang ambing antara di neraka atau di surga.
Berbeda dengan kisah itu, pada kisah di cerpen ini hal itu seperti abu-abu
karena ya tokoh utamanya akan mengalami hal yang sungguh di luar dugaan, di
luar ekspektasi orang-orang yang selalu berpikir tentang kehidupan setelah mati
itu begini, begitu, demikian, ternyata tidak sedangkal itu jika memang kisah
setelah mati memang seperti yang diceritakan pada cerpen ini. Sedikit tergugu
saat humor satir atau sarkasame yang coba dituturkan dalam cerpen ini berupa
gugatan tentang keadaan negara kita pada satu bagiannya. Sungguh, sangat-sangat
menggelikan dan menghibur sih dan membuat saya berpikir sejenak alias
tercenung.
Delapan kisah lainnya
siap menghibur pembaca dan tentu saja siap membuat perasaan kebat-kebit
pasalnya seperti yang saya bilang kisah-kisahnya sebiru sampul buku ini. Pedih
dan sungguh memilukan dan tentu saja sangat kontras sekali dengan judul buku
ini.
Seperti yang saya bilang, tema dalam buku ini tematik. Kebanyakan bertema tentang LGBT. Jangan kaget dan merasa tertipu jika tidak bisa menebak isi buku ini dari awal. Namun, seperti yang saya bilang, penulisnya mencoba menuturkan pesan dalam kedalaman kisah yang sungguh-sungguh sangat berpotensi membuat pembaca terpapar kemuraman, kesedihan, dan penderitaan mendalam. Karena kisah tentang hal itu bukan hanya tentang kebimbangan dalam memilih, namun lebih kompleks dari yang banyak orang bayangkan/duga/asumsikan. Bukan sekadar kebingungan memilih jalan mana yang lebih tepat dipilih, tetapi seperti apa yang tertulis di blurb buku ini, semuanya tentang bagaimana kisah-kisah lama ikut mengatur arah dan mekanisme kehidupan tokoh-tokohnya. Mungkin juga termasuk kita, yang terkadang dibayang-bayangi kehidupan masa lampau yang turut memengaruhi bagaimana kita menentukan langkah-langkah di kehidupan kita selanjutnya kelak. Buku ini patut dibaca, se-ge-ra! []
Komentar
Posting Komentar