Blurb
Earth is blue,
fragile, light, and not a star. And we’re part of it,
not just living on it. Earth is a battle ground where all species
constantly face an invisible war. And we’re the main actor of
growth, destruction, and peace. Someone’s precious is someone else’s garbage. Someone’s interest is someone else’s boredom.
Someone’s principle is someone else’s violation.
Someone’s contentment is someone else’s pressure. Someone’s recipe for
immunity is someone else’s cause of death. Either you’re the
“someone” or the “someone else”, it doesn’t matter because
confusion will always bounce back to you, no matter how far
you’ve been running away from it. It’s about facing an empty page
each day, it’s about waking up in the morning deciding to be alive,
it’s about choosing which mistakes to avoid, it’s about considering
what and who to ignore, it’s about crafting a self that’s truly your
own, it’s about faking a smile to cure the pain of others, it’s about
continuously moving forward because going back is never a choice,
it’s about looking at the blue sky and having small talks with it,
it’s about everything that feels small and unworthy, it’s about
becoming buoyant, never being trapped between other people’s
cacophonic agendas, it’s about counting your breath.
not just living on it. Earth is a battle ground where all species
constantly face an invisible war. And we’re the main actor of
growth, destruction, and peace. Someone’s precious is someone else’s garbage. Someone’s interest is someone else’s boredom.
Someone’s principle is someone else’s violation.
Someone’s contentment is someone else’s pressure. Someone’s recipe for
immunity is someone else’s cause of death. Either you’re the
“someone” or the “someone else”, it doesn’t matter because
confusion will always bounce back to you, no matter how far
you’ve been running away from it. It’s about facing an empty page
each day, it’s about waking up in the morning deciding to be alive,
it’s about choosing which mistakes to avoid, it’s about considering
what and who to ignore, it’s about crafting a self that’s truly your
own, it’s about faking a smile to cure the pain of others, it’s about
continuously moving forward because going back is never a choice,
it’s about looking at the blue sky and having small talks with it,
it’s about everything that feels small and unworthy, it’s about
becoming buoyant, never being trapped between other people’s
cacophonic agendas, it’s about counting your breath.
Data Buku
The Book of
Imaginary Beliefs (Lala Bohang)
Hardcover, 152
pages
Published
February 18th 2019
by Gramedia Pustaka
Utama
ISBN13
9786020623122
Edition Language
English
Review
Pertama
kali baca buku Lala Bohang pas di aplikasi ipusnas, waktu itu buku yang
berjudul The Book of Forbidden Feelings. Lumayan bagus dan nonjok banget buku
tersebut sehingga saya entah kenapa ingin membaca karya Lala yang lain, pilihan
saya jatuh ke buku ini yang merupakan buku termuda dari the books of siblings.
Buku ini
berisi untaian-untaian puisi karya Lala beserta ilustrasi-ilustrasinya yang
menurut saya weird. Lumayan nerd sampe-sampe saya berpikir bahwa Lala ini orang
yang sangat unik. Kata-kata dalam puisinya sungguh dekat dengan kehidupan kita
tetapi gambar-gambar ilustrasinya menyajikan peristiwa atau event yang sangat-sangat
multiinterpretasi.
Saya sangat
merasa impressed dengan puisi-puisi Lala dalam buku ini. Sebagian besar
menanyakan tentang kehidupan, kehidupan sehari-hari, iya pertanyaan seputar
pandangan kebanyakan orang yang kadang-kadang satir, penuh ironi, dan entah
kenapa kesannya miserable.
Tentang
cinta, kehidupan, eksistensi diri, pokoknya banyak sekali yang dibahas Lala
dalam buku bersampul putih hijau ini. Semuanya disajikan dengan bahasa Inggris, entah kenapa, mungkin
karena Lala lebih bebas berekspresi atau ia memang lebih mudah menyampaikan
pesan-pesannya dalam bahasa asing itu. Tetapi, tetap nyampe kok La pesannya
kalo menurut saya. Buku ini pokoknya ajaib banget, sangat-sangat impeccable
menurut saya.
Lala
berhasil menyampaikan pesan tentang bagaimana menjadi diri sendiri dan entah
kenapa tidak apa-apa jika istilah jaman sekarangnya ‘setiap hari sambat’, alias
ngeluh, boleh-boleh aja, biar kita sebagai individu yang hidup di jaman penuh
tuntutan ini tidak stressful. Karena barangkali menyampaikan apa yang ada di
kepala lebih baik dibanding banyak cakap dan malah melukai perasaan atau hati
orang lain lebih baik menyampaikannya secara lisan barangkali. Terutama pada
orang terkasih, terutama pada orang yang dipercaya. Terutama pada diri sendiri, itu perlu.
Salah satu
untaian kata-kata Lala yang membekas menurutku tentang bagaimana perasaan kita
yang berapi-api pada orang yang kita sayangi saat awal-awal berjumpa, saat
belum ada ikatan, saat belum sama-sama menyatakan perasaan. Setelahnya
sebenarnya biasa saja, setelah segalanya berjalan monoton kadang-kadang, maka
setelahnya atau lama-lama kita akan rindu kembali sebagai pribadi yang mandiri,
kadang kita rindu me-time kita, rindu saat terbangun sendiri, karena pasangan
kita pun mengalami hal yang sama alias kebosanan.
Pokoknya
buku ini sangat-sangat bagus, dibaca aja deh buruan karena puisi-puisinya
mantap jiwa. Pokoknya kamu sebagai pembaca akan terinspirasi parah. Bukunya
mantul banget saudara-saudara.[]
Karena pakai bahasa inggris, saya kayaknya nggak ada rencana baca euy
BalasHapussebenernya bisa pake Google Translate, tapi ribet sih tiap kalimat atau kata nanti harus diterjemahin, capek :(
Hapus