Langsung ke konten utama

Ulasan Buku The Book of Imaginary Beliefs (Lala Bohang)






Blurb

Earth is blue, fragile, light, and not a star. And we’re part of it,
not just living on it. Earth is a battle ground where all species
constantly face an invisible war. And we’re the main actor of
growth, destruction, and peace. Someone’s precious is someone else’s garbage. Someone’s interest is someone else’s boredom.
Someone’s principle is someone else’s violation.
Someone’s contentment is someone else’s pressure. Someone’s recipe for
immunity is someone else’s cause of death. Either you’re the
“someone” or the “someone else”, it doesn’t matter because
confusion will always bounce back to you, no matter how far
you’ve been running away from it. It’s about facing an empty page
each day, it’s about waking up in the morning deciding to be alive,
it’s about choosing which mistakes to avoid, it’s about considering
what and who to ignore, it’s about crafting a self that’s truly your
own, it’s about faking a smile to cure the pain of others, it’s about
continuously moving forward because going back is never a choice,
it’s about looking at the blue sky and having small talks with it,
it’s about everything that feels small and unworthy, it’s about
becoming buoyant, never being trapped between other people’s
cacophonic agendas, it’s about counting your breath. 

Data Buku
The Book of Imaginary Beliefs (Lala Bohang)
Hardcover, 152 pages
Published
February 18th 2019
by Gramedia Pustaka Utama
ISBN13
9786020623122
Edition Language   
English

Review
Pertama kali baca buku Lala Bohang pas di aplikasi ipusnas, waktu itu buku yang berjudul The Book of Forbidden Feelings. Lumayan bagus dan nonjok banget buku tersebut sehingga saya entah kenapa ingin membaca karya Lala yang lain, pilihan saya jatuh ke buku ini yang merupakan buku termuda dari the books of siblings.

Buku ini berisi untaian-untaian puisi karya Lala beserta ilustrasi-ilustrasinya yang menurut saya weird. Lumayan nerd sampe-sampe saya berpikir bahwa Lala ini orang yang sangat unik. Kata-kata dalam puisinya sungguh dekat dengan kehidupan kita tetapi gambar-gambar ilustrasinya menyajikan peristiwa atau event yang sangat-sangat multiinterpretasi.

Saya sangat merasa impressed dengan puisi-puisi Lala dalam buku ini. Sebagian besar menanyakan tentang kehidupan, kehidupan sehari-hari, iya pertanyaan seputar pandangan kebanyakan orang yang kadang-kadang satir, penuh ironi, dan entah kenapa kesannya miserable.

Tentang cinta, kehidupan, eksistensi diri, pokoknya banyak sekali yang dibahas Lala dalam buku bersampul putih hijau ini. Semuanya disajikan dengan bahasa Inggris, entah kenapa, mungkin karena Lala lebih bebas berekspresi atau ia memang lebih mudah menyampaikan pesan-pesannya dalam bahasa asing itu. Tetapi, tetap nyampe kok La pesannya kalo menurut saya. Buku ini pokoknya ajaib banget, sangat-sangat impeccable menurut saya.

Lala berhasil menyampaikan pesan tentang bagaimana menjadi diri sendiri dan entah kenapa tidak apa-apa jika istilah jaman sekarangnya ‘setiap hari sambat’, alias ngeluh, boleh-boleh aja, biar kita sebagai individu yang hidup di jaman penuh tuntutan ini tidak stressful. Karena barangkali menyampaikan apa yang ada di kepala lebih baik dibanding banyak cakap dan malah melukai perasaan atau hati orang lain lebih baik menyampaikannya secara lisan barangkali. Terutama pada orang terkasih, terutama pada orang yang dipercaya.  Terutama pada diri sendiri, itu perlu.

Salah satu untaian kata-kata Lala yang membekas menurutku tentang bagaimana perasaan kita yang berapi-api pada orang yang kita sayangi saat awal-awal berjumpa, saat belum ada ikatan, saat belum sama-sama menyatakan perasaan. Setelahnya sebenarnya biasa saja, setelah segalanya berjalan monoton kadang-kadang, maka setelahnya atau lama-lama kita akan rindu kembali sebagai pribadi yang mandiri, kadang kita rindu me-time kita, rindu saat terbangun sendiri, karena pasangan kita pun mengalami hal yang sama alias kebosanan.

Pokoknya buku ini sangat-sangat bagus, dibaca aja deh buruan karena puisi-puisinya mantap jiwa. Pokoknya kamu sebagai pembaca akan terinspirasi parah. Bukunya mantul banget saudara-saudara.[]


Komentar

  1. Karena pakai bahasa inggris, saya kayaknya nggak ada rencana baca euy

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenernya bisa pake Google Translate, tapi ribet sih tiap kalimat atau kata nanti harus diterjemahin, capek :(

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)