Langsung ke konten utama

[Review] Sepatu Sang Raja by Djokolelono



Sepatu Sang Raja dan Dongeng-Dongeng Indah Lainnya
Djokolelono
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama, September 2015

Sepatu Sang Raja adalah buku kumpulan dongeng terbaru karya Djokolelono. Buku ini berisi enam dongeng yang cerita-ceritanya bertema moral dan budi pekerti. Djokolelono sebagai penulis buku anak kawakan mendesain buku ini agar bisa dibaca oleh anak semua umur. Terbukti dengan banyaknya ilustrasi menawan di 96 halaman buku ini yang dibuat oleh tiga tim ilustrator handal sekaligus. Mereka adalah Chandra Purnama, de Elite Team, dan Riwisoto.

Saat membuka halaman awal, pembaca akan menikmati kisah Sepatu Sang Raja. Dongeng tersebut menceritakan pengembaraan sang raja untuk melihat desa-desa di kerajaannya. Ternyata kondisi rakyat-rakyatnya memprihatinkan karena fasilitas jalan di desa yang sukar dilalui. Sang Raja berniat melapisi seluruh jalan dengan kulit lembu agar rakyatnya tidak menderita. Namun, patih kerajaan memberikan usulan agar dibuat alas kaki saja untuk rakyat-rakyatnya, itu lebih sederhana. Akhirnya Sang Raja menuruti dan rakyatnya kembali sejahtera.

Lalu ada juga fabel Ibing si kecebong yang ingin melihat daratan. Ibing bersama kawannya berusaha untuk pergi ke daratan. Namun, hal itu tidak mudah karena mereka belum menjadi katak. Djokolelono menyelipkan amanat tersirat bahwa perlu banyak tahapan untuk melakukan sesuatu. Seperti halnya Ibing si kecebong yang perlu menjadi katak terlebih dahulu untuk melihat dunia luar.

Empat dongeng lainnya sama-sama sarat akan pesan moral yang coba Djokolelono sajikan lewat kisah-kisah sederhana. Empat dongeng itu adalah Mawar yang Angkuh, Kamar Raffi, Biri-Biri yang Cerdik, serta Si Utuk & Si Meri. Semua kisah dituturkan lewat kalimat-kalimat singkat berima yang mudah dipahami.

Walaupun ada beberapa kalimat yang puitis di buku ini, tetap masih bisa dibaca. Intinya, pembaca harus jeli, malah pembaca anak sebisa mungkin harus didampingi orang dewasa saat membaca buku ini karena Djokolelo menganjurkan bahwa kisah-kisah di buku ini baiknya dituturkan dengan bahasa sendiri saja, agar tampak lebih menarik dan pembaca anak akan bisa berinteraksi dengan orangtua atau keluarganya. Kesimpulannya buku ini patut dibaca bersama keluarga karena isinya yang bermakna dan sarat pesan moral. Ilustrasinya pun sangat menggoda.[]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...

The Cat Returns (2002), Sebuah Ulasan Singkat

Film ini mengisahkan seorang siswa bernama Haru yang kurang bisa menikmati hidupnya karena terasa membosankan. Haru memendam perasaan kepada siswa cowok di sekolahnya namun sayang Haru harus menelan pil pahit karena dia tahu cowok itu sudah memiliki kekasih. Hidup Haru berubah saat dia kemudian menyelamatkan seekor kucing yang akan tertabrak mobil. Sejak saat itu, Haru kembali mempertanyakan kembali makna kebahagiaan dalam hidupnya. Menonton film ini membuatku merasa bahagia dan tenang. Mungkin lebih ke perasaan tentram sepanjang menonton filmnya. Karena aku pikir plot dalam film ini sungguh sangat mudah dicerna namun aku tidak protes. Tidak seperti kebanyakan film lainnya kreasi studio Ghibli, film ini seakan tidak berusaha membuat pusing penontonnya, ya mungkin memang sengaja dibuat mudah ditebak dari segala aspek filmnya.  Menurutku, penonton akan mengambil hikmah tentang tidak banyak menggerutu dalam menjalani hidup saat mereka menuntaskan menonton film ini. Karena ...