Langsung ke konten utama

Fortunately, The Milk



Judul: Fortunately, The Milk
Penulis: Neil Gaiman
Penerjemah: Djokolelono
Tebal: 128 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama: Desember 2014
            Sebuah kisah fantasi yang menceritakan seorang ayah yang tengah pergi membeli susu ke toko dekat rumahnya. Semua ia lakukan demi kedua anaknya yang butuh susu untuk teman makan sereal. Sayang saat hendak pergi dari toko setelah membeli susu, si ayah malah bertemu dengan sekawanan alien yang mengaku akan mengambil alih bumi. Menurut mereka, bumi perlu dirias kembali agar segalanya tampak indah. Si ayah tampak sembrono saat dibawa ke pesawat mereka yang berbentuk piring terbang. Dari satu kesalahan di tempat itulah membawanya ke dimensi lain menyusuri petualangan-petualangan selanjutnya. Namun, tujuannya yang utama tetaplah satu yaitu menyelamatkan sebuah botol susu untuk anak-anaknya.

            Hal-hal yang saya suka dari buku ini ada tiga, yaitu alur ceritanya, ilustrasinya dan konfliknya. Yang pertama adalah alur ceritanya, penulis menggunakan alur maju lalu mundur, lalu maju kembali. Sang ayah dalam novel ini menjelajah berbagai tempat yang aneh-aneh, dari mulai kapal laut berisi para pejarah harta karun alias bajak laut yang diketuai seorang kapten perempuan jelek gemuk kriting, hutan belantara yang di mana di tempat itu ada sebuah gunung berapi yang akan meletus, pun tempat terakhir adalah mungkin dunia gaib tempat vampir-vampir rakus bertebaran mencari mangsa. Lucu, menegangkan, dan biki gemas. Hal itu berkaitan dengan ilustrasinya yang mantap, saya bayangkan pasti sangat tidak menggairahkan ketika membaca buku ini tanpa ilustrasinya, kosong rasanya. Skottie Young perlu dipuji deh atas kepiawaiannya dalam mereka karakter-karakter aneh bin ajaib dalam buku ini. Meskipun mereka digambarkan abstrak, namun menggelitik sekali gambar-gambarnya. Dan yang terakhir adalah konfliknya, mengenai masalah mempertahankan susu, jadi perkara yang tidak mudah alias hyperbole sekali di buku ini ketikasi ayah terus menerus diteror makhluk aneh yang bertebaran dan jumlahnya menggila di buku ini.
            Hal yang tidak saya suka di buku ini hanya kualitas terjemahannya saja. Benar-benar saya sayangkan bahasa terjemahan di buku ini. Mungkin ilmu saya tidak banyak mengenai terjemahan, tetapi mboh ya berhubung buku ini ditunjukkan untuk remaja ke bawah (mungkin), bahasanya bisa kali ya dienakkin dikit aja ya. Hehehe … karena saya kira bahasa asli yang digunakan dalam buku ini pasti udah dipilah-pilah oleh penulis aslinya dengan sangat selektif. Karena menurut saya sih semakin buku terjemahan gak terasa kayak terjemahan, semakin baguslah ya kualitasnya (sekali lagi menurut saya). Beberapa frasa saya kira gak pas diterjemahkan (sekali lagi menurut saya), dari mulai judulnya yang ‘Untunglah, Susunya’ mungkin lebih baik ‘Duh, Hampir Saja Botol Susunya’ atau ‘Misi Menyelematkan Sebotol Susu’. Dan frasa-frasa lain dalam buku terasa kurang dapat dimengerti jika dibaca anak kecil.

            Intinya buku ini berkualitas. Kelebihannya adalah alur, ilustrasi, dan konfliknya. Mungkin idenya juga kali ya dan jangan lupa ending-nya keren banget menurut saya. Meskipun, kualitas terjemahannya kurang memuaskan. Overall, buku ini direkomendasikan untuk semua umur.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)