Langsung ke konten utama

Review Film Aquaman (2018)


Film Aquaman adalah film DC terbaru. Film ini menceritakan sosok Aquaman dalam menemukan jati dirinya sebagai seorang raja lautan sejati. Sayang, untuk mencapai hal tersebut, sosok hero Aquaman ini harus melalui berbagai rintangan. Hal inilah yang membuat film ini sangat-sangat menarik untuk ditonton.

Review ini mengandung spoiler, jadi jika kalian tidak tahan untuk membacanya, segera leave, hehe... Soalnya nanti enggak seru kalau kalian pas nonton film ini tetapi udah tau beberapa hal penting yang akan dibahas dalam postingan ini.

Diceritakan Arthur, sosok pemuda sangar yang ternyata seorang Aquaman. Apaan tuh Aquaman? Jadi sosok manusia yang bisa beradaptasi untuk hidup di air, selain itu dia juga sangat kuat, dan tentu saja bisa berkomunikasi dengan hewan air. Terlebih, dia juga bisa banyak bahasa lho.

Arthur ini selalu menyelamatkan nyawa manusia yang terancam, terutama saat mereka dalam marabahaya di lautan. Pada adegan awal tentang Arthur, dia berhasil menyelamatkan sekelompok pelaut dari serangan segerombolan bajak laut. Bahkan sangat tragis kisah pada awal cerita itu. Seorang bajak laut mati karena dibiarkan Arthur tertindih torpedo. Anaknya sih selamat dan kemudian pada akhirnya akan menjadi salah satu villain di film ini, dia Black Manta.

Singkat cerita, Arthur ini terus diburu oleh Mera yang salah satu putri raja di laut. Mera memberitahu dan selalu mengajak Arthur untuk setidaknya bertarung dan berjuang merebut tahta kerajaan yang kini tengah dipegang oleh adik tirinya. Arthur menolak dengan dalih bahwa ia tidak mau karena laut telah merenggut nyawa ibunya. Saat itu ibu Arthur yang merupakan putri raja harus dieksekusi mati karena berkhianat dengan lari dari pernikahannnya. Ia malah kawin dengan seorang manusia yang merupakan ayah Arthur, Tom. Sang ibu harus kembali ke laut dengan pasrah agar Arthur dan ayahnya tidak selalu diburu oleh pasukan dari laut.

Arthur terus menerus menolak hingga pada akhirnya ia sadar bahwa ia harus mengambil alih kerajaan karena sang adik tiri terus melancarkan usaha peperangan dengan dunia permukaan, yang Arthur kenal dengan bumi. Aksi merebut tahta berlangsung dengan dramatis yaitu dengan duel yang disaksikan seluruh penduduk laut. Tujuan duel itu adalah menjadi siapa yang lebih dulu bisa mengalahkan yang lainnya. Setidaknya dengan menghancurkan senjata trisula yang dimainkan. Arthur kalah telak oleh adik tirinya tersebut karena menurut Mera, duel ini memang terjadi di laut, medan yang belum begitu familiar bagi Arthur.

Mera bergerak cepat dengan menyelamatkan Arthur dari duel tersebut. Ia memalukan adik tiri Arthur di depan publik. Mera terlanjur berkhianat dan pada akhirnya membawa Arthur untuk ikut serta dalam petualangan mencari trisula sakti kuno yang sangat powerful. Disinyalir jika seseorang bisa memiliki trisula tersebut, seluruh laut akan tunduk. 

Mera dan Arthur pada akhirnya melakukan petualangan yang sangat menegangkan demi mencari trisula sakti itu. Dimulai dari perjalanan di gurun sahara, kemudian ke daerah Sisilia Italia, dan sampai pada kerajaan Trench di dasar laut hingga akhirnya sampai pada kerajaan inti bumi tempat trisula itu terpendam dan dijaga oleh makhluk mitos yang begitu mengerikan dan kuat, Karathen. Di sana pun Arthur bertemu sang ibu yang Arthur dan Mera kira telah tiada. Ternyata selama ini Athlanta alias ibu Arthur berdiam diri di sana dan belum bisa mengalahkan Karathen sehingga tidak bisa pulang.

Sang ibu bilang bahwa hanya raja sejati yang bisa mengambil trisula tersebut. Arthur pun mencoba dan ia harus berhadapan dengan Karathen si monster bengis raksasa penjaga trisula sakti. Arthur memang pada akhirnya berhasil mengambil trisula sakti dan mengerahkan gerombolan Trench dan Karathen untuk ikut serta dalam perang antar kerajaan laut. Arthur pun berhadapan dengan adik tirinya lagi dan kali ini ia berhasil menang.

Pada akhirnya Arthur menjadi raja lautan dan sepertinya kini negeri Athlantis kembali makmur karena seorang raja yang bijak dan bisa menjaga kedamaian seperti Arthur.

Hikmah yang bisa diambil dari film ini adalah bahwa memang kebaikan selalu menang dan sikap kepahlawanan memang tidak pernah telat untuk dipraktikkan. Seperti kata Athlanta pada film ini dia bilang raja berjuang untuk rakyatnya, sedangkan pahlawan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk setiap orang, baik untuk rakyatnya juga untuk setiap orang yang ia cintai. Sangat suka sama pesan ini, hingga aku harus bilang film ini memang sangat bagus dari segi amanatnya, nancep banget.

Kalo dari segi sinematografi, visual, dan lain sebagainya, pokoknya enggak diragukan lagi. Bahwa directornya pun mengakui kalau ini salah satu film DC terbaik, duh directornya James Wan loh yang bikin The Nun hehe... Pokoknya film ini harus banget kamu tonton soalnya paket komplit banget karena cita rasa keluarganya ada, romance, petualangan, action, sempurna deh....Salut banget, ditunggu sekuelnya[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)