Langsung ke konten utama

Review Venom (2018)

Minggu lalu saya nonton Venom. Saya menonton film tersebut bersama teman-teman kantor. Film tersebut menceritakan pahlawan super, sebenarnya bukan pahlawan juga. Ceritanya lebih ke arah enggak-terlalu-super-hero.

Sebuah roket jatuh ke bumi yang merupakan pesawat luar angkasa yang ditumpangi beberapa astronot. Mereka pulang dengan tidak selamat karena sepertinya jatuh di tempat yang tidak diprediksi sebelumnya.

Semuanya meninggal dunia. Mereka sebenarnya membawa misi untuk membawa sesuatu. Ternyata sesuatu tersebut bernama symbiot. Merupakan makhluk langka yang hanya bisa hidup ketika ada di dalam inang (manusia atau hewan). Dari sana lah konflik bermunculan.

Di belahan dunia lain tepatnya di San Francisco, sang tokoh utama tengah melakukan rutinitasnya sebagai pewarta populer. Suatu hari si Tom Hardy ini ditugaskan untuk menginvestigasi lembaga penelitian gitu. Tom Hardy ini menemukan bahwa lembaga tersebut melakukan tindakan kriminal berupa mengambil kelinci percobaan dalam beberapa penilitian mereka berupa manusia-manusia terlantar (pengemis, tunawisma, dan lain-lain).

Tom Hardy bukanlah siapa-siapa. Pada akhirnya dia dipecat karena ia menginvestigasi orang yang powerful. Dari sanalah kehidupan tetap berlanjut hinggak akhirnya Tom Hardy bertemu dengan Venom. Siapakah Venom?

Venom adalah salah satu symbiot dari luar angkasa yang merupakan salah satu yang terlemah. Namun, karena dia berada di bumi jadilah dia kuat. Venom ini selain harus hidup dengan inang, dia juga harus makan kepala manusia. Sungguh kejam. Ia merasa sangat cocok dengan tokoh yang di perankan oleh Tom Hardy alias Eddie dalam film ini.

Penilaianku terhadap film ini adalah menurutku film ini lumayan jenaka. Film ini banyak juga adegan actionnya, tentu saja soalnya kan film superhero. Konfliknya cukup terasa ketika Venom sudah merasuki tubuh Eddie.

Banyak bagian yang membuat saya terpingkal-pingkal saat menontonnya. Terutama saat si Venom ini mencoba memaksa Eddie melakukan hal-hal yang di luar nalar. Pada akhirnya Eddie selalu saja nurut dengan perintah Venom. Namun, pada saat-saat tertentu, dia pasti akan berontak. Tonton saja, film ini seru kok meskipun banyak reviewer luar negeri yang merasa kurang puas terhadap film ini.

Hal yang saya bisa dapatkan saat nonton film ini juga mengenai tidak menghalalkan segala cara agar mendapatkan sesuatu. Tokoh Eddie melakukan hal tersebut sehingga sangat menggelincirkan hidupnya dari yang serba wah ke serba tak beradab. Patutnya, hal tersebut tak perlu dicontoh oleh kalian wahai penonton. Karena barang siapa menanam, akan menuai juga. Hemmm... terdengar menggurui ya?

Pokoknya film ini recommended. Sekian dan terima kasih.[]

Komentar

  1. Belum nonton cah! Dan kayaknya film ini bakal saya tonton via 'file terlarang' aja. Nggak begitu tertarik juga. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah sayang banget padahal film ini lumayan menghibur hehehe....

      Hapus
  2. Emmm.. Entah kenapa klo film ginian kurang greget di hati... tapi nanti coba lihat deh... Ahihihi...

    BalasHapus
  3. rekomended bgt

    https://speakerdeck.com/layartancep

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)