Langsung ke konten utama

Resensi Film Munafik 2 (2018)

Munafik 2 merupakan film Malaysia yang tayang di Indonesia juga. Mungkin karena film ini populer, jadilah film ini juga ditayangkan di sini. Saya berkesempatan buat nonton film ini di hari pertama pemutarannya. Tanggal 26 September 2018 alias hari Rabu. Saya nonton film ini sendirian (lagi), kali ini banyak ukhti-ukhti yang nonton, saya jadi enggak takut meskipun film ini bergenre horor.

Akh, saya enggak browsing banyak tentang film ini. Alhasil saya kecele banget. Film ini lebih ke drama sih dibanding ke film horor, menurut saya ya. Soalnya ceritanya menyedihkan banget. Tentu saja filmnya juga hitam putih.

Begini sinopsis film Munafik 2. Jadi ceritanya tentang seorang ustad bernama Adam yang mencoba mengusir setan atau iblis di sebuah kampung. Ternyata yang dirasuki setan itu ustad juga. Anaknya yang cewek itu meminta pertolongan Adam. Ternyata setelah diselidiki, ini berkaitan dengan ulah Abuja. Dia adalah pemimpin aliran yang disinyalir sesat yang melakukan cara teror sihir demi melawan siapa saja yang menentang dirinya. Serem ya. Singkat kata perjuangan Adam melawan Abuja adalah napas utama film ini. Lalu di mana horornya?

Horornya ya tentu saja pas Abuja ini mengirim teror ke Adam atau ke keluarga ustad tadi. Setannya banyak banget. Serem banget. Dengan banyaknya jump scare, film ini menjadi sangat seram pokoknya. Saya pas nonton sekali aja sih merasa kaget banget pas jump scare di rumah ustad yang kerasukan tersebut.

Film ini seperti yang saya bilang tadi sungguh sangat hitam putih. Alhasil, makna alias pesannya pun jadi sangat jelas dan merupakan aspek utama film ini barangkali. Makna yang saya tangkap adalah kebaikan selalu menang melawan keburukan. Tetapi, ternyata perlu perjuangan tak kenal lelah agar kebaikan itu menang. Seperti halnya saat Adam melawan Abuja. Banyak rintangan yang harus ia lalui demi memenangkan perjuangannya. Bukan hanya setan dan iblis saja yang harus ia taklukkan. Tetapi, dia juga harus melawan dirinya sendiri. Sungguh sangat berat perjuangan Adam.

Yang saya tidak suka dari film ini adalah endingnya. Ya, mungkin itu sangat-sangat predictable ya bagi sebagian orang dan merupakan sebuah ending yang banyak orang berkata mirip dengan film utamanya. Tetapi, saya merasa bahwa ending tersebut dipaksakan dan membuat antiklimaks sih, menurut saya ya sekali lagi.

Terlepas dari itu semua, film Munafik 2 ini lumayan lah dari segi jalan cerita, amanat, dan unsur horornya. Dibanding film horor yang sebelumnya saya tonton (The Nun), film ini lebih jelas dan lebih berisi dari segi jalan cerita karena bukan hanya cerita investigasi hantu. Dari amanatnya juga jangan ditanya, kayaknya film ini lumayan powerful deh secara banyak warga negeri jiran yang nonton bahkan jadinya film ini merupakan film terlaris di sana, wow prestasi ya. Dan tentang horornya, hemmm lumayan keji. Selain jump scare, teror-teror Abuja memang laknat dan patut diumpat saat penonton melihatnya. Pokoknya film ini sangat-sangat layak untuk ditonton.[]

Komentar

  1. Waduh, kayaknya mesti menyempatkan buat nonton film ini. Penasaran sama sinematografi negeri tetangga. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sinematografi ya, hemmm sebenernya biasa aja kang dan enggak terlalu menonjol, makanya enggak saya bahas hehe... ketimbang Kafir, lebih bagus Kafir deh soalnya settingnya lampau dan tempatnya juga apik

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)