Judul: (S)HE IS MY GIRL
Penulis: Chyntia
Yanetha
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan
Pertama, Juni 2015
Tebal: 240 Halaman
NOVEL ini
menceritakan Alexa yang mengikuti seleksi kontes Academy Golden Voice keempat. Ini kali keempat pula ia ikut kontes
tersebut. Kali ini Alexa lolos. Namun, ia sempat meragukan keikutsertaannya di
kontes itu karena ia harus merahasiakan identitasnya sebagai perempuan. Ia
harus tampil sebagai lelaki tulen karena juri brengsek bernama Philip yang
Alexa pikir sangat licik. Lelaki itu sekaligus penyanyi terkenal. Karakternya
arogan dan semua orang harus menuruti perintahnya yang kadang konyol. Kali ini
Alexa harus menjadi korbannya. Ia setuju-setuju saja dengan identitas barunya
sebagai Alex.
Kericuhan
awalnya tidak terjadi saat minggu pertama di asrama tempat karantina. Namun,
beberapa minggu kemudian ada yang aneh dirasakan Alexa atau Alex. Philip sang
juri judes sekaligus arogan mulai mendekatinya. Alexa tidak bisa menahan pesona
yang ditampilkan Philip dalam setiap tindakan pria itu. Alexa harus memilih
tetap mencintai Philip atau kariernya yang baru seumur jagung luntur akibat ada
seseorang yang mengetahui identitas aslinya. Apakah Alexa tetap bertahan di
kontes Academy Golden Voice?
Novel ini
dengan tema uniknya mencoba menyampaikan pesan bahwa perjuangan yang keras
memang membutuhkan banyak pengorbanan. Seperti halnya yang dilakukan Alexa
dalam novel ini. Ia tidak ingin gagal dalam langkahnya menjadi penyanyi, maka
ia ambil ide gila yang diajukan Philip. Alexa menjadi Alex, dan itu bukan hal
mudah. Di asrama karantina ia harus selalu waspada dengan segala hal, ia harus
selalu memastikan bahwa tidak ada yang mengetahui identitas aslinya sebagai
seorang perempuan, dan lain sebagainya dilakukan Alexa demi bertahan dalam
kariernya menapak dunia hiburan yang cadas.
Hal ini
mengingatkan kita pada perjuangan artis dalam kontes-kontes yang biasanya
diselenggarakan di TV nasional. Memang kehidupan artis kontes selalu seperti
itu dan menantang jiwa mereka untuk bertahan dalam segala kondisi. Ada kalanya
banyak rintangan yang akan membelenggu selama berjuang. Karena pada dasarnya
artis adalah public figure, maka
mereka harus digembleng menjadi seprofesional mungkin, dan tentu saja mereka
harus bisa menempatkan diri pada tempatnya. Atau kalau mereka tidak bertahan,
tentu saja konsekuensinya karier mereka hanya akan bertahan sebentar di ranah
hiburan.
Novel ini
berpotensi menginspirasi pembaca. Sayang, plot ceritanya sedikit streotip
layaknya drama-drama khas Korea Selatan. Ditambah kisahnya yang ber-setting di Indonesia, sedikit tidak
relevan karena banyak hal yang terasa janggal. Sebut saja penggunaan gaya
bahasa ‘kau’ dan ‘aku’ di novel ini. Ditambah deskripsi kontes Academy Golden Voice-nya sendiri tidak
mirip dengan kontes-kontes menyanyi di Indonesia yang lebih mengutamakan
kualitas suara dan tampilan penyanyi. Namun, di novel ini malah ditambahkan
unsur ‘dance’ yang memang di
Indonesia jarang kontes menyanyi yang menonjolkan hal itu.
Di luar
kelebihan dan kekurangannya, novel ini sangat layak dibaca karena alur
ceritanya yang menghibur. Selain itu, pembaca bisa terinspirasi dari perjuangan
Alexa yang gigih demi menapak puncak kariernya sebagai penyanyi yang
‘menyamarkan identitas’.[]
Komentar
Posting Komentar