Langsung ke konten utama

Review TeenLit: Just Like Strawberry


            Judul: Just Like Strawberry
Penulis: Maulida Sarah
Penerbit: GPU
Tahun terbit: 2014
Tebal: 184 halaman
ISBN: 978-602-03-0950-7
Harga: Rp40.000,-

Telat di hari pertama ospek rasanya sial banget untuk Raya. Tetapi, kesialannya itu pula yang mempertemukan dia dengan Romeo, si senior ganteng. Raya langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Terlebih Romeo juga tahu Raya sangat menyukai strawberry. Raya semakin luluh ketika suatu pagi Romeo mengajak dia bertemu dan memberikan strawberry cheese cake.



Namun Raya menjadi galau. Ruben, senior ospeknya yang juga sahabat Romeo, gencar mendekati dan menaruh perhatian. Ruben bahkan berani mengutarakan perasaannya dengan begitu romantis. Apalagi sang kakak terang-terangan menyetujui kedekatan mereka dan memercayakan Raya pada Ruben.



Apa yang harus Raya lakukan? Bertahan dan menunggu Romeo mengungkapkan perasaan atau menerima cinta Ruben?

Review
Ospek selalu penuh dengan kejutan, terutama bagi seorang mahasiswa baru, bagi mereka kegilaan-kegilaan tak ada habisnya dilontarkan senior baik fisik maupun mental. Ternyata di perguruan tinggi swasta pun ada ospek, tidak hanya di perguruan tinggi negeri. Raya yang tahu fakta ini langsung terkejut, untung saja sosok kakak tingkat yang pertama ia temui di kampusnya adalah Romeo, kakak senior dengan mata jernih dan sosok yang akan mengingatkannya terus pada Remy, teman di masa lalunya yang telah tiada.

Tetapi Raya tetaplah apes, karena ia menemukan sosok yang sangat menyebalkan kemudian, sosok galak yang selalu mengintimidasinya lewat kata-kata, bahkan di hari pertama Raya di kampus pun, sosok ini selalu membuatnya merasa tak nyaman. Ruben, kakak senior yang satu ini menyiksa Raya karena telat dua puluh menit, apa mau di kata? Raya pun menjadi bulan-bulanan Ruben setelah itu.

Raya misuh-misuh sepulangnya dari kampus. Ia jengkel-sejengkel-jengkelnya pada Ruben. Kakaknya bernama Albert, ternyata peka juga pada Raya, ia memberitahu katanya ada temannya yang jadi kakak ospek di jurusan Raya. Dan Raya lagi-lagi terkejut, ternyata dia Ruben. Cucu dari pemilik yayasan kampusnya, Ruben punya julukan ‘pangeran kampus’.

Raya pun sekarang seperti punya tameng sendiri, kalau Ruben macam-macam terus padanya, ia akan lapor pada kakaknya (Albert). Tetapi, memang ini bukanlah urusan antara dirinya dengan Ruben, tetapi ini urusannya terhadap akibat keterlambatannya di hari pertama ospek. Alhasil, Ruben terus menghantui Raya setiap dia di kampus, tetapi percekcokan mereka layaknya Tom dan Jerry, lalu apakah perselisihan itu akan berubah jadi hubungan yang lain? Sementara itu Raya masih mengingat-ingat sosok itu, Romeo. Ternyata dia teman baik Ruben, lalu apa yang akan dilakukan Raya? Sementara Romeo pun masih terngiang-ngiang sosok Raya, gadis itu terus mengingatkannya pada adiknya yang telah urung dari dunia beberapa tahun lalu … Lupita.

Membaca karya perdana seorang penulis itu selalu terasa istimewa bagi saya. Karena entah sepertinya setiap buku debut itu selalu mengedepankan setidaknya satu sisi orisinalitas. Lalu apa yang menjadi primadona di buku bersampul merah jambu ini? Jawabannya adalah plot yang rapih plus cinta segitiga yang dituturkan dari sudut pandang yang benar-benar berbeda.

Saat Ruben dan Raya sudah mulai merasa bosan dengan segala perselisihan yang mereka lakukan, cinta pun hadir pelan-pelan di antara mereka, tentu dominasi Ruben yang lebih kentara. Tetapi diam-diam ada sosok lain yang mencintai Raya pula, yaitu Romeo. Di awal-awal buku, penulis langsung menampilkan konflik tersebut, tak disangka saya merasa tertipu karena Romeo fine-fine saja saat gadis yang dicintainya ternyata diminati oleh sahabat baiknya pula, dan ia langsung merelakan segalanya untuk sahabatnya, benar-benar cowok yang tulus.

Sedangkan Raya sebenarnya setengah-setengah menerima Ruben, semua karena Albert lebih menyarankan Raya untuk memilih Ruben, tetapi ia masih menyimpan rasa pada Romeo, sampai-sampai pada salah satu part Raya berkata pada Romeo, “Bukankah cinta sejati itu harus diperjuangkan sampai maksimal? Kamu memberitahuku soal dua orang teman yang berebut taksi, tetapi menurutku ada dua jawaban, si teman yang merelakan taksi itu bisa saja merebut taksi lebih dulu atau menunggu sampai taksi itu datang kembali alias menunggu sampai temannya puas memakai taksi.”


Teenlit ini terasa lebih kentara sisi laki-lakinya karena sepanjang cerita plot Romeo dan Rubenlah yang terus digali. Contohnya ketika Raya terus menerus diundang Romeo ke rumahnya meskipun ia sudah jadian dengan Ruben, itu semua semata-mata karena mama Romeo yang menginginkannya. Raya benar-benar mirip dengan Lupita, begitulah menurut mama Romeo plus kakaknya Romeo bernama Jeff yang notabene teman kakak sulungnya Raya─Andre, huft sebenarnya banyak kebetulan yang terlalu manis sih di buku ini, meskipun tak terlalu berpengaruh pada cerita sehingga masih dimaafkan.

Romansanya sendiri pun terkesan begitu kental karena sublot lain turut membangun konstruksi cerita yang makin kokoh. Contohnya kehadiran Sasha, gadis yang masih menjadi pacar Romeo yang dua tahun lalu lenyap bak ditelan bumi, namun Romeo tahu dari mbok pembantu rumah Sasha bahwa gadis itu pergi ke Brisbane bersama orangtuanya, namun tetap saja selama lebih dari tujuh ratus hari gadis itu sama sekali tak bisa dihubungi. Dan saat ia muncul, Romeo merasakan hambar yang luar biasa, mungkin karena kehadiran Raya pula. Lalu apa dia akan menutuskan Sasha?

Sisi persahabatlah yang kuat di buku ini. Meskipun Ruben acap kali mendapati Romeo bersenang-senang terus dengan Raya, ia memaafkan perbuatan keduanya, karena ia yakin sahabatnya Romeo tak menginginkan hal tersebut terjadi. Awalnya Ruben memang marah besar sampai-sampai ia sengaja mengempesi ban mobil Romeo lewat tangan juniornya, juga mengambil Sela sang sahabat Romeo saat mereka kerja kelompok, lalu tak membolehkan pacarnya Sasha untuk bertemu dengannya selama beberapa hari. Tetapi semuanya menyadarkan Ruben karena ia melihat Romeo tak membalas semua perbuatan buruknya, malah Romeo membalas semua kejahatan Ruben dengan sebuah kebaikan, menolongnya ketika terjebak di jalan, Romeo membelikan Ruben bensin saat mobil cowok itu ngadat di tengah jalan.

Rasanya novel yang tidak terlalu tebal ini semua unsurnya komplit, dari mulai romansa yang mencakup hubungan segitiga Raya, Ruben, Romeo, juga ada rasa kekeluargaannya pula saat hubungan Romeo yang begitu dekat dengan mamanya, adik, dan kakaknya pula dan Raya dengan Albert plus Andre. Serta pesan persahabatannya tajam sekali: Romeo, Ruben, Sela, dkk.

Kenapa memakai strawberry di judulnya? Ternyata sepanjang cerita, Raya selalu bergumam, “Cinta itu ibarat strawberry yah, ada rasa manisnya, juga ada asamnya juga. Benar-benar buah cinta.” Kata-kata itu selalu ia ucapkan sepanjang cerita karena ia tahu dirinya mencintai siapa namun ia tak sanggup meraihnya, pun orang yang ia cintai sangat menyayanginya, tetapi ia tak sanggup melukai hati sahabatnya.

             Lalu, apakah Raya akan jadian dengan Ruben atau Romeo? Semua jawabannya lengkap tersaji di buku ini, penceritaannya yang renyah sungguh bisa jadi membuat Anda tak bosan ketika membacanya. Dan ada sedikit bocoran tentang karakter Raya, jangan sekali-kali memprediksikannya sebagai gadis galau yang hobi nangis, karena dia telah kuat selama ini hidup hanya dengan ayah plus dua kakak laki-lakinya, pantas kalau dia strong, meskipun mahasiswa jurusan komunikasi, ternyata dia hobi loh ikut balapan liar? So, this book is awesome! Great![]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)