Langsung ke konten utama

Review Ayat Suci yang Menari


Judul: Ayat Suci yang Menari

Penulis: Garina Adelia

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Editor: Dewi Kartika Teguh Wati

Desain Isi: Irfan Emonk dan Nur Wulan

Desain Sampul: Suprianto

Tebal: 252 halaman

Tahun Terbit: 2014

ISBN: 978-602-03-0918-7
 
Blurb
Perjalanan yang kulakukan seolah tak berarti, sampai aku bertemu dirimu—sosok yang pendiam, sinis, dan memukau. Tanpa kusadari, rasa lain mulai tumbuh saat kudengar lantunan syahdumu.

Aku ingin bersamamu, tapi ini bukan tempatmu. Batas hidup dan mati demikian tipis di sini. Ketika kusadari kematian membidikmu, aku tak bisa tinggal diam. Aku harus melindungimu! Lima orang asing di daerah asing.

Pertambangan batu bara Batulicin-Kalimantan Selatan menyambut Laura, Nicholas, Christopher, Ilse, dan Nikki dengan hawa panasnya. Anggota FOEI Belanda ini bermaksud melakukan penelitian dan penyuluhan lingkungan hidup. Dibantu pekerja lokal, mereka merasa siap menghadapi apa pun. Ternyata, pengrusakan alam yang parah justru menjadi tantangan terkecil; teror beruntun dan kematian adalah ujian sebenarnya yang harus mereka hadapi.

Namun bagi Laura, ada hal lain yang menyita pikirannya: bait indah yang berkali-kali dia dengar dan sosok memesona yang melantunkannya.
 
 
Review

            Cerita di dalam novel karangan Garina Adelia ini befokus pada perjalanan observasi lima orang WNA asal Belanda, mereka dikirim oleh FOEI Belanda untuk melakukan penelitian di salah satu kawasan tambang batu bara terkenal di Kalimantan. Laura, Nicholas, Christopher, Ilse, dan Nikki berusaha menekan keegoisan masing-masing saat mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan di salah satu tempat asing di Borneo itu adalah untuk tujuan mumpuni. Namun, saat kenyataan bilang bahwa tempat yang mereka singgahi menyimpan banyak teka-teki, apa yang selanjutnya akan mereka lakukan?

            Buku ini akan saya bahas dalam beberapa aspek, saya akan mencoba membahasanya di segi alur, penokohan, konflik, setting, dan amanat. Karena buku ini genrenya religi, namun isinya ternyata benar-benar lain dari pada yang lain. Mengambil tema pencarian jati diri seorang mualaf adalah salah satu poin kerennya, hal lain yang menjadi attention gather lain adalah nuansa thriller dan mistery yang bercokol di novel ini plus setting kawasan pertambangan serta tokoh-tokoh orang luarlah yang membuat Ayat Suci yang Menari ini semakin berbobot.

 

            Alur

            Novel ini dihidangkan dengan alur maju. Meskipun demikian, kisah yang termaktub di dalamnya memberikan efek yang berulang kali menggedor apabila Anda membacanya. Neo Javed, sebagai tokoh kunci selain Laura (yang notabene tokoh utama), lelaki yang dikisahkan sebagai pekerja multifungsi di Pordland Coal Mining itu ditampilkan selalu melakukan aksi-aksi yang misterius. Dan sebenarnya di dalam novel ini, ia lebih dominan menggerakan cerita, meskipun tindak-tanduknya memberikan asumsi yang gelap, seperti kehadirannya beberapa kali di TKP kecelakaan tambang, juga saat Laura terjebak di kebakaran, dan yang paling naas itu saat sosok Neo Javed ini membawa salah satu teman Laura dalam kondisi kritis, berdarah-darah dan hampir mati. Neo selalu mejadi tertuduh.

 

Penokohan

Kesan saya saat membaca novel ini adalah penokohannya sudah cukup dalam porsinya dan penulis bisa menaruh semua tokoh dalam posisi yang tepat. Tokoh utama Laura yang teguh pendirian dan benar-benar konsisten untuk mengejar sesuatu yang ia anggap benar, Neo Javed seorang pemuda pekerja tambang yang misterius, meskipun begitu dalam buku ini Anda akan tahu bahwa betapa beraninya dia dan sikap kepeduliaannya tidak tanggung-tanggung, Ilse pemimpin tim yang cerdas meskipun ia selalu melempar kata-kata yang tajam (mungkin karena ia perempuan), Nicholas yang nyatanya dia adalah adik sekaligus kembaran Laura yang dapat diandalkan meskipun mudah mencurigai seseorang, lalu Christopher sang tunangan Laura yang kekanak-kanakan dan trouble maker, dan yang terakhir adalah Nikki, sosok yang penurut dan sebenarnya ia adalah pemuja diam-diam Ilse.

Selain itu tokoh-tokoh penting lain yang bisa Anda kulik sendiri di dalam Ayat Suci yang menari adalah Nishi Takamura, Jai, Zeno, Eda, Bapak, Lei, Fayza, dll. Meskipun jumlah tokohnya banyak, kerumitan dalam hal ini ternyata bisa diulur secara rapi oleh penulis. Bahkan, penulis mampu untuk tak melenyapkan fungsi semua tokoh sampai ending.

 

Konflik

Konflik utama adalah tentang pencarian jati diri Laura yang telah lama menjadi manusia kosong. Selain itu tumbukan antar keinginan masing-masing tokoh pun tak dapat terelakkan seperti Christopher yang terlalu possessive pada Laura, Nicholas yang terlalu curiga pada Neo yang ia pikir membahayakan timnya, juga problematika Neo sendiri yang berusaha memecahkan keganjilan di lokasi tempat kerjanya karena di kawasan Pordland Coal Mining itu terjadi berulang-ulang pembunuhan yang menimpa para pekerja dengan kasus sama, juga kawasan hutan sekitar tambang yang entah kenapa menjadi serupa magnet bagi Neo karena di sana terjadi banyak keanehan: munculnya terror, ditemukannya banyak mayat yang telah menjadi tulang belulang, dan kasus-kasus lain yang supergila.

Meskipun konflik dan cabang-cabangnya membanyak, dari seperempat awal buku sampai akhir konflik-konflik itu mengerucut. Bagimana usaha menghentikan segala kejanggalan di lokasi tambang dan sekitarnya oleh tim FOEI Belanda adalah konflik puncaknya. Laura akan menemukan petunjuk-petunjuk Allah di masalah tersebut, ia akan bermetamorfosis menjadi apa yang selama ini ia inginkan meskipun tak kunjung ia sadari.

Setting dan Amanat

Mengambil setting kawasan pertambangan di Batulicin-Kalimantan Selatan adalah hal jarang di novel-novel Indonesia, oleh karena itu novel ini bisa dibilang unik, apalagi jika melihat genrenya yang religi. Selain itu pengetahuan mengenai daerah pertambangan pun menjadi nilai plus novel ini. Saya jadi tahu beberapa istilah, di antaranya switchback, cara kerja truk CAT 973, underpass, prestripping, bukaan baru, dan lain-lain. Bahkan saya juga menjadi tahu bagimana kondisi sosial masyarakat daerah pertambangan baik psikologisnya dan perilakunya. Juga tak lupa beberapa kosa kata Bahasa Belanda.

Mengenai amanat sendiri yang bisa saya ambil dari novel ini adalah mengenai betapa pentingnya bagi kita untuk mensyukuri keimanan kita terhadap Allah SWT karena mungkin saja di luar sana beberapa orang merasa jiwanya kering karena tak pernah mengenal konsep Tuhan, seperti contohnya Laura dalam novel ini. Juga mengenai rasa kepedulian, kita harus sadar terutama peduli pada alam dan manusia, rasanya sudah tak jamannya lagi kita terus-terusan mengeksploitasi alam jika kita tak mau generasi selanjutnya setelah kita menderita, sedangkan peduli pada manusia adalah janganlah kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita mau. Amanat yang menduduki nilai paling memukul hati saya adalah tentang pencarian Tuhan, penulis sangat piawai untuk tak menyampaikan pesan itu secara menggurui lewat scene-scene yang dialami Laura, saat dia merapal shalawat saat dia terhimpit, saat dia menuruti gerakan solat padahal ia tak tahu apa-apa namun menjadi hatinya tenang, dll. Amanat novel ini patut saya acungi lima jempol.

Mungkin kekurangan buku ini hanya terdapat pada chemistry Laura dan Neo Javed saja yang kesannya terlambat karena intensitasnya menguat hampir di akhir buku. Meskipun begitu, hal itu sah-sah saja karena ini novel islami, tidak mungkin kan mengumbar hal-hal yang bertolak belakang? Karena toh setelah sampai di ending saya menemui akhir yang manis dan tidak biasa. Itu adalah bagian yang  terasa kental sekali romantisme religiusnya.

Semoga Garina Adelia bisa membuat lagi karya yang elegan seperti ini. Oh ya, ada tiga quote yang saya suka dari buku ini.

“Segala sesuatu yang ada di sekitar kita tidak akan pernah bisa diatur sesuai dengan kemauan kita. Seharusnya kita yang mengatur diri kita agar bisa menerima segala sesuatunya dengan baik.”—halaman 4

“Hidup akan membosankan kalau kita terlalu mudah merasa lelah atau selalu mengeluh.” —halaman 4

“Kami percaya bahwa Allah akan menjaga kami dengan sebaik-baiknya.” —halaman 124

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)