Aku belum
pernah membuat ulasan tentang Love, Victor season pertama, tetapi tiba-tiba aku
langsung membuat ulasannya untuk season kedua yang kutonton tahun ini. Tentu
season satunya kutonton tahun lalu. Menonton series ini karena pernah menonton
film Love, Simon yang fenomenal itu.
Ini adalah
spin-off dari Love, Simon. Jika season pertama Love, Victor bercerita tentang
bagaimana Victor berusaha coming out (melela) tentang jati dirinya, di season
kedua ini lebih menceritakan bagaimana usahanya untuk diakui keberadaannya
sebagai ‘dirinya’.
Victor
adalah remaja SMA yang telah melela sebagai homosexual. Awalnya, ia denial
terus menerus karena ia merasa khawatir berkepanjangan. Pada akhirnya, ia
berusaha untuk berterus terang kepada semua. Setelah perjalanannya menemui
Simon yang membuka matanya bahwa memang tidak ada yang salah dengan menjadi
dirinya sendiri apa adanya.
Di season kedua
ini, Victor masih mendapat ganjalan karena ibunya belum menerima sepenuhnya
dirinya. Juga banyak konflik terjadi dengan kekasih Victor bernama Benji.
Perihal-perihal masa lalu menguji hubungan mereka. Tentu di sini penonton akan
melihat bagaimana Victor mengatasi itu semua dengan sekuat tenaga dan dengan
sekuat usaha mengorbankan banyak hal seperti pikiran, hal-hal yang menguras fisik
dan psikisnya, dan lain sebagainya. Victor sungguh sangat diuji.
Menonton
serial ini harus dengan pikiran terbuka bahwa memang orang-orang seperti Victor
mendapatkan banyak cobaan untuk sekadar mengukuhkan eksistensinya bahkan di
negaranya yang memang mengaggap lumrah hal-hal tersebut. Penonton akan banyak
memetik pesan yang sungguh luar biasa jika mampu melihat dari sisi bigger
picture serial ini. Bagaimana usaha keterbukaan dan menjalin kenyamanan dengan
banyak pihak seperti teman, kekasih, keluarga, bahkan di masyarakat sendiri
adalah usaha yang awalnya akan terasa tak mulus jika tak adanya rasa saling
menghargai dan memanusiakan. Oleh karena itu, serial ini tampil cemerlang
karena meng-highlight isu-isu terkait yang tentu saja jarang atau sepertinya
tidak pernah diangkat di layar kaca atau layar lebar negeri ini.
Aku suka
dengan bagaimana perkembangan setiap karakter di serial ini. Akan ada banyak
cobaan yang memang sengaja dijadikan pembeban mereka menjalani hidup. Ada yang
berhasil tetapi ada juga yang gagal alias belum lulus dengan
tantangan-tantangan hidup tersebut. Membuatnya tampak realistik karena memang menghadapi ujian hidup tak semudah membalik telapak tangan kosong yang tak sedang
menggenggam apa-apa.
Dari Victor
kita akan belajar bahwa usaha agar eksistensi individu dihargai adalah hak
setiap manusia yang perlu diperjuangkan. Dari keluarga Victor kita akan
mengambil pesan bahwa kadang kita perlu mengesampingkan ego pribadi terus
memikirkan masalah sendiri dalam keluarga, mungkin memang problematika anggota
keluarga adakalanya lebih penting dan harus didahulukan. Sementara dari Benji
alias kekasih Victor kita akan belajar bahwa usaha memenangkan hati sendiri
dalam sebuah hubungan memang patut dicoba, tetapi jangan sampai mengorbankan
hubungan itu sendiri.
Banyak pesan
yang ditabur bahkan yang bukan terdapat pada karakter-karakter utama. Seperti
pada hubungan kepercayaan Lake dan Felix (sahabat-sahabat Victor), tentang
usaha bangkit dari keterpurukan hidup yang serba tak memihak pada Mia (mantan
kekasih Victor), dan masih banyak lagi. Semuanya sudah dipersiapkan dengan
matang sehingga tampil tak sekadar tempelan yang memperindah serial ini.
Maka, tanpa ragu aku memberikan rating 8/10 sebab ceritanya mantap![]
Komentar
Posting Komentar