Langsung ke konten utama

[Review] Heartling by Indah Hanaco



Judul: Heartling
Penulis: Indah Hanaco
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2015
Tebal: 256 Halaman
ISBN: 978-602-03-1592-8
Editor: Irna
Sampul: Iwan Mangopang

Novel Heartling menceritakan Amara Kameli yang kembali ke kehidupan normal setelah setahun gadis itu mengasingkan diri pasca kejadian menakutkan dalam hidupnya. Gadis itu saat duduk di bangku awal perkuliahan mengalami pemerkosaan oleh Marcello. Amara tidak akan pernah melupakan tragedi besar itu, bahkan setelah hal itu terjadi Amara mengandung benih pria bejad yang ternyata sahabatnya sendiri. Sayang, janin Amara keguguran. Gadis itu mengalami dampak psikologis berlapis, maka orangtuanya mengirim Amara ke Medan selama setahun.

Amara kini menutup pribadinya rapat-rapat. Ia bahkan tak sudi lagi menjalin persahabatan dengan pria maupun wanita. Namun, di kelas Teori Komunikasi yang ia ikuti, Sophie Lolita tak berhenti menempel dan menguntit Amara. Sophie sangat cerewet, namun ternyata ia pendengar yang baik. Hati Amara pun luluh untuk berkawan dengan Sophie. Ditambah lagi Amara bertemu dengan Brisha, sang sahabat yang tak diacuhkan Amara setahun belakangan. Ketiganya pun bersahabat.

Namun apa yang ditakuti Amara selama ini pun menghampirinya. Saat menghadiri pesta di rumah Brisha, seorang pria keturunan Korea tanpa malu-malu mendekatinya. Amara masih trauma pada sosok lelaki, ia sadar bahwa ia belum bisa menerima kehadiran pria bernama Ji Hwan itu. Sampai akhirnya Sophie memaksa Amara untuk bisa dekat dengan Ji Hwan, padahal Sophie apalagi Brisha tidak pernah tahu Amara adalah korban pemerkosaan. Hingga pada satu titik, Amara membeberkan rahasia kelamnya sebagai korban pemerkosaan. Sophie dan Brisha awalnya terkejut, pelan-pelan pada akhirnya kedua gadis itu bersedia membantu Amara lepas dari trauma.

Novel ini memberikan pesan bahwa menjalani hidup tak ubahnya seperti melawan malapetaka. Seperti halnya Amara di novel ini, pemerkosaan membuatnya menderita setengah mati. Namun, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita seharusnya tidak menyerah cepat jika ada di posisi Amara. Karena akan selalu ada pertolongan Tuhan untuk menyelamatkan manusia yang terpuruk. Dalam novel Heartling, sahabat-sahabat Amara adalah bantuan yang membuat Amara meraih semangat hidupnya kembali, sahabat bagi Amara adalah penopang dirinya saat rapuh.


Heartling mencoba menyampaikan pesan bahwa saat kita berada di posisi terendah dalam hidup, kita tidak bisa membiarkan hidup kita semakin terpuruk. Kita hanya harus sadar bahwa segalanya pasti ada jalan keluarnya saat kita terus berusaha. Lewat tokoh Amara dan sahabat-sahabatnya, pesan perjuangan hidup dan persahabatan sungguh terasa di karya kesekian Indah Hanaco yang bersampul cantik ini. Novel Heartling sangat patut dikoleksi dan dibaca hingga tuntas.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

[Travel Writing] Bale Kabuyutan Desa Ciledug Wetan Cirebon

Kemarin mencoba datang ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Kebetulan daerah dekat rumah saya. Tulisan ini tadinya telah terkirim ke media tempat PKL saya. Tapi, nasibnya naas karena harus berakhir di recycle bin komputer redaktur. Jadi, saya share saja di blog. Bale kembang di Bale Kabuyutan. (Dok. pribadi) Berlokasi tepat di belakang kantor kuwu Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug, Bale Kabuyutan masih berdiri kokoh hingga kini. Bale Kabuyutan adalah salah satu situs peninggalan budaya leluhur Cirebon berbentuk bale kambang (tempat tidur dari kayu). Benda itu tersimpan di dalam ruangan berukuran sekitar 20 x 30 meter. Sedangkan bale kambang itu memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m serta disangga oleh enam tiang. Menurut Mundara (62) selaku juru kunci Bale Kabuyutan, tempat tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat pengambilan sumpah bagi mereka yang hendak menganut Islam. Mundara yang sejak tahun 2002 menjadi juru kunci di tempat itu menuturkan bah...