Penulis:
Dadan Erlangga
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tebal:
344 Halaman
Terbit:
Cetakan Pertama, November 2015
Novel Cinta Akhir Pekan
bercerita mengenai Arlin yang mengalami ‘kecelakaan’ saat ia menginap di vila
bersama rekan-rekannya. Ia menjalani akhir pekan yang seharusnya membahagiakan
karena pesta yang diadakan bersama teman-temannya adalah dalam rangka merayakan
kelulusan kuliah. Sayang segalanya tak berjalan sesuai rencana. Arlin diajak
Dita untuk mengikuti acara tersebut, sahabatnya itu memaksa Arlin. Akhirnya
Arlin pun menuruti ajakan Dita karena di acara tersebut Dita membawa pacarnya,
Bisma. Lelaki itulah yang selama ini dicintai Arlin diam-diam. Di pesta itu pun
hadir Chandra, Edwin, dan Ferdy, tentu semuanya satu kampus dengan Arlin.
Masalahnya sekarang, Arlin diperkosa saat tengah mabuk, dan dia tidak
mengetahui siapa lelaki bejat yang telah melakukan tindakan tersebut. Yang
jelas di antara empat orang itu Arlin harus segera menemukan jawabannya! Siapakah
yang telah tega menodainya?
Kisah Cinta Akhir Pekan
adalah novel romantis yang sebenarnya mengandung ironi mendalam. Betapa
sepanjang cerita kita akan diajak dari sudut pandang Arlin untuk mengetahui
bagaimana menjalani rasa sakit saat kesucian perempuan terenggut oleh seseorang
yang brengsek. Dan bagaimana konsekuensi-konsekuensi yang diterima perempuan
naas ketika di posisi itu. Terlebih, ketika ‘kecelakaan’ tersebut diakibatkan
oleh salah satu teman kita, siapa pun akan merasa terkhianati. Namun, cerita tidak
hanya berputar di masalah itu saja. Arlin harus menikah dengan salah satu dari
empat teman lelakinya ketika ada yang mengaku. Siapakah pelakunya?
Saat Arlin menjalani
pernikahan paksa, di dalam novel ini akan diceritakan betapa Arlin menciptakan
atmosfer pernikahannya yang disharmonis. Lelaki yang menikahinya tak pernah
mendapatkan kebahagiaan sedikit pun dari pernikahan tersebut. Malah, malapetaka
yang terjadi. Arlin menjadi pribadi yang sangat arogan, dingin, dan tidak
pernah ramah. Ia membiarkan suaminya tidur semalaman di luar kamar ketika malam
pertama, begitupun malam-malam selanjutnya, mereka tidak tidur satu ranjang,
karena suami Arlin tidur di sofa dalam kamar mereka berdua. Arlin merasa inilah
hal-hal yang pantas diberikan untuk orang yang telah melukainya. Arlin tak
menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, dia bahkan jarang mengajak
suaminya bicara. Arlin benar-benar menciptakan neraka di dalam pernikahannya,
dia benar-benar muak.
“Pernikahan ini
nggak akan memperbaiki apa pun, justru sebaliknya. Pernikahan ini hanya akan
memperpanjang persoalan.”.(Arlin, halaman 159).
Andai saja Arlin memiliki
banyak pilihan. Andai saja Arlin tak perlu risau ketika anaknya lahir. Karena
bagaimanapun anak tersebut membutuhkan status. Karena bagaimanapun Arlin tak
ingin anaknya mendapat predikat ‘anak haram’. Tetapi, semuanya harus dibayar
mahal saat ia menikahi bajingan yang tak pernah dicintainya. Namun, bagaimana
jika suami Arlin menunjukkan tanda-tanda mencintainya dengan tulus? Bagaimana
jika dia benar-benar ingin membahagiakan Arlin seumur hidupnya? Dan saat satu
rahasia terungkap mengenai malam keparat di vila, akankah Arlin berubah
pikiran? Karena bagaimanapun semua orang berhak atas kesempatan kedua bukan?
“Dengan
cara apa kamu akan menebus semuanya? Kesalahanmu tidak akan pernah bisa
termaafkan, dan apa pun yang kamu lakukan tidak akan pernah bisa menebusnya!”
(Arlin, halaman 291).
Banyak pesan yang berusaha disampaikan
penulis di dalam novel ini. Yang paling penting adalah mengenai menerima nasib
buruk yang menimpa kita, sekaligus memaafkan segala kesalahan orang lain dengan
lapang. Walau bagaimanapun hal tersebut sungguh sulit dilakukan. Melalui tokoh
Arlin, kita akan tahu bahwa banyak syarat yang perlu dilakukan seseorang yang
tersakiti lahir batin untuk bisa pada akhirnya memaafkan, namun menabung
kegelisahan, hal negatif, serta amarah bertubi-tubi bukanlah hal-hal baik yang
mesti dilakukan individu tersakiti.
Pun mengenai pergaulan,
upayakanlah memilih seorang teman yang baik-baik. Kadang tak semua teman kita
menampakkan sifat aslinya, kadang mereka berlindung di balik bulu domba, kadang
mereka memakai topeng,padahal wujud aslinya ganas, rakus dan terus menjunjung
iri hati, memelihara dengki tumbuh subur dalam dirinya. Pada satu kesempatan bagus,
mereka akan menggunakan celah untuk melancarkan aksi paling buruk untuk membalas,
menghancurkan kita.
Intinya novel Cinta Akhir
Pekan berusaha menyuguhkan kisah drama yang tidak biasa. Mengenai pencarian
kebahagiaan ketika seseorang tengah benar-benar dalam keadaan tidak berdaya,
rapuh, dan mencoba bangkit. Dan mengenai kepercayaan bahwa cinta yang tulus
benar-benar ada, bahwa di dunia ini pasti ada seseorang yang rela berkorban
dengan amat tulus demi melindungi, membahagiakan, serta memberi kekuatan kepada
orang yang dicintainya. Karena ia tahu bahwa menciptakan seulas senyum di bibir
orang yang dicintainya merupakan hal sederhana yang begitu membahagiakan, bisa
membuat hatinya berbunga-bunga. Sampai orang yang dicintai bisa berkata seperti
Arlin dalam novel ini, hal tersebut adalah kebahagiaan yang purna dan sejati.
“Terima
kasih untuk cinta dan kasih sayangmu yang tulus. Terima kasih untuk segala hal
yang tak mampu kusebutkan satu per satu.” (Arlin, halaman 320).
Novel ini benar-benar
direkomendasikan untuk siapa saja yang percaya bahwa cinta yang tulus
benar-benar ada. Tentu jika hal itu akan ada ketika diusahakan dengan total dan
ikhlas.[]
Komentar
Posting Komentar