Langsung ke konten utama

Review Di Tanah Lada Karya Ziggy Zezyazeoviennazabrizkie



Judul: Di Tanah Lada
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
            Penulis: Ziggy Zezyazeoviennazabrizkie
            Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2015
            Tebal: 244 halaman
            Namanya Salva. Dia adalah gadis kecil berusia enam tahun yang cerdas. Kepintarannya dikarenakan kakeknya yang telah wafat pernah memberikan kamus Bahasa Indonesia tebal kepadanya semasa kakek Salva hidup. Sayang, realita berkata lain saat Salva memiliki ayah yang sangat keji. Ia dan Mamanya sering menerima pukulan yang menyakitkan, baik fisik ataupun mental. Ketiganya memulai hidup yang menurut Papa Salva kehidupan baru ketika pindah mendiami rusun Nero. Di tempat baru inilah Salva menemui P, anak lelaki kecil yang hobi main gitar. Mereka berteman, dan dari sanalah petualangan tak terduga dimulai.

            Membaca novel karya penulis yang namanya susah dihafal ini sungguh memilukan. Pasalnya beberapa keunikannya justru membuat kita akan terhenyak sepanjang meniti jalan ceritanya. Pertama, novel ini dikisahkan dari sudut pandang orang pertama, berupa Salva yang masih sebagai anak kecil polos namun pemikirannya sudah melampaui orang dewasa. Semua ini berkat ia yang selama ini dibesarkan lewat kengerian ayahnya dan kesedihan ibunya. Sepanjang cerita pula, kita tidak akan disodori hal itu saja. Pemikiran Salva tertuang lewat banyak penuturan yang mengaitkan dengan kata-kata dari kamus. Salva selalu berusaha mencari kata-kata yang menurutnya asing dalam kamus. Terutama kata-kata seram yang biasa diucapkan orang-orang sekitarnya. Yang membuatnya unik adalah ketika gadis kecil itu menginterpretasikan kebanyakan kata-kata berbau hal negatif di sepanjang cerita.
            Hal unik kedua adalah bagaimana sosok Salva menghadapi permasalahan. Ditambah ia berteman dan berkawan dengan P. Tak dinyana, P juga merupakan sosok tertindas. Ia sering diintimidasi ayahnya. Sayangnya ibunya kabur entah ke mana. Untung saja ada sosok Mas Alri dan Kak Suri yang senantiasa menolong dan membantunya. Lewat petualangan Salva dan P, kita akan tahu bagaimana logika polos anak kecil yang dewasa sebelum waktunya, ternyata bagaimana cara mereka menghadapi masalah bisa jadi sangat sederhana atau malahan tidak terduga. Salva berusaha kuat ketika ayahnya selalu mengatainya kasar, juga P dalam buku ini berusaha tegar ketika ayahnya selalu berbuat tak senonoh, misal menyetrika setengah wajahnya ketika P ketahuan bersembunyi di dalam kardus saat berada di kamarnya.
            Buku ini berusaha memberikan pesan kepada pembacanya bahwa segala hal yang bermula pasti akan berakhir jua. Setiap individu yang berada di zona tersebut akan berusaha menyelesaikan masalahnya dengan cara masing-masing. Salva dan P memulai masa kecilnya dengan sangat tidak manusiawi, otomatis ketika mereka sadar hal itu tidak adil maka mereka berusaha mencari jalan keluar. Buku ini pun tidak sulit untuk dibaca, berbagai diksi yang tersebar memang adalah pemikiran seorang anak kecil yang polos. Namun, pembaca harus hati-hati karena banyak hal-hal yang mengejutkan di setiap bab, terutama di bab akhir. Hal ini menunjukkan keunikan buku ini karena bukankah biasanya bahasa dalam novel-novel jebolan Sayembara DKJ selalu berat dan nyastra?
            Buku ini bisa dibaca siapa saja dalam kondisi apapun. Yang paling penting ketika membaca buku ini adalah pembaca harus senantiasa bersabar karena kadang tingkah pola yang ditampilkan Salva dan P sungguh membuat siapa saja gemas. Dan pembaca pun harus bersiaga karena barangkali setelah membaca buku ini mereka bertanya-tanya, apakah anak kecil di sekitar mereka merasa ingin keluar dari belenggu kekakangan orang dewasa?[]


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)

 

Review Never Have I Ever Season 2 (Sebuah Ulasan Singkat)