Judul:
The Rosie Project
Penulis:
Greme Simsion
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa: Dharmawati
Tebal:
372 Halaman
Terbit:
Cetakan Pertama, Oktober 2015
“Manusia
sering kali gagal melihat apa yang dekat dengan diri mereka tapi tampak jelas
bagi orang lain.” Halaman 106.
Profesor Don Tillman adalah ahli genetika.
Di umurnya yang hampir 40 tahun, Don masih sendiri. Ia merasa hidupnya tidak
lengkap ketika belum memiliki pasangan. Hingga suatu ketika saat kencan
pertamanya gagal akibat Petaka Es Krim Aprikot, ia langsung menggagas Proyek
Istri.
Don Tillman tahu dirinya berbeda dengan
manusia kebanyakan. Sejak kecil Don memang memiliki karakter yang unik. Don
suka pelajaran sains, dan kurang bisa menikmati lagu. Teman-temannya pun bisa
dihitung jari, bahkan mungkin tidak ada. Perayaan ulang tahunnya yang entah ke
berapa diisi kecanggungan luar biasa, hingga ia memilih mendalami genetika
karena tidak mau lagi disebut maniak komputer. Don cerdas, sayang orang-orang
di sekitarnya menganggap aneh.
“Aku
tahu kalau aku tidak bisa ‘menyesuaikan diri’ di fakultas sains universitas,
aku tidak akan bisa menyesuaikan diri di manapun.” Halaman 109-110.
Proyek Istri berjalan. Don membuat
kuisioner yang akan membuatnya tahu akan ada sosok yang bisa mengimbangi dirinya
atau tidak. 1-2 wanita berdatangan, hasilnya nihil. Memang di dunia ini tidak
ada yang sempurna, temasuk wanita itu sendiri. Sampai, Rosie datang menemuinya,
dia wanita yang jauh dari harapan Don. Rosie selalu serampangan dengan
kesehatannya, ia juga bukan si-patuh-jadwal, Rosie pun tidak bisa masak. Ia
otomatis terelimanisi dari Proyek Istri.
Tetapi ada rasa berbeda yang Don rasakan
ketika bersama dengan Rosie. Di kencan pertamanya saja Rosie membuat banyak
kejutan. Dari mulai menyuruh Don memasak, karena Rosie tidak bisa memasak, juga
mengajak Don melihat pemandangan malam hari dari arah balkon apartemen sambil
menyantap makan malam. Lebih jauh lagi, Rosie minta bantuan Don untuk Proyek
Ayah.
Berusaha
bersenang-senang tidak berujung pada kepuasan secara keseluruhan. Banyak studi
yang secara konsisten menunjukkan hal ini.“ Halaman 118.
Proyek Ayah, apalagi ini? Proyek tersebut
bertujuan untuk mencari Ayah Rosie yang sebenarnya. Karena selama ini Rosie
tidak tahu siapa ayah kandungnya. Rosie hanya tinggal dengan ayah angkatnya
yang menurut Rosie kurang memerhatikannya. Ibunya sudah meninggal saat Rosie sepuluh tahun. Rosie ingin tahu siapa ayah kandungnya.
Sangat ingin. Maka ia meminta bantuan Don. Anehnya, Don yang punya masalah
sosial, sering canggung ketika berhadapan dengan seseorang yang bukan
mahasiswanya atau rekan dosen, dia menerima permintaan Rosie.
Apa dengan bantuan Don, Rosie akan
menemukan ayahnya? Apakah dengan menelantarkan Proyek Istri, Don akan menemukan
cinta sejatinya? Don dan Rosie, beda umur bahkan terpaut 10 tahun, karakter
mereka bagai bumi dan langit, apa bisa bersatu? Rosie yang seorang pegawai bar
apa cocok dengan Don yang seorang professor genetika cerdas, ganteng, meskipun
aneh?
“Sebentar
lagi aku akan tahu siapa ayahku. Aku perlu menjernihkan pikiran. Jadi, bisakah
kita berjalan-jalan selama sekitar setengah jam, dan bisakah kau berpura-pura
menjadi manusia pada umumnya dan mendengarkanku?” Halaman 119.
Pertama-tama aku ucapkan terima kasih
kepada Kak Nana. Berkat dia via blog Reading in the Morning, aku bisa membaca
buku ini, terimakasih Kak! Aku sangat
menyukai buku ini, dari sejak awal membacanya, aku penasaran dengan isi
ceritanya. Novel dengan premis kisah cinta orang aneh memang selalu menarik,
setidaknya saat membacanya aku bisa mengetahui bagaimana cinta dipandang oleh
orang unik semacam Don Tillman. Don benar-benar penuh kejutan! Tentu saja.
Terlepas dari keunikannya, Don pun sangat
cerdas. Di halaman 123-124 dijelaskan Don yang membantu Rosie menemukan ayah
kandungnya lewat acara reuni. Don saat itu menyamar jadi pramutama yang lihai
membuat koktail. Aku terkesan dengan Don yang bisa dengan sangat hebat meramu
semua pesanan yang diorder para tamu, plus dia dengan mudah menghapal satu per
satu tamu agar proses pengumpulan sampel DNA bisa dilakukan dengan mudah. Don
superhebat! Padahal dia hanya mempelajari cara membuat koktail beberapa hari
saja atas saran Rosie.
Rosie membuat Don keluar dari zona nyamannya.
Rosie membuat Don tahu kalau pria itu berpotensi jadi pramutama bar. Hahaha.
Don pun yang tadinya selalu ketat dengan jadwalnya sendiri, kini banyak
melanggar aturan. Bahkan Don melanggar hukum, bahkan Don sudah tidak tahu lagi
kalau ia telah melakukan banyak pelanggaran moral. Semua karena Rosie, maka Don
jadi supergila!
“Segalanya
memang makin gila.” Halaman 131.
Di satu sisi aku sangat menyukai karakter
blakbalkan Rosie. Dia kandidat pertama Proyek Istri yang bisa mengimbangi
kegilaan dan ketidakwarasan Don. Dia bukan tipikal wanita yang merasa aneh
ketika harus berdampingan dengan pria yang langka seperti Don. Tetapi, apa
perasaan Rosie saat dia tahu kalau sejak awal dia sudah tereliminasi dari
Proyek Istri? Semua karena dia tidak memerhatikan kesehatannya, tidak tepat
waktu/aturan/jadwal, dan tidak lihai memasak.
“Aku
melihat risiko bahwa pada suatu titik aku akan menyakiti perasaannya dengan
memberitahukan bahwa dia telah dieliminasi untuk dipertimbangkan dalam Proyek
Istri setelah kencan pertama.” Halaman 132.
Kisah Don dan Rosie yang terlibat Proyek
Istri dan Proyek Ayah, membuatku terpingkal-pingkal sepanjang ceritanya. Greme
sebagai penulis telah membuat kisah komedi romantis yang apik lewat POV Don
yang selalu mengutamakan logika daripada perasaan. Roman ini terasa sekali
maskulinnya, tetapi bukan yang gimana-gimana, semua elemennya terasa cerdas dan
diolah sangat matang. Pantas saja, Greme membuat novel ini berproses sampai
lima tahun lamanya, hehehe … Sempurna! Jadi kesimpulannya, aku berikan lima
bintang untuk novel ini. Superb!
“Sekali
lagi, logika dan perasaan tidak melangkah bersama.” Halaman 166.[]
Komentar
Posting Komentar