Langsung ke konten utama

Resensi Cursed Bunny by Bora Chung (Sebuah Review Singkat)



Cerpen-cerpen tema horor dengan balutan kisah-kisah modern tidak banyak ditemukan di pasaran. Bora Chung, penulis asal Korea Selatan membawa kisah-kisah menyeramkan dalam balutan kehidupan modern yang disandingkan dengan pesan-pesan seputar patriarki dan kapitalisme. Dalam bukunya yang berjudul Cursed Bunny, terdapat sepuluh cerpen yang sebenarnya tidak hanya disajikan dalam satu genre cerita saja. Bora Chung bermain-main pada kisah-kisah horor, fantasi, fiksi ilmiah, bahkan realisme magis.

Apa yang sebenarnya Bora Chung ingin sampaikan pada karya pertamanya yang diterjemahkan ini? Adalah kengerian-kengerian dalam mimpi buruk tanpa akhir coba Bora Chung sajikan. Bahwa ketakutan paling dahsyat manusia mungkin adalah hantu-hantu yang bukan berasal dari tempat tergelap, namun mereka yang keluar dari lubuk hati dan jiwa paling hitam manusia itu sendiri. Lewat kelihaian Anton Hur alias sang penerjemah, buku kumpulan cerpen yang memiliki nilai tersendiri yang khas dari penulis Bora Chung ini menjadi salah satu shortlist The International Booker Prize 2022.

------------------------------------------------------------------

Cerita-cerita horor biasanya dianggap sebelah mata karena terlalu memiliki formula yang standar, tetapi tidak dengan cerita-cerita horor dalam buku kumpulan cerpen horor berjudul Cursed Bunny karya Bora Chung yang berasal dari Korea Selatan. Buku ini menjadi salah satu shortlist The International Booker Prize 2022 karena karena kualitasnya yang mumpuni terlepas dari tema horor yang coba disampaikan di setiap cerita.

Buku ini memiliki sepuluh cerpen dengan benang merah dendam. Pada beberapa ceritanya, Bora menampilkan karakter yang mencoba menuntut keadilan yang dirampas begitu kejam di masa lalu. Entah aksi balas dendam itu dilakukan oleh manusia atau makhluk halus, bahkan kekuatan gaib dan ilmu hitam. Bora berusaha menampilkan sisi tergelap manusia atau karakter hantu dalam setiap ceritanya. Namun, yang bisa ditelaah dari setiap plot di ceritanya, kurang lebih perilaku buruk bahkan dilakukan sebelum aksi balas dendam itu terjadi. Perilaku sangat menjijikan yang memicu lahirnya aksi balas dendam itu sendiri. Bora tidak mengamini bahwa dendam bisa dijadikan amanat pada setiap cerita yang ia karang. Ia ingin bicara dan ada di sisi pembaca yang merasakan penderitaan serupa tokoh-tokoh yang berjuang di cerita-cerita karyanya.

Hal unik lain yang membikin buku ini menjadi wah dari segi kualitas adalah bagaimana Bora menampilkan cerpen-cerpen buatannya dalam bingkai fiksi spekulatif yang menarik. Setiap cerita di buku tidak 'berat sebelah' ke tema tertentu. Bora Chung mencoba mengaburkan berbagai genre dalam satu tulisan, dua atau bahkan tiga genre dalam setiap cerita. Meskipun begitu tetap saja pergerakan plot berdasarkan aksi karakter-karakternya yang sering kali tak terprediksi yang berpotensi membuat pembaca merasa takjub.

Cerpen-cerpen Bora Chung dalam buku ini pun menyindir hal-hal yang sebenarnya 'mencekik' masyarakat kita sekarang, bahkan mungkin dari dulu. Patriarki dan kapitalisme digambarkan dalam cerita-ceritanya. Tentang bagaimana seorang perempuan yang mendapat tekanan dari mana-mana saat dia lajang atau telah menikah (The Head, The Embodiment, Home Sweet Home) , tentang perusahaan besar yang mencoba mendominasi pasar dengan berbagai cara (Cursed Bunny) , dan bahkan tentang ambisi untuk terus menjadi kaya (Snare). Suara Bora Chung lumayan lantang terdengar menyuarakan bagaimana sebenarnya masyarakat kita tidak pernah merasa baik-baik saja dengan sistem-sistem tersebut.

Buku ini sangat direkomendasikan sekali untuk dibaca. Bora Chung menyuguhkan cerita-cerita seram yang tak hanya menghibur, namun cerita-cerita yang sarat akan pesan yang seru untuk diulik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)