Langsung ke konten utama

Menikmati Hidangan Puisi Jokpin dalam Perjamuan Khong Guan (Review Buku Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo)


Dulu, saya iseng-iseng membaca kumpulan puisi Jokpin di ipusnas. Waktu itu saya belum begitu ngebet sama yang namanya puisi, jadi saya membacanya sekilas-sekilas saja. Namun, sekarang kondisinya berubah banget. Termasuk di dalam buku ini, saya menyukai puisi-puisi karangan Jokpin.

Buku ini berisi empat bab yang berjudul Kaleng Satu sampai Empat. Setiap kaleng berisi puisi-puisi. Kaleng Satu sampai Dua menurutku tidak setematik Kaleng Tiga dan Empat, karena di Kaleng Satu dan Dua berisi puisi-puisi dengan tema majemuk.

Berbeda halnya dengan Kaleng Tiga yang semua judul puisi di bab tersebut memiliki satu kata yang mirip yaitu Minnah, begitu pun Kaleng Empat yaitu kata Khong Guan di setiap judul puisi-puisinya.

Saya suka banget dengan puisi-puisi di buku ini. Pendek-pendek tapi dalem-dalem banget cuy makna puisi-puisi di dalamnya. Dan tentu saja Jokpin masih menyuguhkan puisi-puisi yang khas. Iya, gayanya tentu saja khas yaitu naratif tapi sederhana dengan pilihan kata yang memikat dan tak bertele-tele dibungkus dengan format tidak kompleks sama sekali. Bikin pembaca betah baca. Plus tentu saja makna puisi bikinannya enggak dangkal. 😂😂😂

Balik lagi, iya, menurut saya Jokpin menyuguhkan makanan-makanan yang lezat di kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan ini. Hidangan manis, ditemukan di Kaleng Keempat dengan berbagai puisi Khong Guan di dalamnya. Ada anak Khong Guan, ayah Khong Guan, kakek Khong Guan, dan lain-lain. Saya sih menginterpretasikan puisi-puisi di Kaleng Empat sebagai karya-karya berwarna yang mampu menghibur pembaca. Berikut puisi-puisi favorit di Kaleng Empat buku puisi Perjamuan Khong Guan.

Interpretasi saya tentang puisi ini adalah tentang orang yang mendendam hebat sih pada orang lain. Maka, segala hal menyangkut orang yang tidak disukainya serba buruk, yang memang mutlak adanya. Tapi, puisi ini juga ada sangkut pautnya yang beraroma politik sih yang saya gak terlalu ngerti hehehe. Lalu puisi selanjutnya. 

Nah, kalo puisi ini sih menurut saya Jogja diibaratkan seperti isi Kaleng Khong Guan yang wah, yang selalu membuat siapa saja yang menikmatinya kadang sampe lupa diri seperti tidak permisi dulu pas ngambil isinya atau saat menghabiskannya. Jogja emang seperti itu saking menawannya, jadi kangen Jogja.... :(((((

Sedangkan, Kaleng Ketiga adalah suguhan makanan yang lezat dan menawan. Namun, seperti ada aftertaste yang kurang sedapnya sih menurut saya. Soalnya di bab ini semua puisi tentang Minnah. Kisah hidup Minnah seperti diceritakan dari A sampai Z. Namun, pada akhirnya akan getir juga. Berikut puisi favorit saya di bab Kaleng Tiga buku puisi Perjamuan Khong Guan.

Gara gara ada orang yang suka puisi ini, saya jadi ikut-ikutan suka. Kurang lebih menurut saya puisi ini tentang rasa penyesalan karena ia belum sempat membuat bahagia orang yang sayang padanya dan disayanginya. Dalem.

Itu adalah puisi yang saya suka dari Kaleng Satu. Isinya tentang menyindir koruptor. Lumayan dalem dan bisa sangat sangat menyindir para tikus-tikus berdasi, bisa banget. Sedangkan, pada Kaleng Dua saya tidak menemukan puisi yang saya sukai. Meskipun begitu, saya tidak bisa bilang bahwa puisi-puisi di sana jelek, karena mereka hanya kurang berkesan saja bagi saya. Intinya puisi di Kaleng Satu dan Dua berasa nano-nano.

Itu aja sih review buku Perjamuan Khong Guan. Buku yang saya rate 3/5 di Goodreads ini emang harus banget dibaca karena emang unik puisi-puisinya, gak bikin galau tapi bikin jiwa dan pikiran pembaca tergelitik yang mana hal itu adalah misi tiap kali Jokpin menulis. Buruan baca![]😀😀

DATA BUKU
Judul: Perjamuan Khong Guan
Penulis: Joko Pinurbo
Jenis: Kumpulan Puisi
Tebal: 133 Halaman
Terbit: 2020
Sampul: Sukutangan
Harga: Rp68.000
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)