Langsung ke konten utama

Resensi Represi Karya Fakhrisina Amalia


Blurb:

Awalnya hidup Anna berjalan baik-baik saja.

Meski tidak terlalu dekat dengan ayahnya, gadis itu punya seorang ibu dan para sahabat yang setia. Sejak SMA, para sahabatnya yang mendampingi Anna, memahami gadis itu melebihi dirinya sendiri.

Namun, keadaan berubah ketika Anna mulai menjauh dari para sahabatnya. Bukan hanya itu, hubungan Anna dengan ibunya pun memburuk. Anna semakin hari menjadi sosok yang semakin asing. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Anna, hingga pada suatu hari, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang ternyata penuh luka.

Review

Membaca buku ini lewat aplikasi ipusnas, entah kenapa lagi enggak mood buat beli buku di Gramedia. Melihat tumpukan buku yang menggunung membuatku sangsi. Barangkali buku baru yang dibeli nanti akan bernasib terjerembab di tumpukan. Sayang kan. Maka aku memilih mendownload dan membaca saja lewat aplikasi ipusnas. Aku tahu infonya dari salah satu penulis yang kufollow lewat akun Instagram, novel ini sudah tersedia di sana. Jadilah aku unduh dan segera baca langsung dan selesai di situ juga.

Aku sudah mengikuti tulisan Fakhrisina Amalia sejak novelnya yang berjudul All You Need Is Love, waktu itu tulisan Fakhrisina belum tersentuh unsur psikologi. Sekarang sudah berubah ya sepertinya sejak novelnya yang berjudul Persona dan Happiness, aku lupa dari dua novel itu mana dulu yang terbit yang jelas kedua novel itu kaya unsur drama dan psikologi. Sedangkan novel ini bukan kaya lagi, tetapi memang membahas psikologi yang dituturkan dengan sangat-sangat tidak menggurui, pas untuk target pembaca remaja dan kalangan dewasa muda barangkali.

Ceritanya mengisahkan Anna yang melakukan percobaan bunuh diri dan gagal. Hal itu membuat orangtua Anna khawatir sehingga mempertemukan Anna dengan Nabila yang mana seorang psikolog. Dari sana cerita mengalir lewat konsultasi Anna pada Nabila. Mengenal hidup Anna sebelum insiden bunuh diri itu seperti mengupas bawang merah, pelan-pelan dan segala kebenaran akan terkuak. Lewat cerita-cerita Anna, kamu alias pembaca akan tahu kenapa Anna sampai memutuskan bunuh diri. Itu bukan hal yang mudah, karena Anna mencoba menerima dirinya sendiri pelan-pelan. Betapa menyakitkan.

Jika kamu berkesempatan untuk membaca novel ini, kisah Anna akan kamu telusuri lewat kilas balik kehidupan Anna yang diceritakan tentu saja lewat Anna. Sebenarnya lewat gaya penceritaan orang ketiga. Cukup aman, karena jika diceritakan lewat orang pertama, akan lebih sulit barangkali membandingkan suara banyak karakter di sini. Setahuku, penulis juga pernah bilang saat menulis novel ini dia memilih pov 3 karena memang waspada. Jika dia menulis dengan pov orang pertama, barangkali beban berat yang bakal dia dapat karena terlalu masuk ke dalam jiwa depresi Anna yang sangat-sangat gelap. 

Sejauh ini mungkin memang berhasil, karena memang cerita ini meskipun ditulis lewat pov orang ketiga, tetap saja menurutku lumayan bagus dan bisa menyampaikan pesan yang dalam kepada pembaca tentang bagaimana diri kita yang selalu khawatir tentang ekspektasi orang lain. Kita seringkali terjebak dalam dilema untuk selalu menjadi cukup untuk orang lain, tetapi kita selalu lupa dengan betapa diri kita juga selalu terbebani dan itu berbahaya jika kita tidak cepat sadar bahwa kita pun harus menyelamatkan diri kita terlebih dahulu.

Yang aku suka dari novel ini karena memang ceritanya yang drama tetapi cukup baik untuk pembaca. Baik dalam hal memenuhi semua aspek novel, baik juga dalam hal bisa memenuhi espektasi pembaca yang haus kisah-kisah berat yang diceritakan dengan ringan seperti ini. Namun, agaknya kamu harus berhati-hati jika memang mau membaca novel ini. Tonenya sangat gelap, bahkan sepertinya enggak ada humor di novel ini. Bagaimana ya menjelaskannya, pokoknya siap-siap aja tisu karena kamu akan hadir sebagai pengamat kisah Anna yang sungguh-sungguh menyedihkan.

Novel ini aku rekomendasikan untuk semua pencinta novel young adult. Kisahnya sangat-sangat realistis meskipun mungkin begitu jauh dengan kehidupanmu karena memang tentang bunuh diri. Tetapi, tentang depresinya sendiri dan masalah Anna yang dibahas di novel ini mungkin cukup umum. Hal baiknya lagi, kamu akan mendapatkan pencerahan terkait psikologi yang cukup-cukup terang di sini, maksudku sesi antara Nabila dan Anna saat konsultasinya itu lho, sangat membuat pembaca awam sepertiku merasa tidak gundah barangkali jika suatu saat nanti aku ketemu psikolog seperti Nabila. Aku jadi bingung antara istilah psikolog dan psikiater, Nabila apa ya? Mungkin aku harus baca lagi novel ini.

Pokoknya dibaca aja deh, kisahnya bukan sekadar tentang Anna saja. Karena masalah yang Anna punya itu terkait keluarga, persahabatan, cinta, dan tentu saja diri sendiri. Memang kisah ini gelap, tetapi barangkali habis gelap terbitlah terang, kok jadi seperti Kartini ya? Intinya gitu, kisah Anna di novel Represi ini sangat-sangat inspiratif bagiku.[]

Data novel
Paperback264 pages
Published September 24th 2018 
by Gramedia Pustaka Utama
ISBN 9786020611945

Komentar

  1. Sama dengan saya, sekarag lebih suka baca versi digital. Saya hanya akan benar-benar beli apabila buku itu sangat berkesan bagi saya untuk sekedar di koleksi dan dibaca lingkar kehidupan terdekat saya. Lagipula, versi digital sebenarnya lebih menguntungkan untuk penulisnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ia, versi digital lebih portable gitu sih lumaian jadi lebih bisa menghemat juga kalo baca via ipusnas karena gratis tapi tetep official (bukan bajakan), jadi enggak ngambil hak penulis juga.. kan rugi alias kasian kalao beli via bajakan, udah nulis capek-capek malah enggak dihargai

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)