Judul: Goodbye, Things
Penulis: Fumio Sasaki
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2018
Tebal: 225 Halaman
Genre: Nonfiksi
Entah sejak
kapan kehidupan minimalisme mulai gandrung dijadikan pembicaraan bahkan
dijadikan gaya hidup bagi sebagian orang. Minimalisme menurut buku karangan
Fumio Sasaki sendiri adalah menyeleksi barang-barang yang kita miliki hingga
tersisa hanya yang penting saja. Penganut minimalisme sendiri disebut minimalis.
Buku ini menceritakan kiat-kiat menjadi seorang minimalis.
Perlu Anda
ketahui dulu bahwa buku ini ditulis oleh seorang minimalis yang mana orang
Jepang. Ia lelaki berumur 35 tahun dan berprofesi sebagai editor di sebuah
penerbit. Dia tak begitu banyak memiliki barang-barang di apartemennya, dan dia
pun hanya memiliki beberapa potong pakaian dan celana. Gaya hidupnya juga
sangat sederhana sekali, bahkan minimalisme baginya bukan sekadar perihal
barang saja. Lebih dari itu, seperti masalah prinsip hidup dalam bekerja,
berteman, dan lain sebagainya.
Kembali lagi
mengenai pembahasan tentang buku ini. Secara garis besar buku pertama karya
Fumio Sasaki ini membahas tips menjadi seorang minimalis. Fumio awalnya akan
menceritakan terlebih dahulu tentang dirinya yang telah mendapatkan beberapa
hal setelah menjadi seorang minimalis. Hal yang paling ia tonjolkan dalam buku
ini adalah mengenai rasa bersyukur.
Baginya rasa
bersyukur bisa ia rasakan secara terus menerus setelah ia menjalani kehidupan
minimalisme. Ia tak menyangka bahwa dengan melepas banyak barang-barang yang ia
miliki, ia merasa lapang setelahnya. Barang-barang yang ia anggap penting dulu,
semua ia jual, bahkan barang-barang tersebut sejatinya merupakan representasi
dirinya. Seperti buku-buku, CD, VCD, video game, pakaian, celana, dan banyak
lagi. Ia pikir barang-barang tersebut mengambil alih dirinya. Baru ia sadari
setelah menjauh dari barang-barang tersebut, ia merasakan lebih bahagia
menjalani hidup. Baginya, itu memang mencengangkan bahwa dirinya bisa lebih
bahagia dengan sedikit barang yang ia miliki.
Mengenai
tips-tips menjadi seorang minimalis sendiri, Fumio mengajak kita pada lima
puluh lima poin yang dijabarkan dalam buku ini. Sangat banyak sekali, dan
semuanya sebenarnya sangat mudah untuk dipraktikkan, hanya saja perlu tekad
yang kuat untuk melakukannya.
Seperti
contohnya, tidak perlu pikir panjang, sekarang juga buang barang yang sudah
lama tak terpakai. Fumio tidak perlu berbasa-basi, ia hanya mengatakan hal itu
di buku ini. Tak perlu pikir panjang, buang, dan Anda telah memulai langkah
awal menjadi seorang minimalis. Semudah itu, tak perlu pikir panjang.
Hal lain
yang coba ia tawarkan adalah tak perlu memikirkan harga barang yang akan Anda
enyahkan. Misalnya Anda akan menjual televisi yang Anda punya. Memang harganya
akan sangat turun drastis, namun Anda tidak akan pernah tahu kebahagiaan macam
apa yang akan Anda terima setelah menjual barang tersebut. Bisa jadi kadarnya
melebihi harga uang yang Anda miliki setelah menjual televisi itu.
Setelah
memaparkan 55 poin tersebut, Fumio menjabarkan tentang 15 kiat lanjutan tentang
menjadi seorang minimalis. Hal tersebut dijelaskan lebih detail. Fumio memang
memaparkan semuanya berdasarkan sudut pandangnya sebagai seorang minimalis.
Tidak perlu khawatir, karena ia pun menyelipkan fakta-fakta dan beragam pandangan
menurut minimalis yang lain. Agaknya, pembaca tidak akan bosan karena gaya
bertutur Fumio dalam buku ini tenang, lancar, dan sama sekali tidak menggurui.
Fumio memang lihai dalam menyampaikan pendapatnya, mungkin karena dia juga
seorang editor sepertinya, alhasil dia tahu bagaimana cara membuat pembaca agar
tidak bosan selama membaca.
Kesimpulannya,
buku ini sangat bagus untuk kalian baca. Akan ada banyak pengetahuan yang akan
kalian dapatkan seputar kehidupan minimalisme. Terlebih tentang pemikiran baru
seorang minimalis, sebuah sudut pandang baru bagiku yang baru tahu kali pertama
kehidupan minimalis sejati.[]
nah, itu dia. aku sebenarnya senang sekali gaya hidup minimalis ini. jujur, aku selalu mencoba untuk menjalani hidup sesederhana mungkin walau berat dan jiwa hoarder turunan ini agak susah untuk dikendalikan. tapi satu yang paling sukses adalah di rumahku sudah hampir 3 tahun ini gak ada tv karena aku memaksa keluarga untuk gak beli tv. dan hidupku lumayan tenang karena gak perlu dengar iklan-iklan tv yang berisik. tapi soal poin "sayang barangnya" ini yang agak susah, terutama mama yang emang hoarder, jadi dibilangin susah. i hope i can have my own home soon yang bener2 nyaman dan gak penuh barang2 yang bikin pusing.
BalasHapusiya bener bu... buku ini memberikan pencerahan yang bagus tentang kehidupan minimalis, keren bangetlah kehidupan minimalis tuh sangat sangat memberikan banyak manfaat kepada mereka yang pengen hidup minimalis atau yang pengen tau kehidupan minimalis
HapusSaya sedang membaca buku ini. Menarik banget topiknya, menjadi minimalis. Gaya hidup yang kayaknya mau saya coba adopsi walau pun nggak seminimalis banget. Hehe
BalasHapuswah iya.. keliatannya seru aja gitu jadi minimalis, enak deh hidupnya enggal dikontrol sama barang-barang yang dia punya hehe....
Hapus