Langsung ke konten utama

Review Singkat Novel Detektif 'Murder on the Orient Express by Agatha Christie'

Judul: Murder on the Orient Express
Penulis: Agatha Christie
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Gianny Buditjahja
Tebal: 360 Halaman
Terbit: Cetakan Ketigabelas, November 2017

Sinopsis
Tepat setelah tengah malam, gumpalan salju menghentikan kereta Orient Express. Padahal saat itu kereta mewah tersebut sangat dipadati penumpang. Tetapi, begitu pagi tiba, mereka kekurangan satu penumpang. Dia tewas di dalam kompartemen, dengan belasan luka tusuk, dan pintunya terkunci dari dalam.
Sebagai salah satu penumpang, Poirot berlomba dengan waktu untuk menemukan pelaku pembunuhan itu.

Review
Ini adalah kali kedua saya membaca karya Agatha Christie. Sebelumnya saya membaca karyanya yang berjudul Hercule Poirot and the Greenshore Folly. Sebelumnya juga saya pernah menonton adaptasi novel And Then There Were None. Saya berkesimpulan bahwa karya-karya Agatha selalu memiliki backstory yang kuat. Seperti halnya dalam novel yang tengah saya review ini, ya Murder on the Orient Express, backstorynya bikin plot ceritanya nagih banget.

Dalam cerita ini kamu alias pembaca akan bertemu Poirot yang tengah menangani kasus pembunuhan di kereta Orient Express. Sebenarnya saat kejadian pembunuhan itu, Poirot bahkan mendengar secara langsung jeritan dari kamar korban. Ya saat tengah malam, namun ia tidak beranjak dari kompartmennya. Entah karena dia malas atau dia memang tahu apa yang sedang terjadi, tetapi dia tetap keep calm aja tuh.

Siapa sih yang mati terbunuh? Dia adalah Tuan Rachett. Bahkan Tuan Rachett ini meminta tolong pada Poirot sebelum kereta Orient Express melaju. Cuma Poirot alias detektif itu masa bodoh saja. Dia menolak mentah-mentah tawaran Rachett yang mana seorang dermawan itu. Sampai akhir novel, saya tidak mengetahui kenapa alih-alih menerima permintaan tolong Rachett, detektif Belgia Poirot malah menolak. Hemm.. Dari sini saya anggap novel ini menyuguhkan cerita yang menarik, dan memang setelahnya membuat saya bertanya-tanya sepanjang buku.

Jadi jalan ceritanya setelah Tuan Rachett ini terbunuh, Poirot beserta dua kawannya menyelidiki kasus ini. Mereka yakin, pembunuh masih ada di kereta alias yang dicurigai juga merupakan penumpang kereta Orient Express juga. Poirot dibantu oleh Direktur Buoc yang mana seorang pemimpin perusahaan kereta yang tengah melaju itu. Juga Dokter Constatine yang mendiagnosa dan mengemukakan pendapatnya bahwa korban mati memang pada pukul tengah malam. Ia juga menemukan dua belas luka tusuk pada tubuh korban.

Novel ini sebenarnya dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama berisi pemaparan fakta-fakta. Ya di antaranya tentang mayat korban, juga ternyata ada dua belas orang yang dicurigai. Setelah itu bagian kedua adalah tentang interogasi para penumpang yang dicurigai. Terakhir merupakan analisa Poirot dibantu dua kawannnya. Hemm.. Novel ini jadi lumayan ramai sih karena dilihat dari tokohnya aja banyak, total ada tujuh belas kan: si korban, detektif Poirot, dokter, direktur, kondektur, dan 12 orang yang dicurigai. Sulit sebenarnya buat seengaknya nebak siapa pembunuhnya ditambah alibi-alibi tokoh-tokohnya yang kuat.

Banyak juga hal-hal yang membuat saya bingung dan hampir shock pas baca novel ini. Yang paling mencolok sih alibi salah satu korban yang pas kejadian bilang katanya dia gak sengaja nabrak kondektur bertubuh pendek kecil berkulit hitam bersuara perempuan. Deskripsi kondektur itu cocok sama salah satu pemaparan salah satu orang yang bilang katanya Rachett memang lagi diburu orang dengan deskripsi yang mirip itu. Padahal di antara penumpang gak ada penumpang dengan deskripsi semacam itu. Kalaupun dia kabur pas kereta berhenti gara-gara ketutup salju, itu gak mungkin banget. Ditambah salah satu pemapar juga bilang liat cewek memakai kimono merah pas kejadian itu berlangsung. Eh, si Poirot malah nemu kimono merah di kamarnya. Aneh kan?

Bagi saya yang jarang baca novel detektif, novel ini ngasih pencerahan banget. Bahwa cerita detektif emang bakal menghantui selama pembaca ngikutin ceritanya. Mungkin kali lain saat saya baca cerita detektif lagi, gak mau deh gampang ketipu sama banyak hal di dalamnya. Tapi, seru juga nebak siapa yang pada akhirnya ngebunuh. Sialanya cerita Agatha ini emang intricate banget, backstory-nya yang cukup kuat bikin plot ceritanya juga panjang dan gak ketebak pokoknya. Saya rekomendasiin banget deh novel ini bagi kamu pembaca yang suka novel detektif. Hey! Cerita detektif gak cuma Sherlock lho (ahaha, jadi sadar belum pernah baca atau nonton tentang Sherlock). Pokoknya jangan sampe gak baca novel ini deh, coz saya jamin ceritanya bikin otak kamu mikir parah! So, selamat membaca![]

Komentar

  1. Saya belum baca bukunya tetapi saya sudah menonton filmnya. Kurang suka sama ending filmnya karena si detektif medramatisir penyelesaiannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha gitu ya kalo saya kang belum nonton filmnya kayak emang ada action-actionnya gitu ya, padahal di novelnya gak ada sama sekalii

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)