![]() |
Judul: Langit untuk Luna
Pengarang: Irena Tjiunata
ISBN: 9786020300979
Penerbit: GPU
Terbit: Desember 2013
Tebal: 344 halaman
|
Luna Aurora sepertinya sudah punya segalanya. Otak yang cerdas sehingga bisa masuk kelas akselerasi, keluarga dengan ekonomi berkecukupan, teman-teman yang ceria dan setia, plus pacar superkeren, Surya Dhanasaputra.
Luna merasa hidupnya sangat sempurna.
Sampai kemudian perusahaan keluarganya menghadapi masalah serius. Lalu Surya berubah jadi cowok yang tidak dia kenal lagi. Sementara Angkasa Raya, cowok lain yang semula tidak dia kenal, berubah menjadi sosok yang sangat memahami dirinya.
Review
Ketika membaca novel
Langit untuk Luna, saya pertama-tama dibawa dahulu ke romansa Luna dan Surya
yang gelap. Hubungan mereka yang awalnya terasa manis legit, sayang sekali
harus berakhir dengan abusive
relationship di mana Luna selalu mendapatkan perlakuan negatif dari Surya,
dimulai dengan ketika kejadian di dalam mobil saat lampu merah, Surya dengan
penuh tekanan melarang Luna untuk tidak boleh mengunggulinya di akademik,
kemudian menjalar ke beberapa rentetan hal lain. Awalnya Luna merasa hal
tersebut biasa-biasa saja, namun akhirnya ia menyadari ada yang salah dengan
hubungannya, yaitu perilaku Surya yang tidak stabil.
Meskipun begitu Luna
tidak bisa melepaskan Surya begitu saja, karena ia pikir ia masih sayang.
Barulah ketika Angkasa datang, sebenarnya Lunalah yang mendatangi Angkasa
karena pada satu kejadian dia harus menghubungi siswa pindahan yang notabene
artis yang sedang naik daun itu untuk mengisi acara pensi, itupun atas perintah
Fay, si sahabat baiknya yang bawelnya minta ampun. Pertemuannya dengan Angkasa
ternyata menimbulkan pertemuan-pertemuan lain dengan maksud berbeda, seperti
contohnya saat di perpustakaan, Angkasa meminta diajarkan matematika yang
berakhir dengan Luna disuruh menjadi guru pribadinya.
Konflik makin
mengerucut kala perilaku Surya kepada Luna semakin tak karuan. Dimulai dari
tingkahnya yang otoriter di kelompok pertemanannya bersama pacarnya sendiri
yaitu Luna, juga Oliv dan Jane, serta Kevas lalu Paundra. Mereka terlibat dalam
proyek karya ilmiah dan Surya entah kenapa malah bertindak layaknya bos yang
menyuruh Luna untuk menggarap ide dan hal lain. Kemudian Surya juga melarang
Luna bercengkrama lagi dengan Fay yang sudah jadi sahabatnya sejak SMP, karena
Fay dianggap tidak selevel dengan Luna plus dirinya, karena Fay anak kelas
regular dan mereka adalah anak kelas akselerasi yang berjaya di segala bidang.
Dan sampailah pada hal yang membuat Luna merasa jijik, saat Surya
mengintimidasinya di depan rumah Luna dan saat itu mama Luna hadir, Surya
langsung berubah sikap menjadi sangat ramah dan bersahabat, puncaknya saat Luna
diajak berlibur oleh Surya dan keluarganya di puncak, kejutan diterima Luna
karena saat ia di sana bukannya diajak jalan-jalan, malah dijadikan babu di
vila milik keluarga Surya tersebut.
Novel ini terasa sangat
istimewa karena kondisi yang melatarinya adalah kondisi kelas akselerasi. Bukan
hanya itu kisah percintaanya pun yang tersaruk di dalammnya ternyata tentang
hubungan yang tidak sehat di antara Surya dan Luna, salah seorang di antara
mereka selalu mendapat kekerasan dari yang lainnya, padahal masih remaja plus
mereka baru pacaran lho. Seakan-akan penulis menyelipkan pesan bahwa ‘manusia
yang digolongkan high class pun
tetaplah manusia biasa’. Ya begitulah, meskipun anak-anak kelas aksel yang
punya otak encer plus mereka kaum borju, tetap mereka memiliki kondisi layaknya
remaja-remaja pada umumnya, meskipun tetap penulis di buku ini menjelaskan
bahwa ada sifat-sifat istimewa di setiap masing-masing individu di buku ini,
seperti Oliv yang terlampau kreatif pernah datang ke sekolah dengan muka di
cat, Paundra dan Kevas yang hobi mengerjakan LKS, dan Jane yang mempelajari
banyak bahasa, sedangkan Luna digambarkan jenius dengan kemampuannya menguasai
hampir semua bidang, dan Surya seorang yang berada tepat di bawah Luna namun
ingin memiliki segalanya dengan cara yang tidak tepat dan punya bad attitude yang melewati batas.
Buku ini semakin
menarik ketika dihadirkan sosok Angkasa yang mencoba hadir menyelamatkan Luna.
Dia digambarkan ramah dan menyukai anak-anak, pantas saja dia jadi terkenal
karena dia menjadi MC program anak-anak di tv. Juga kehadiran Fay yang selalu
ada untuk Luna, bahkan ia lah yang membawa Luna pada Surya. Namun, semuanya
harus sampai pada titik ketika Luna harus bersujud di hadapan Surya, saat
kondisi ekonomi keluarganya di ujung kebangkrutan dan malah mereka berusaha
mendekatkan Luna pada Surya dengan maksud politis, karena keluarga Surya akan
menyelamatkan ekonomi keluarga Luna. Ketika dalam kondisi seperti ini bisakah
Luna memaksakan diri untuk berpaling dari Surya ke Angkasa? Juga teman-temannya
yang lain mampukah menolong Luna? Oliv, Jane, Paundra, dan Kevas akankah mereka
membrontak dari sikap bosy Surya?
Apakah Surya akan memberi pelajaran pada Angkasa karena ia dianggap merebut
Luna dari genggamannya?
Meskipun kelemahan buku
ini terasa jelas yaitu explorasi setting
tempat yang minim, tetapi itu tidak jadi masalah karena kejutan-kejutan yang
ada di dalamnya mampu membuat siapa saja yang membacanya merasa lega saat
sampai di penghujung buku. Karena amanat buku ini sangat berbobot mengenai
semangat untuk menjalani kehidupan, ketika kita harus memulai kita pun harus
mengakhirinya, dan yang paling penting adalah ketika hidup harus memilih antara
terus terkekang dengan hal yang menyulitkan kita atau kita harus mencari jalan
keluar untuk penghalang hidup kita. Juga tentang passion, ada subplot di
buku ini yang jujur saja mengejutkan saya, ketika Jane terpaksa terdeportasi
dari kelas akselerasi karena nilainya selalu rata-rata tujuh untuk pelajaran
eksak, dan itu memberikan pesan apakah anak-anak yang dianggap pintar adalah
mereka yang selalu berkutat dengan angka-angka rumit dan rumus-rumus yang njlimet? Tentu tidak, karena Jane bisa
membuktikan ia bisa menjadi apa yang ia inginkan setelah keluar dari kelas
akselerasi, dia menjadi novelis.
Buku dengan cover yang
anggun ini juga diselipi cerpen di penghujung bukunya, cerita yang terasa manis
dan masih sinkron dengan novel dilihat dari segi tema cerita. Meskipun harga
buku ini bagi saya tergolong mahal karena di atas lima puluh ribuan, tetapi akh
saya merasa ekspektasi saya terlampaui sangat jauh sekali. Sekali lagi buku ini
patut saya rekomendasikan karena kontennya istimewa seistimewa
karakter-karakter dalam bukunya. I proud
of you Luna, Angkasa, Oliv, Kevas, Paundra, Jane, and Fay! And happy holidays in
hell for Surya! You are not gentle as man![]
Komentar
Posting Komentar