Langsung ke konten utama

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Kisah Inspiratif Sekaligus Menyesakkan




Judul: Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis: Tere Liye
Tebal: 264 halaman
Cetakan: Ke-13 Desember 2013
Penerbit: GPU

Blurb:
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan memberikan mekar perasaan ini. 

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah .... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun ... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut dari tangkai pohonnya.


Review:
Sebenarnya lewat blurb buku ini, pembaca dapat menebak buku ini berkisah tentang apa. Blurb sudah cukup menjelaskan garis besar buku ini. Tentang kisah cinta yang unsur inspiratifnya sangat besar, tentang makna cinta itu sendiri yang kadang diabaikan khalayak ramai. Bisa dibilang buku ini dengan jujur mengatakan bahwa mencintai siapa pun boleh, asalkan harus berani menanggung resikonya, segetir apapun.

Plot cerita dimulai ketika Tania gadis kecil berkepang dua, berumur dua belas tahun, dan anak jalanan yang hanya punya Ibu dan satu adik laki-laki bernama Dede, bertemu Danar yang saat itu berumur sekitar dua puluhan. Danar yang baik hati, membuat kehidupan mereka seakan terangkat naik pelan-pelan, belakangan diketahui bahwa Danar pun memiliki latar belakang yang hampir mirip, yatim piatu. Tetapi ada alasan khusus kenapa Danar begitu baik, itu dapat ditemui di halaman hampir terakhir buku ini.

Semakin lama Danar memperlakukan Tania dan keluarganya begitu dermawan. Dari membelikan kebutuhan sekolah, menyewakan kontrakan, membantu ekonomi keluarga Tania, dll. Sampai menyekolahkan Tania saat SD, mencarikannya beasiswa di Singapura untuk SMP Tania. Sampai Tania bersemangat bersekolah dan membanggakan Danar, mendapat beasiswa sampai ke PT karena kecerdasannya.

Ada bagian dalam buku ini yang mengisahkan kematian Ibu, kehidupan Tania di Singapura, dan mayoritas bahkan bisa dibilang secara keseluruhan tentang Tania yang terus berharap lewat narasinya yang tentu saja apik. Tania yang diam-diam mencintai Danar, namun ia tak sanggup mengatakannya, hari-harinya diisi dengan berharap dan berkomunikasi dengan adik dan sahabatnya tentang Danar, Danar, dan Danar. Sampai tibalah masalah pelik saat Danar memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya.

Alur maju mundur dan ritme sebak akibat menjadikan buku ini kadang menampar-nampar emosi sampai ke relung hati. Kenyataan hidup Tania yang dulunya hanya bagian dari kehidupan jalanan kemudian menjadi seorang yang berhasil di Singapura, saya simpulkan sebagai inspiration part dalam buku ini, juga aksi Danar yang begitu dermawan (sangat murah hati). Sedangkan kenapa judul resensi ini tersemat kata 'menyesakkan', karena memang di sepanjang buku sudah tercetak mutlak tentang kata hati Tania yang tak pernah lelah berharap, tidak kunjung menyerah menggapai mimpi dan rasa yang diinginkannya, dan kegalauannya meratapi cintanya yang tak kunjung ia temukan alirannya.

Membaca buku ini memberikan pengalaman yang berbeda saat menekuri kisah novel yang tentu saja kontras dengan novel-novel kekinian, karena novel ini menyajikan kedalaman perasaan memaknai apa itu cinta, kenapa harus ada, dan lain sebagainya, mencoba untuk meliriknya dari sudut yang tak pernah kita duga, dari kepahitan hidup yang rasanya tentu saja perih. Seperti pada salah satu quote-nya:

"..., orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta."

Overall, buku ini memang hadir untuk menemani siapa saja yang menginginkan kesederhanaan kisah yang menarik namun tak membosankan. Kisah inspiratif dan cinta yang beriringan adalah formula pamungkas buku ini. Siapkan beberapa tisu ketika hendak membacanya. Good luck![]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Sex/Life Season 1 (Review Sex/Life, Series Barat Bertema Dewasa)

 

Ulasan Novel Sang Keris (Panji Sukma)

JUDUL: SANG KERIS PENULIS: PANJI SUKMA PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA TEBAL: 110 HALAMAN TERBIT: CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2020 PENYUNTING: TEGUH AFANDI PENATA LETAK: FITRI YUNIAR SAMPUL: ANTARES HASAN BASRI HARGA: RP65.000 Blurb Kejayaan hanya bisa diraih dengan ilmu, perang, dan laku batin. Sedangkan kematian adalah jalan yang harus ditempuh dengan terhormat. Matilah dengan keris tertancap di dadamu sebagai seorang ksatria, bukan mati dengan tombak tertancap di punggungmu karena lari dari medan laga. Peradaban telah banyak berkisah tentang kekuasaan. Kekuasaan melahirkan para manusia pinilih, dan manusia pinilih selalu menggenggam sebuah pusaka. Inilah novel pemenang kedua sayembara menulis paling prestisius. Cerita sebuah keris sekaligus rentetan sejarah sebuah bangsa. Sebuah keris yang merekam jejak masa lampau, saksi atas banyak peristiwa penting, dan sebuah ramalan akan Indonesia di masa depan. *** “Novel beralur non-linier ini memecah dirinya dalam banyak bab panja

Resensi Sumur Karya Eka Kurniawan (Sebuah Review Singkat)