Judul: Buku Latihan Tidur
Penulis: Joko Pinurbo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 68 Halaman
Terbit: Cetakan Keempat, Mei 2019
Joko Pinurbo atau lebih sering
disapa Jokpin adalah salah satu penyair kenamaan Indonesia. Gayanya dalam
berpuisi sungguh sangat khas yaitu gaya puisi-puisi yang lebih ke arah puisi
mbeling. Puisi-puisi dalam bukunya yang berjudul Buku Latihan Tidur pun
demikian. Jokpin masih menyampaikan puisi-puisi sarat makna dengan sentuhan
bahasa yang sederhana namun mengena. Pembaca akan sangat terhibur saat membaca
puisi-puisi di dalam buku ini.
Di dalam
buku puisinya berjudul Buku Latihan Tidur ini, salah satu puisi yang menggugah
berjudul Kamus Kecil. Di dalam puisi ini Jokpin menampilkan
kepiawaiannya dalam berbahasa yang digunakannya untuk menyampaikan makna yang
dalam di dalam puisi ini. Bahasa yang digunakan Jokpin dalam puisi ini sungguh
berteratap. Meskipun begitu makna yang disampaikan sungguh sangat
menggebu-gebu. Lihatlah kutipannya sebagai berikut: “Ruang penuh raung.
Segala kenang tertidur di dalam kening. Ketika akhirnya matamu mati, kita sudah
menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap tinggal dan berharap tak ada yang
bakal tanggal.”
Ada juga
puisi dengan isi yang lebih singkat, tetapi tetap menyampaikan makna yang luar
biasa dalam. Tengok puisi singkat berjudul Suwung sebagai
berikut. “Kepalaku rumah sakit jiwa yang kesepian ditinggal penghuninya
mudik liburan.” Interpretasi pembaca terhadap puisi tersebut bisa
sangat bermacam-macam, namun menurut saya sendiri Jokpin seperti ingin
menyatakan kelengangan teramat nyaring yang dirasakan oleh seseorang. Entah hal
itu disebabkan karena suatu hal yang sangat mengganggunya atau bagaimana, yang
jelas puisi itu sungguh sangat jelas menyatakan kesepian yang dirasakan oleh
seseorang, bisa jadi yang sangat penuh penderitaan karena Jokpin menggunakan
rumah sakit jiwa sebagai bentuk metafornya.
Sebenarnya
banyak hal yang coba ingin dikatakan Jokpin di dalam buku ini, diantaranya
tentang kritik menyoal agama, politik, lingkungan sekitar, bahkan tentang
keluarganya. Agaknya semuanya coba disampaikan beliau tetap dengan gayanya yang
khas yaitu penuh dengan humor dan sindiran halus yang harus saya katakan lagi
itu terasa sangat keras terdengar.
Jokpin
seperti ingin menyuarakan keluh kesahnya yang selama ini menghantuinya dan
hal-hal itu sudah tidak bisa lagi ditahan di dalam kepala atau jiwanya. Hingga
pada akhirnya puisi-puisi itu pun luruh dalam buku ini dengan semua pesan atau
nilainya yang sangat siap untuk diburu pembaca, diinterpretasi dengan bebas,
atau mungkin bahkan siap untuk digubah ke dalam bentuk lain alias dialih
wahanakan. Dengan kata lain puisi-puisi tersebut ada dalam kategori istimewa.
Jokpin
seakan-akan memiliki misi untuk menyentil sanubari pembaca saat dia membuat
puisi, maka setiap puisinya selalu berisi makna-makna yang mampu dengan mudah
dinikmati pembaca tanpa kehilangan rasa. Pada akhirnya pembaca akan sekali lagi
melihat bagaimana Jokpin ingin menertawakan kehidupan kita yang sebenarnya
getir dengan caranya sendiri.[]
Komentar
Posting Komentar