Judul: Sekotak Cinta untuk Sakina
Penulis: Irma Irawati
Penerbit: Qibla
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 126 Halaman
Sekotak Cinta untuk Sakina adalah novel anak yang ditulis oleh Irma Irawati.
Novel ini mengambil tema religi yang mengkhususkan kisahnya mengenai perjuangan
adaptasi seorang Sakina di pesantren. Sakina adalah anak perempuan kota yang
terpaksa harus hidup di pesantren karena keinginan orangtuanya.
Sakina harus tinggal
di Pondok Putri Halimah Sa’diyah Bandung, sebuah pesantren yang letaknya di
pinggiran Bandung. Pimpinan pondok tersebut adalah teman baik Mama Sakina.
Cerita di novel ini diawali dengan kesedihan Sakina yang tidak kuat untuk
berpisah dengan Mama, Papa, juga adiknya. Lalu, langsung saja di bab dua
dimulai dengan kisah awal kehidupan Sakina di kamar Malahayati. Ternyata kamar
tersebut dihuni tujuh orang selain Sakina. Mereka adalah Kak Nadia sebagai
ketua (siswa kelas enam), sedangkan enam orang lainnya sebaya dengan Sakina.
Mereka terdiri dari Amara, Vinka, Hauna, Fira, serta si kembar Kaila dan Naila.
Teman-teman baru Sakina akan mengenalkan Sakina pada kehidupan pesantren yang
sebenarnya.
Berbagai masalah
ditimbulkan oleh Sakina di bagian awal cerita, dari mulai dia sering tidak ikut
solat berjamaah, dia menyembunyikan ponselnya di kamar padahal hal tersebut
dilarang, sampai Sakina yang tidak mau membereskan lemari di kamarnya. Hal
terakhir membuat Sakina mendapatkan hukuman harus memakai kerudung legendaris
berwarna oranye yang selalu dipakai oleh santri paling tidak rapi. Akhirnya
Sakina pun mendapatkan pelajaran dari sana. Dan pelajaran-pelajaran lainnya pun
membututi Sakina sampai akhir cerita.
Pelajaran yang
menurut saya paling bagus di novel ini adalah saat Sakina bertemu dengan Lana.
Dia adalah murid kelas satu yang datang jauh dari Flores. Lana punya tekad
untuk menjadi cerdas sehingga bisa hidup dan menimba ilmu di pesantren. Lana
sudah tidak memiliki ayah ibu, maka dia sering terlihat murung meskipun dia
pandai dan sering menghibur santri-santri di Pondok Putri Halimah Sa’diyah.
Lewat tokoh Lana, Sakina akan belajar mensyukuri hidup, dia pada akhirnya
mencoba berubah dan berbenah diri.
Lewat penokohannya
yang bagus karena menampilkan kekurangan dan kelebihan tokoh utamanya yang
seimbang, novel ini menjadi sangat layak untuk dibaca terutama untuk anak-anak.
Apalagi, kehidupan pesantren yang coba dibahas di dalamnya sungguh sangat
kental. Novel ini semakin berbobot dari segi isi.
Namun kekurangannya
terletak pada tidak adanya ilustrasi di dalamnya. Baiknya sebuah bacaan anak
lebih bagus jika terdapat ilustrasi karena bisa memancing anak untuk lebih
bergairah dalam membaca.
Terlepas dari
kelebihan dan kekurangannya, novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca
terutama oleh anak-anak. Karena novel ini menyampaikan pesannya dengan sangat
lembut tanpa menggurui sedikit pun. Lewat tokoh Sakina, anak-anak akan belajar
bahwa hidup di tempat yang tepat membuat pribadi menjadi lebih baik.[]
Komentar
Posting Komentar