Judul:
Tanaman Monster
Penulis:
Ernita Dietjeria
Penerbit:
Kiddo
Terbit:
Cetakan Pertama, Juni 2014
Tebal:
98 Halaman
Pertama kali membaca
novel anak berlabel Weird and Wicked
Series adalah sekitar tahun 2014, saat itu saya membaca novel karya Nabila
Anwar berjudul Peti Misterius,
ceritanya unik dan horror-nya bukan
pasaran. Maka ketika berkunjung ke Gramedia Oktober 2015 silam, saat menemukan
novel debut seri ini, saya langsung comot saja dari rak, dan ketika mulai
membukanya saya langsung kecewa pemirsa, karena saya kebagian buku ini tanpa bookmark.
Untung saja
kekecewaan saya karena tidak berhasil mendapatkan buku dengan bookmark tidak sepadan dengan kepuasaan
saya setelah membaca novel ini. Yang membuat saya takjub adalah ending novel ini tentu saja. Selain itu
alur ceritanya pun mudah diikuti, saya coba memposisikan saya sebagai anak-anak
saat membaca novel ini.
Novel ini
mengisahkan Tonit yang di awal cerita tengah mencari tanaman unik untuk tugas
mata pelajaran favoritnya, IPA. Bersama Alvin, Tonit mencari ke hutan mengenai
tanaman unik. Ke mana-mana mereka cari, hasilnya nihil, pada akhirnya di akhir
pencarian Tonit menemukan apa yang ia cari, tanaman Kantong Monyet. Tonit
akhirnya merawat tanaman itu, hal yang tidak pernah diduga terjadi, saat Tania
Morania alias kakaknya memasukkan soda ke tanaman itu.
Cerita pun bergulir
dengan banyaknya kejadian aneh yang menyangakut Kantong Monyet, dari mulai saat
Hercules atau kucing di rumah Tonit yang mencoba menyerang Kantong Monyet,
kucing itu malah balik diserang, beberapa hari kemudian kucing itu lenyap, disinyalir
ia dimakan si Kantong yang sudah berubah menjadi jahat, ia hanya ingin makan
darah bukan lagi daging.
Kelebihan novel ini
adalah plot ceritanya yang sederhana namun mengundang rasa penasaran sampai
akhir cerita. Tokoh antagonis di novel ini ternyata sebuah tanaman aneh yang di
kehidupan nyata tentu tidaklah sejahat itu. Setelah membaca novel ini saya pun
menemukan ciri khas penulis Ernita Dietjeria. Dia menamai tokoh-tokohnya dengan
nama-nama unik yang lucu. Sebut saja Tonit, Tania Morania, Enya, Bu Lisye
Bokong, Odin, Dedet, dll. Novel ini pun disertai ilustrasi pengetahuan di akhir
cerita, bukan ilustrasi adegan sih sayang sekali.
Sedangkan kekurangannya
mungkin terlalu tipisnya novel ini sehingga cerita kurang tereksplor lebih
dalam. Padahal banyak adegan dramatis yang bisa dipertebal lagi. Tetapi tetap
saja meskipun begitu karena plotnya pun sederhana, cerita jadi kurang bisa
tergali maksimal.
Novel ini meskipun
tipis, tetapi sangat layak untuk dibaca terutama bagi anak-anak. Kenapa? Karena
pesan moral yang coba ditampilkan novel ini berupa berhati-hatilah pada apa
yang kita miliki. Pun kita harus mendengarkan orang lain ketika memberikan saran
untuk kebaikan kita.[]
Komentar
Posting Komentar