source: @keziaeviwiadji |
Judul : Sweet Winter
Penulis : Kezia Evi Wiadji
Tahun
Terbit : 2014
Penerbit : Grasindo
Desain
Cover : SAS Studio
Penata
Letak : Phiy
Editor : Anin P.
Tebal : 207 halaman
Sinopsis
Karin
kedatangan tetangga baru, seorang anak laki-laki yang tingginya sama dengannya.
Ia adalah Matthew yang notabene akan sekelas dengannya yaitu di kelas lima SD
di salah satu sekolah di kompleknya. Mereka tidak lama kemudian menjadi
sepasang sahabat yang setiap pagi akan berangkat sekolah bersama-sama, juga
melewati hari-hari penuh kegembiraan, dan tentu saja akan menghadapi masa-masa
remaja bersama. Sampai salah satu dari mereka menyadari bahwa ada cinta yang
tumbuh ketika ada rasa cemburu melihat sahabatnya dekat dengan yang lain, saat
masa remaja datang, Karin harus menghadapi kegetiran ditinggal sahabatnya
Matthew yang kini dekat dengan Silvia.
Saat
musibah yang lebih berat itu datang, ternyata Karin belum juga mampu menyatakan
perasaannya. Sangat miris, sebuah tragedi mengharuskan Matthew harus berpisah
selamanya dengan Karin, tepat saat mereka hendak melewati masa abu-abu.
Beberapa tahun kemudian, saat Karin tengah melakukan perjalanan ke Korea
Selatan demi tuntutan pekerjaan, baru saja saat ia tiba di salah satu bandara
di negeri ginseng itu, sebuah SUV Hyundai warna silver mengagetkannya, lebih
tepatnya adalah pengendara di dalam mobil itu. Kenapa ia harus bertemu Matthew
di Korea Selatan? Ke mana sosok itu setelah hilang bertahun-tahun dari
pandangan Karin? Kenapa ia harus menawarkan cinta tepat satu bulan sebelum resepsi
pernikahnya dengan lelaki lain? Lalu apa yang akan dilakukan Karin setelah ia
tahu rasa cintanya pada Matthew lebih besar dibandingkan rasa cintanya pada
calon suaminya?
Review
Membaca
buku ini awalnya punya espektasi yang sedang karena menjamurnya novel bergenre
roman rasanya selalu menawarkan hal-hal yang menurut saya ‘lagi-lagi seperti
itu’, namun setelah membaca Sweet Winter, pikiran saya terbuka lebar lagi
karena dengan membaca Sweet Winter, pandangan saya terhadap novel romance
berubah lagi. Kadang kalau kita biasa membaca bacaan yang sama, kita akan
menjadi bosan, tetapi karena novel Sweet Winter inilah saya menjadi bahagia
lagi.
Kok
bisa menjadi bahagia? Ya, tentu saja. Novel karya Kak Kezia Evi ini ceritanya
seru. Awal-awal kita akan dibawa pada masa kecil Matthew dan Karin yang lucu,
mereka setiap malam sering bertukar ucapan ‘Good
Night!’ sebelum tidur lewat kamar mereka yang jaraknya berdekatan, ya tentu
saja karena mereka tetangga. Lalu, mereka juga hobi ke sekolah bareng naik
sepeda mereka masing-masing, hal yang jarang dilakukan oleh anak zaman
sekarang, mereka juga hobi main layang-layang di bukit di daerah mereka.
Karin
yang digambarkan sedikit berantakan karena hobinya mengotak-atik perkakas
kendaraan ayahnya sudah sangat klop dengan Matthew sampai tiba di masa abu-abu
awal. Kak Kezia pada bagian ini menonjolkan sisi cerita yang realistis ketika
Karin kehilangan sahabatnya Matthew yang menuruti hawa nafsunya—menghamili
pacar barunya yaitu Silvia. Buyar sudah harapan Karin. Dan Matthew pun
memutuskan pindah ke kota lain tentu saja dengan Silvia tadi.
Itu
adalah cerita bagian pertama, bagian kedua sendiri diceritakan Karin ke Korsel
dan menemui Matthew di sana. Takdir baik? Belum tentu, karena Karin sebulan
lagi akan menikah dengan Bram, teman semasa kuliahnya. Tapi Karin masih
mencintai Matthew, dan kehidupan Matthew saat itu sangat mendukung untuk
menebus kesalahannya di masa lalu untuk mencintai seutuhnya Karin.
Intinya
cerita di Sweet Winter ini berkutat pada Karin dan Matthew, dua-duanya selalu
dihadapkan pada dilema besar cinta mereka masing-masing. Entah di kehidupan
lalu ataupun sekarang, selalu ada orang ketiga yang menjadi batu sandungan.
Meskipun begitu, syukurlah setelah membaca ending
cerita ini, ternyata keduanya dipersatukan lagi, meskipun ada hal-hal besar yang
perlu dikorbankan. Mungkin terkait pesannya dari novel Sweet Winter ini, bahwa
ketika kita mencintai seseorang, janganlah berpaling ke yang lain apalagi orang
yang kita cintai itu mencintai kita. Juga tentang kesetiaan, seharusnya kita
menunggu hati yang tepat untuk kehidupan kita agar kehidupan kita selalu
bahagia. Tetapi, memang hal itu tidak mudah dilakukan, selalu ada yang rela
berkorban dan kuat menerima segalnya, itu tidak jadi masalah.
Saya
suka penggambaran setting-nya, Korea
Selatan lagi-lagi menjadi primadona di sini, meskipun tidak kecewa juga sih
karena semuanya clear dideskripsikan
dengan jelas. Tentang konten lain, seperti contohnya scene-scene-nya, saya suka bagian Matthew yang menggigit jari Karin
yang berdarah agar menghindari infeksi, juga pas burung beo Karin selalu teriak
‘LUV MATHHEW, LUVV MATHHEWW’.
Cerita
hangatnya kisah cinta di Sweet Winter bisa saja terjadi pada kehidupan
siapapun, sebenarnya saya sulit mengakui bahwa takut kisah seperti ini terjadi
di kehidupan keluarga saya, semoga saja tidak pernah terjadi. Dan saya berharap
Kak Kezia bisa membuat cerita yang lebih bagus lagi, yang lebih tidak mainstream mungkin? Gak papa sih mainstream juga asal dibungkus sekeren
Sweet Winter ini. Hehehe … overall good
job![]
Komentar
Posting Komentar