(sumber foto IG penerbit Anagram)
Blurb
“Kumpulan 22 cerita terbaru penulis terkemuka Israel ini menunjukan ketajaman pikirannya, kecerdasan satir, dan keragaman gaya penceritaan.”
— BBC
“Kumpulan cerita pendek yang mempesona... Cerita-cerita dalam buku ini begitu mengagumkan: berkali-kali, Keret menemukan ide yang sangat brilian sehingga penulis lain mungkin akan mengubahnya menjadi novel... Buku ini membuktikan bahwa Keret bisa mencipta melampaui yang pernah dicapainya. Menunjukkan kepada kita cerita pendek yang mendorong batas-batas bentuk ajaib... Sepertinya hanya ada satu hal yang Keret tidak mampu lakukan ketika membuat cerita: menulis kisah yang membosankan.”
— The Guardian
“Seperti Lydia Davis, Etgar Keret juga menulis cerita dengan gaya yang unik sehingga beberapa tahun kemudian kami menyadari: ini bukan sebuah kisah biasa. Ini adalah karya seorang jenius dan dia bisa mengemasnya dengan baik melebihi seluruh penulis yang masih hidup.”
— John Freeman, LitHub
— BBC
“Kumpulan cerita pendek yang mempesona... Cerita-cerita dalam buku ini begitu mengagumkan: berkali-kali, Keret menemukan ide yang sangat brilian sehingga penulis lain mungkin akan mengubahnya menjadi novel... Buku ini membuktikan bahwa Keret bisa mencipta melampaui yang pernah dicapainya. Menunjukkan kepada kita cerita pendek yang mendorong batas-batas bentuk ajaib... Sepertinya hanya ada satu hal yang Keret tidak mampu lakukan ketika membuat cerita: menulis kisah yang membosankan.”
— The Guardian
“Seperti Lydia Davis, Etgar Keret juga menulis cerita dengan gaya yang unik sehingga beberapa tahun kemudian kami menyadari: ini bukan sebuah kisah biasa. Ini adalah karya seorang jenius dan dia bisa mengemasnya dengan baik melebihi seluruh penulis yang masih hidup.”
— John Freeman, LitHub
Judul: Galat di Ujung Galaksi
Penulis: Etgar Keret
Penerbit: Anagram
Tebal: 219
Terbit: April 2021
Penerjemah: Ninus D. Andarnuswari
Review
Mungkin setahun lalu di sebuah acara klub buku aku bertemu teman yang bilang kalau dia stuck dengan aktivitas menulisnya karena masih terkesima dengan berbagai karya penulis. Beberapa diantaranya adalah Alice Munro dan Etgar Keret. Jika Alice Munro terdengar tidak asing karena prestasi penghargaan nobel yang ia raih karena kumcer-kumcernya, beda dengan Etgar Keret yang saat itu juga baru aku dengar dari temanku itu.
Maka temanku pun menceritakan cerita-cerita Etgar yang menurutku aneh, tetapi memang semua itu terkesan unik dan penuh perenungan. Saat penerbit Anagram menerbitkan buku karya Etgar Keret yang tentu saja versi terjemahan, aku tanpa tedeng aling-aling langsung memesannya. Sungguh, buku tersebut sangat membuatku terkesima karena memang cerita-cerita yang ada di dalamnya sangat-sangat ajaib.
Awalnya aku ingin memberikan lima bintang setelah membaca 11 cerita awal buku berjudul Galat di Ujung Galaksi ini. Lalu aku membaca sepuluh cerita bagian kedua secara acak yang aku pikir tidak sewah sebelas cerita pertama. Antara hampir goyah aku dengan buku ini, tapi aku bertekad untuk menyelesaikannya bagaimana pun juga. Karena meskipun demikian aku merasa bahwa cerita-cerita karangan Etgar Keret dalam buku Galat di Ujung Galaksi ini benar-benar menarik.
Tibalah aku membaca cerita paling panjang di buku ini. Entah kenapa rasanya cerita itu sangat bisa relate padaku. Makanya aku merasa tersentuh. Judul cerita itu adalah Pinapple Crush. Maka, aku pun tetap memberikan lima bintang.
Berikut cerita yang membuatku terhenyak.
Sebelum Akhirnya Aku Ditembakkan Lagi dari Meriam, Tabula Rasa, Jendela, GooDeed, dan Pinapple Crush. Selebihnya memang bagus-bagus juga, masalah selera aja sih.
Mungkin aku perlu membahas satu cerita dalam buku ini. Mungkin ini akan sedikit spoiler, maka jikalau perlu kamu bisa berhenti membaca sampai di bagian ini saja.
Salah satunya berjudul GooDeed. Etgar Keret menceritakan cerita ini sangat menawan. 'GooDeed' adalah tentang wanita yang hidupnya tampak bahagia, padahal tidak. Tapi tidak dramatis sekali Etgar menceritakannya. Pokoknya wanita ini kaya, tetapi hidupnya nelangsa karena suaminya tidak ingin memiliki anak, padahal wanita itu sangat mendambakan anak.
Wanita ini suka sedekah dan suatu hari dia menemukan ide membikin aplikasi pelacak gelandangan. Ya, dengan app ini orang-orang bisa melacak dimana tempat pengemis berada. Hingga app ini dibeli owner FB ceritanya.
Lalu konflik cerpen ini apa? Pokoknya diawal ada adegan dramatis wanita itu memberi sedekah dan dia terkoneksi dengan pengemis secara emosional karena wanita ini merasa bermanfaat sebab si pengemis tulus ikhlas berterimakasih, pengemis juga berbagi dengan wanita itu tentang hidupnya yang kere.
Endingnya sangat mencengangkan. Si pengemis tadi yang sudah bertahun-tahun tidak mengemis lagi karena hidupnya at least merasa cukup. Katanya dia mengajar di lembaga sosial, bisa membeli rumah kecil juga karena duit si wanita tadi. Sejak saat itu pengemis berhenti mabuk-mabukan. Sekarang dia bahagia, sudah punya anak juga. Sungguh sangat bertolak belakang dengan hidup wanita yang baru saja cerai.
Entah wanita itu merasa iri dengan pengemis atau merasa sangat sedih dengan hidupnya. Ia berusaha bersedekah kepada pengemis itu lagi dengan memberikan banyak uang. Mantan pengemis itu awalnya menolak. Namun, akhirnya karena iba atau bingung ia pun menerima juga. Dari sini terlihat siapa yang sebenarnya sedang mengemis. Sungguh wanita itu menangis dan memaksa agar mantan pengemis menerima dermanya.
Dari kisah ini Etgar menyentil pembaca dengan pesan 'Tidak selamanya uang bisa membikin bahagia meskipun biasanya membuat hidup sejahtera.' Ya, lihatlah kisah hidup wanita dan pengemis. Harapan dan takdir hidup mereka berakhir dengan bertolak belakang dari segi pencapaian hidup selain materi.
Bottom line, this book is so recommended. Etgar memasak kisah-kisahnya dengan apik. Diceritakan dengan sangat tidak menggurui dan tentu saja dengan bumbu khas yaitu gaya bercerita yang kadang satir, konyol, atau sangat-sangat menyinggung perasaan pembaca. Sama sekali tidak akan merugi jika kamu kelak membaca cerita-cerita di Galat di Ujung Galaksi karya Etgar Keret ini.[]
Komentar
Posting Komentar