Penjual kenangan
menjual kenangan-kenangan dari orang-orang di masa lalu. Seorang gadis saat ini
sedang menawarkan sebuah arloji dari mantan kekasihnya. Ia melepas benda
tersebut karena dianggap memiliki kenangan manis sekaligus pahit. Manis karena
itu adalah kado istimewa yang diberikan oleh sang kekasih saat ia lulus SMA.
Pahit karena itu adalah hadiah terakhir dari kekasihnya. Pasalnya gadis itu
diputuskan begitu saja oleh sang kekasih karena kekasihnya itu dipaksa menikahi
jodoh pilihan orang tuanya.
Ya, gadis itu adalah
kakakku sendiri. Kakakku sedang menawarkan barang itu di portal penjual
kenangan di internet. Aku merasa bahwa situs itu juga akan membantuku. Karena
aku sangat ingin menjual barang-barang peninggalan ibu. Ia meninggal dua bulan
lalu, dan sekarang adalah saatnya aku harus melepas semua kenangan tentang
beliau.
Masalahnya,
barang-barang yang ingin aku bebaskan ini sangat banyak. Pada situs tersebut
aku menemukan informasi bahwa biasanya para pengguna yang merelakan barang
mereka biasanya hanya melepas beberapa barang saja alias dengan kuantitas yang
tidak begitu banyak. Sedangkan, aku dalam masalah besar karena barang-barangku
tak terduga banyaknya.
Ada banyak benda-benda
penuh kenangan yang sebenernya tidak mungkin jika harus dimiliki oleh orang
lain. Beberapa benda sepertinya perlu aku foto terlebih dahulu agar
sewaktu-waktu jika aku rindu, aku bisa memandangi potretnya.
Salah satu yang paling
berharga adalah payung berwarna biru tua milik ibu. Tidak pernah ada seorang
pun di sini yang pernah memakai payung itu kecuali ibu. Ia sangat terobsesi
dengan payung tersebut. Seharusnya ia bisa meminjamkannya kepada yang lain.
Tetapi, aku dan kakakku enggan untuk meminjam barang tersebut sebab
masing-masing memiliki payung tersendiri yang akan sangat berguna saat musim
penghujan. Melindungi dari rintik hujan tentu saja.
Benda kedua adalah
laptop ibu. Itu juga sangat berharga. Sebenarnya bukan sebagai piranti untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan kantor. Bukan, karena ibu menggunakan benda itu
untuk menulis buku harian. Hal yang baru saja aku tahu belakangan, toh selama
ini ibu juga memakainya sendiri dan ia selalu melakukan aktivitas itu di
kamarnya. Tidak ada yang tahu dan ibu pun tidak mengumumkan hal itu kepada
siapapun di rumah ini.
Barang-barang lainnya
pun sangat-sangat menguarkan kenangan tentang ibu. Aku dan kakakku tidak
mungkin terus mengoleksi atau merawatnya. Maka dari itu, aku pun berusaha
melepasnya, tidak hanya satu melainkan semuanya. Iya, seluruhnya. Aku berusaha
menjualnya dalam satu paket penjualnya. Dan bodohnya aku, siapa pula yang akan
membelinya. Karena mereka bernilai hingga sepuluh juta rupiah.
Pada akhirnya aku pun
merasa menyerah dan seperti merasa putus asa. Mungkin jalan terbaik untuk melenyeapkan
barang-barang ibu tersebut adalah dengan menyumbangkannya saja. Di titik
terakhir, siang itu juga seseorang menghubungi ponselku dan menyatakan
kesediannya untuk membeli semua barang-barang ibu, bahkan ia menggandakan
harganya. Entah manusia sebaik apa dia. Namun, ia memberikan sebuah syarat
tertentu yang sepertinya mudah untuk dilaksanakan. Aku dan kakakku harus datang
ke rumah beliau terlebih dahulu untuk wawancara.
***
Rumahnya terletak di
kota sebelah. Untung saja hari ini libur kuliah, baik kakakku maupun diriku.
Perjalanan dari rumah kami ke rumahnya memakan hampir enam puluh menit
perjalanan. Tentu kami tidak membawa barang-barang ibu, aku dan kakakku hanya
membawa rasa penasaran yang sungguh amat-amat bergelora. Siapakah seseorang
yang ingin membeli semua kenangan kami tentang ibu? Terlebih ia memilih untuk
membelinya dengan harga dua kali lipat. Sungguh luar biasa.
Namanya adalah Hiroko
dan dia tinggal sendirian di rumah yang sangat besar. Rumah tersebut sebenarnya
bermodel sederhana dengan pekarangan luas di depannya. Tidak ada yang menghuni
rumah megah tersebut selain Hiroko. Kata Hiroko, wanita tua itu memanggil
orang-orang suruhan untuk merawat rumahnya setiap dua minggu sekali. Hiroko
memiliki anak-anak yang telah berkeluarga, kadang ia merasa kesepian. Tentu
saja, tinggal di rumah tersebut dengan tanpa suami dan anak-anak. Yang benar
saja, kalau posisiku ditukar dengan Hiroko, sama saja aku pun akan merasakan
kekosongan batin yang begitu kentara.
Tidak, ternyata
dugaanku salah. Hiroko tidak merasa kesepian seperti itu. Ia merasa kekosongan
itu penyebabnya adalah dosa masa lalu. Ia merasa masih terbayang-bayang oleh
hal yang sangat memberatkan hatinya. Seperti sepuluh ton batu kali, Hiroko
berusaha memindahkan beban tak kasat mata itu, namun ia tidak pernah berhasil
sepanjang hidupnya. Ia benar-benar merasa kalah, lebih hina daripada itu. Ia
merasa menjadi manusia paling nelangsa di muka bumi.
Hiroko
pada akhirnya berjanji untuk mentransfer semua dana yang ia butuhkan untuk
membarter uangnya dengan seluruh barang ibu. Sampai percakapan itu berakhir,
aku lupa bertanya tentang alasan kenapa Hiroko berani membelinya dengan harga
lebih mahal.
***
Aku
dan adikku telah menjual seluruh barang-barang ibu kepada seorang wanita tua
yang tinggal di kota X. Kata adikku ia menceritakan banyak hal. Namun, tentu
saja aku lupa. Aku juga tidak bisa mengingat namanya. Jika aku ingin tahu, aku
harus menanyakan terlebih dahulu kepada adikku. Bertanya berkali-kali bahkan
harus dicatat jika diingat lagi. Karena aku memiliki kekurangan untuk mengingat
hal-hal. Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa kekasihku tak ingin
memperjuangkanku. Sungguh, ini kekurangan yang menyebalkan. Bahkan aku baru
saja lupa isi surat yang baru saja aku baca. Aku yakin ini surat tua. Lebih
baik kubuang saja.
***
Kota
Y, suatu masa pada suatu waktu…
Aku memiliki seorang sahabat sejak
kecil yang tumbuh bersamaku sampai aku mengenal cinta pertama. Aku tidak
percaya diri untuk mencintai orang itu. Namun, sahabat baikku selalu berujar
bahwa aku harus berusaha mendapatkannya, setidaknya dengan menebar kode-kode.
Pada akhirnya aku mendapatkannya.
Bahkan dengan bantuan sahabatku, aku juga bisa membuatnya semakin dekat
denganku. Sampai ke jenjang pernikahan. Namun, yang tidak pernah kutahu adalah
setelah menikah sahabatku lenyap. Yang pada akhirnya, aku tahu alasannya
akhir-akhir ini. Ketika, suamiku sudah tak ada di sampingku. Ketika dia
meninggalkanku begitu saja dengan rasa sakit yang begitu dalam. Ternyata dia
menikahi sahabatku itu. Sahabat baikku, yang selama ini merasa terluka dalam
karena sebenarnya tak pernah ada pada jiwa suamiku untukku, namun ada selalu
untuknya.
Kepada sahabatku Hiroko,
bertahun-tahun kemudian aku sadar bahwa aku juga memiliki andil untuk tidak
memerdekakan perasaanmu. Aku juga telah menemukan tambatan hati lain, sakit
hatiku telah pulih, maka aku juga ingin meminta maaf kepadamu. Namun, hingga
hari ini tak kutemukan jejakmu. Sungguh, padahal aku sangat-sangat ingin
mengulang memori yang di dalamnya ada dirimu dan diriku. Kita pernah sama-sama
senang, bahagia, tetapi merasakan perih yang begitu berabad-abad. Kepada
siapapun yang menemukan tulisan ini, tolong sampaikan pada Hiroko….[]
Keren
BalasHapusterima kasih🙏
Hapus